Tiga bulan berlalu, aku merasakan suasana yang nyaman berada di New York. Teman baru, sekolah baru, lingkungan baru semuanya serba baru. Namun, kini aku sudah bisa beradaptasi dengan semua hal baru itu. Sekarang, aku punya banyak teman tidak hanya Daniel saja. Selain teman, aku juga sudah mengenali sebagian kecil daerah New York. Akhirnya, kini New York memasuki musim dingin. Itu berarti sekolah akan libur. Senang rasanya bisa menikmati hari libur musim dingin di New York. Tidak pernah aku merasakan musim dingin seperti ini sebelumnya. Salju yang turun seputih kapas, menutupi seluruh kota juga rasa dingin yang menusuk tulang. Walaupun begitu, seluruh isi kota terlihat indah dengan salju yang menghiasi kota. Libur musim dingin ini, aku menghabiskan sebagian waktu liburan dengan kedua orangtuaku. Sungguh suatu pengalaman yang indah, menghabiskan liburan musim dingin bersama keluarga. Orangtuaku mengajakku berlibur ke tempat-tempat yang indah yaitu Air terjun niagara. Memang benar, tempat itu sangatlah indah apalagi di musim dingin. Pemandangan yang sangat langka untuk ditemukan, kini aku benar-benar bisa melihatnya. Bahagia, hanya itu yang dapat kurasakan, tak peduli betapa dinginnya udara di tempat itu. Kami mendokumentasikannya menjadi sebuah foto keluarga, dengan background pemandangan yang indah. Aku betul-betul puas dengan liburan yang diberikan orangtuaku. Sepulang berlibur dengan keluarga, aku kembali berkumpul bersama keluarga di apartemen. Di apartemen kami semua melepas lelah, sembari sesekali mengungkap kembali kenangan berharga selama berada di Air terjun Niagara. Rasanya ingin sekali mengunjungi tempat itu kembali. Pemandangan yang sangat langka untuk ditemukan, namun sangat menarik untuk dilihat. *** Selang beberapa hari setelah kepulangan kami, orangtuaku kembali sibuk. Entah sibuk karena apa, padahal sekarang seharusnya kuliah mereka masih libur. Karena kedua orangtuaku sibuk, aku jadi sering ditinggal sendiri di apartemen. Sungguh membosankan, hanya berdiam diri di apartemen. Padahal, baru saja aku bersenang-senang sekarang malah berdiam diri saja. Betul-betul menjengkelkan. Entah mengapa berdiam diri di apartemen, membuat diriku teringat pada Daniel. Kini, rahasia Daniel terungkap olehku. Daniel populer di sekolah, karena dia itu seorang model juga artis di New York ini. Daniel tidak pernah dimarahi guru, karena dia anak dari pemilik sekolah mewah itu. Daniel baik padaku, aku pikir itu hal yang wajar sebagai seorang sahabat. Saat sebelum libur musim dingin, aku memberitahukan pada Daniel semua fakta yang aku temukan tentangnya. Daniel mengakui semua fakta yang aku temukan. Namun, Daniel kembali membuat aku penasaran. Dia merahasiakan suatu hal privasinya padaku. Namun, dia bilang aku tidak perlu repot-repot mencari fakta itu, karena dia akan memberitahukannya padaku. Daniel berjanji, dia akan memberitahukannya saat libur musim dingin, Entah hari apa namun pastinya saat libur musim dingin. Dia bilang, dia akan menelponku nanti. Namun, hingga kini aku belum mendapatkan telpon darinya. Apa dia berbohong padaku? tapi itu tidak mungkin, Daniel tidak mungkin berbohong. Hari itu, aku benar-benar memikirkannya dan itu semua membuatku lelah. Tak terasa hari sudah gelap, waktuku terbuang hanya untuk memikirkannya. Segera kusadari, orangtuaku tak kunjung pulang padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam waktu setempat. Aku khawatir, jadi aku mengirimkan pesan singkat pada orangtuaku. Tak lama, orangtuaku menjwab pesan singkat ku, dan mengatakan mereka akan pulang sebentar lagi. Yap, aku merasa lega. Aku pun pergi ke kamar untuk tidur. Keesokan harinya, aku bangun sangat pagi sekitar pukul jam 4 pagi waktu setempat. Rasa dingin menjalar pada tubuhku. Aku keluar kamar, sembari mengecek apakah kedua orangtuaku sudah pulang. Dan yap, aku kembali merasa lega, ketika melihat kedua orangtuaku sedang tertidur pulas di kamar mereka. Mungkin mereka sangat lelah, sehingga tidur dengan pakaian kantor. Aku pergi ke kamar mandi, sebaiknya aku mandi duluan selagi aku mau dan sebelum aku malas untuk mandi. Segar rasanya sudah mandi, walaupun airnya sangat dingin. Aku merasa sangat kedinginan setelah mandi, diperparah dengan udara yang dingin. Aku mengahangakan diri sambil mengenakan pakaian tebal. Sesudah mandi, aku kembali berdiam di kamar. Sesekali aku mengecek handphoneku mungkin saja ada telfon atau sms dari Daniel. Namun, tetap saja tidak ada sama sekali telfon atau sms. Aku begitu bosan menunggu telfon dari Daniel, akhirnya aku memutuskan untuk bermain komputer. Cukup asik, walaupun hanya bermain game yang sama setiap hari. Tak terasa jam di dinding sudah menunjukan pukul 7 pagi. Orangtuaku mengetuk pintu kamar, menyuruhku untuk sarapan. Seperti biasa, sesudah sarapan orangtuaku harus pergi dan aku akan ditinggal di apartemen lagi. Sepertinya mereka benar-benar sibuk. Dan ini semua membuatku bosan, berdiam diri di apartemen. Aku ingin pergi berjalan-jalan keluar. Tapi tak ada seorang pun yang bisa menemaniku saat itu. Tiba-tiba handphoneku bergetar, aku sontak kaget dengan telfonku yang bergetar. Aku lihat, ternyata telfon dari Daniel. ” halo Joe, selamat pagi !” sapa Daniel ” halo Daniel, pagi juga. Ada apa kau menelfonku pagi ini?” tanyaku ” Ah iya, aku ingin mengajakmu pergi berjalan-jalan bersama. sekaligus aku iingin memberitahumu tentang hal privasiku itu. Bagaimana? kau mau? ” ujar Daniel ” oh iya, tentu saja. Lagian, aku bosan diam di apartemen terus. ” jawabku ” baiklah, aku jemput kamu di apartemen sekitar pukul 9 oke?” kata Daniel ” oke, aku tunggu ” jawabku Akhirnya, seorang Daniel akan mengungkapkan hal privasinya. Aku bersiap-siap, dan juga berdandan sebelum pergi. Aku mengenakan dress warna cream, sepatu cokelat, mantel bulu cokelat tua. Rambutku diikat satu kebelakang. Aku melihat diriku di cermin, sepertinya sudah cukup rapi. Dan pas sekali, Daniel menelfonku bahwa dia sudah ada di depan apartemen. Aku bergegas menuju ke lobby. Ku dapati Daniel yang menunggu di lobby, dia mengenakan pakaian dengan rapi. Itu membuatnya tampak keren dan tampan. Aku menghampirinya, Daniel menyapaku dan mempersilahkan aku masuk ke mobilnya. Mobil yang aku tumpangi melesat di jalanan kota New York. Entah kemana Daniel membawaku, aku belum menanyakannya karena terkejut melihat isi mobil yang begitu mewah. Aku belum pernah menumpangi mobil Daniel yang ini. Nyaman sekali berada di mobil ini, seperti mobil kerajaan saja. Tapi wajar saja Daniel mempunyai mobil seperti ini, dia kan orang yang kaya raya. Saat diperjalanan Daniel bertanya padaku, tapi aku tidak menjawabnya karena melamun dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Daniel tertawa, melihat wajahku yang aneh saat melamun. ” joe, kau tahu wajahmu saat melamun itu sangan lucu sekali. hahahaha.” tawa Daniel ” ng? apa ? Aku tidak melamun ko. Wajahku lucu? apa iya?” balasku kelabakan. ” iya, jelas-jelas kamu melamun. Tapi tetap saja kamu terlihat manis, saat sedang melamun.” puji Daniel ” hah? kamu ini bisa saja memuji seseorang. Jadi malu nih” kata ku ” engga ko, aku serius kamu itu manis kalo lagi ngelamun. hahaha ” Daniel memujiku lagi Pipiku memerah, aku malu sekaligus tersanjung dipuji seorang Daniel orang yang aku suka. Melihat Daniel tertawa, serasa menjadi pemandangan indah sekejap. Daniel terlihat menawan saat tertawa, yang membuat jantungku berdebar-debar. Aku dengan Daniel memiliki banyak kesamaan, Daniel tidak seperti orang luar negeri. Dia sama sepertiku, bola mata hitam kecokelatan, kulitnya putih, bahkan dia juga mengerti bahasaku. Hal itulah yang membuat aku nyaman berada di dekat Daniel, karena aku tidak perlu ribet-ribet berbicara bahasa inggris dengannya. Sampailah kami di sebuah bukit indah, Daniel mengajakku berjalan-jalan di sekitar bukit. Kami menikmati indahnya pemandangan bukit ini. Apalagi hari sedang sangat cerah. Kami membeli makanan khas bukit itu, sesekali kami memandangi satu sama lain dan menundukan kepala karena malu. Daniel mengajakku untuk duduk di puncak bukit, sekaligus dia akan mencertiakan segalanya padaku. Jauh sekali jarak puncak bukit dengan tempatku dan daniel berdiri saat itu. Tapi Daniel bilang, walaupun jauh namun, pemandangan di puncak bukit sangat indah. Jadi, aku memutuskan untuk mengikutinya. Saat mendaki bukit, Aku merasa lelah sekali untuk mendaki bukit, tapi saat aku lelah Daniel membantuku. Daniel sama sekali tidak terlihat lelah, malah dia terlihat tampan juga keren saat mendaki bukit. Setelah mendaki cukup jauh, tibalah kami di puncak bukit. Di puncak bukit, semua yang dlihat terasa indah. Semuanya ditutupi salju, dan udara di puncak bukit terasa sangat dingin, Sehingga matahari yang bersinar seperti api yang sedikit menghangatkan kami. Dalam suasana indah itu, Daniel mulai menceritakan segalanya. ” joe, udah tau kan beberapa fakta tentang aku. Fakta yang kamu kasih ke aku emang bener. Hebat juga kamu bisa tau apa yang aku rahasiain. hahaha ” puji Daniel ” huh kamu tuh ya, seneng banget bikin orang penasaran. oh iya dong. hebat kan akuuu” balasku ” iya iyaa, tapii masih ada satu lagi nih. hehehe” ” iya, apa sih? makin bikin penasaran aja deh “ ” sebenernya, pas kamu baru masuk ke sekolah ini aku udah kenal kamu loh “ ” ko bisa sih? aneh aneh aja deh” ” serius, aku sebenernya udah kenal kamu dari duluu” ” ah bohong banget, ko aku ga kenal kamu sih. aku aja baru kenal pas baru masuk” ” seriuuus, kamu inget ga anak kecil yang dulunya tetangga kamu yang suka main bola bareng?” ” tetangga? anak kecil?” ” iyaa masa ga inget sih “ ” gaaa ih sama sekali ga inget” ” ya udah, kamu inget ini ga?” sambil memperlihatkan kalung berbentuk bulan sabit. ” …..” aku mengingatnya, kalung sabit, anak kecil, tetangga, aku ingat semuanya. Melihat kalung sabit itu membuat aku Flashback ke masa lalu, ke masa kecilku. ” gimana? kamu ingat ?” ” ya, aku ingat. Kamu anak kecil yang suka main sama aku dulu kan? kalung sabit itu, kalung yang mau kamu kasih ke aku dulu. cuman ga jadi soalnya kamu keburu pindah? ternyataa selama ini Daniel itu sahabat kecilku” sambil terisak ” iya joe, itu aku. ini sebabnya aku selalu baik padamu. karena aku menyukaimu hingga kini” ” benarkah? kamu itu to the point aja deh -___-“ ” iya, jadi… “ ” jadi apa? “ “aku beneran suka sama kamu “ ” sebenernyaa, aku juga suka sama kamu “ ” beneran? kamu mau jadi lebih dari sahabat ga? “ ” ha? mmm gimana ya?” ” kamu kaget? heheheh maaf “ ” iya, tapii boleh deh hehehe “ Jadi sejak itu, aku dan Daniel jadian. Begitu indah, menjadi sepasang kekasih di bukit yang tertutup salju. tak terasa hari sudah senja, aku dan Daniel memutuskan untuk pulang. Hari itu, aku merasa sangat bahagia. Ternyata orang yang aku sukai, adalah sahabat kecilku dan kini aku menemukannya kembali. BERSAMBUNG gambar dari : google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H