Mohon tunggu...
Aisyahtun Nuroniyyah
Aisyahtun Nuroniyyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Berawal dari banyak membaca buku menjadi tertarik ikut serta dalam menulis, yang kini saya coba tekuni bagaimana menulis yang baik dan bisa memotivasi orang dengan tulisan yang saya buat. Bagi saya mencoba banyak hal baru adalah part menyenangkan dalam hidup, karena selagi usaha dan waktu yang diberikan Tuhan ini gratis kenapa tidak kita manfaatkan dengan sebaik mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikologi Kesehatan Kerja: Mengapa Kesehatan Mental Karyawan adalah Investasi Jangka Panjang

28 Oktober 2024   21:47 Diperbarui: 28 Oktober 2024   21:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kesehatan mental karyawan menjadi komponen penting yang berdampak langsung pada produktivitas dan retensi. Perusahaan yang mengabaikan kesehatan mental karyawan berpotensi meningkatkan risiko burnout, absensi, dan turnover. Sebaliknya, perusahaan yang memperhatikan kesehatan mental karyawan mereka dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan mempertahankan karyawan dalam jangka panjang. Artikel ini akan membahas beberapa cara pendekatan psikologi kesehatan kerja dapat membantu karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.

Buku "Occupational Health Psychology " oleh Irvin S. Schonfeld dan Chu-Hsiang Chang mengatakan bahwa psikologi kesehatan kerja adalah bidang ilmu yang mempelajari bagaimana faktor-faktor psikologis di tempat kerja berinteraksi dengan kesejahteraan fisik dan mental pekerja. Bidang ini berkonsentrasi pada identifikasi, pencegahan, dan penanganan stres kerja, gangguan kesehatan yang terkait pekerjaan, dan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan di tempat kerja. Dalam psikologi kesehatan kerja, terdapat beberapa aspek utama yang saling berkaitan dan penting untuk menjaga kesejahteraan karyawan. Diantaranya yaitu: Kesejahteraan Mental dengan menjaga karyawan dalam kondisi psikologis yang baik agar mereka dapat bekerja dengan baik dan tidak lelah. Ini dapat dicapai dengan konseling dan pelatihan keseimbangan kerja-hidup. Yang kedua yakni Manajemen Stres, dengan menemukan sumber stres dan menawarkan teknik untuk mengelolanya, seperti teknik relaksasi dan dukungan sosial, untuk mengurangi risiko kesehatan mental. Aspek yang ketiga yakni Lingkungan Kerja yang Mendukung, dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan inklusif di mana karyawan merasa dihargai dan terlibat lebih banyak. Dengan aspek-aspek ini dapat menghasilkan tempat kerja yang lebih sehat dan produktif. Untuk mendukung kesehatan karyawan, pendekatan psikologis sangat penting karena membantu mencegah stres dan masalah kesehatan mental, yang dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kepuasan kerja. Perusahaan dapat menggunakan pendekatan ini untuk mengidentifikasi penyebab stres dan memberikan dukungan, seperti program kesejahteraan, pelatihan manajemen stres, dan lingkungan kerja yang mendukung. Dengan menggunakan pendekatan psikologis, karyawan merasa lebih terlibat, termotivasi, dan dihargai. Pada akhirnya, ini meningkatkan loyalitas dan kinerja mereka.

Hubungan antara kesehatan mental dan produktivitas kerja sangat erat, karena karyawan dengan kesehatan mental yang baik cenderung lebih fokus, kreatif, dan mampu menyelesaikan tugas secara efisien, sementara karyawan dengan masalah kesehatan mental dapat menghambat kinerja. Karyawan dengan kesehatan mental yabg baik juga lebih bersemangat dan terus ingin terlibat, sehingga meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja mereka. Sebaliknya, kesehatan mental yang buruk, seperti stres atau kelelahan, dapat menyebabkan produktivitas yang lebih rendah. Karyawan dengan masalah ini cenderung lelah, sulit fokus, dan lebih sering absen. Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa bisnis yang tidak memperhatikan kesehatan mental karyawannya mengalami penurunan produktivitas dan turnover yang lebih tinggi. Perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan mendorong kesuksesan jangka panjang dengan mendukung kesehatan mental karyawan.

Kesehatan mental yang buruk dapat berdampak besar pada perusahaan. Faktor-faktor seperti kelelahan, turnover tinggi, dan absensi berdampak pada produktivitas dan moral kerja. Kelelahan membuat karyawan lelah dan kurang produktif, sementara turnover tinggi menyebabkan perusahaan kehilangan tenaga kerja berpengalaman dan membutuhkan biaya untuk merekrut dan melatih ulang karyawan baru. Perusahaan juga harus membayar pengobatan dan dukungan tambahan bagi pekerja yang mengalami masalah kesehatan mental. Selain itu, hal ini berdampak pada reputasi perusahaan, karena keyakinan bahwa perusahaan adalah tempat kerja yang tidak mendukung kesehatan mental dapat membuat perusahaan kurang menarik bagi calon karyawan dan mitra bisnis. Dengan mengawasi kesehatan mental karyawan secara proaktif dapat mengurangi efek buruk dan mendukung keberhasilan jangka panjang perusahaan.

Perusahaan dapat memperoleh manfaat jangka panjang yang signifikan dari investasi dalam kesehatan mental karyawan. Karena yang pertama, karyawan yang merasa didukung cenderung lebih setia, memiliki tingkat retensi yang lebih tinggi, dan perusahaan dapat mengurangi biaya pelatihan dan rekrutmen. Selain itu perusahaan yang mengutamakan kesehatan mental seringkali memiliki kinerja yang lebih baik dan lebih sedikit absensi dan turnover dibandingkan dengan yang tidak. Fokus pada kesejahteraan mental karyawan juga membantu membangun budaya kerja yang positif dan lingkungan kerja yang terbuka untuk komunikasi dan kerja sama. Ini meningkatkan kepuasan kerja dan menarik talenta baru, yang pada gilirannya membantu kesuksesan jangka panjang perusahaan.

Untuk mendukung kesehatan mental karyawan, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi efektif. Pertama, dengan memberikan dukungan kepada karyawan seperti konseling dan pelatihan manajemen stres dapat membantu mereka mengatasi masalah emosional mereka dan menemukan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi mereka. Kedua, sangat penting bagi karyawan untuk memiliki kebijakan yang memungkinkan fleksibilitas, seperti fleksibilitas jam kerja dan pilihan untuk bekerja dari jarak jauh. Ini akan membantu karyawan menyeimbangkan lebih baik tanggung jawab mereka secara profesional dan pribadi. Untuk memungkinkan karyawan memulihkan diri saat diperlukan, diperlukan cuti kesehatan mental yang memadai. Terakhir, strategi yang mendukung kesejahteraan karyawan dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan kerja dengan menciptakan lingkungan kerja yang ramah secara psikologis melalui komunikasi terbuka dan penghargaan terhadap kontribusi karyawan. Dengan menerapkan pendekatan ini, perusahaan juga dapat membangun lingkungan kerja yang positif dan produktif.

Stigma kesehatan mental, biaya yang tinggi, dan kekurangan sumber daya adalah beberapa kendala yang menghadapi penerapan program kesehatan mental di tempat kerja. Sementara biaya untuk program pelatihan dan konseling dapat menjadi penghalang, terutama bagi bisnis kecil, stigma sering menghalangi karyawan untuk meminta bantuan. Sumber daya yang terbatas juga dapat menghambat program perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan berbagai pendekatan untuk mengatasi masalah ini. Pertama, manajer dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya mendukung karyawan dengan kesehatan mental melalui edukasi dan pelatihan. Selain itu, kampanye internal yang meningkatkan kesadaran di seluruh perusahaan dapat mengurangi stigma tentang kesehatan mental dan mendorong karyawan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, perusahaan dapat bekerja sama dengan penyedia kesehatan mental eksternal untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kesehatan mental.

Kesehatan mental karyawan adalah aset jangka panjang yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan kompetitif dengan mengutamakan kesehatan mental, yang tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, tetapi juga meningkatkan produktivitas, retensi karyawan, dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu, kami meminta para pemimpin dan pengambil keputusan untuk mengakui bahwa, untuk memastikan masa depan perusahaan, mereka harus proaktif membantu kesehatan mental karyawan. Sehingga kesuksesan dan keberlanjutan perusahaan secara keseluruhan meningkat jika investasi dalam kesehatan mental karyawan. Sehingga perusahaan juga dapat membuat budaya kerja yang produktif dan sejahtera yang menguntungkan semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun