New york , tempat yang aku tinggali sekarang. Tempat yang indah, yang pernah aku lihat dengan gedung-gedung mencakar langit, juga pusat kota yang padat karena lalu lalang orang-orang yang pergi bekerja. Kini aku tinggal disebuah apartemen besar, dipusat kota. Sebelumnya, aku tak pernah menginjakan kakiku di negeri ini. Semua yang aku lihat di kota ini saat menginjakkan kakiku, terasa sangat indah. Memang, asalku bukan dari negara ini. Aku berasal dari negara yang sangat jauh dari negara ini. Aku pindah ke negara ini, karena orangtuaku ingin melanjutkan kuliah mereka disini. Sebenarnya aku tidak ingin pindah ke sini. Aku masih ingin tinggal di negaraku, tempat asalku sejak kecil.
Perkenalkan namaku Joe Leonny Shilantster. Panggil saja aku Joe. Usiaku masih muda 13 tahun. Aku seorang gadis yang berbeda dengan gadis lainnya. Terutama, masalah penampilan. Penampilanku tomboy, kulitku cokelat manis, rambut hitam lurus yang pendek,dengan bola mata yang hitam.Berbeda sekali dari gadis yang berpenampilan feminim.
Sebelum aku pindah ke sini, aku belajar di suatu sekolah negeri di negaraku. Di sana, aku punya banyak teman. Angelina, Rose, Lindiana, Genie mereka teman terbaik yang pernah kupunyai. Namun, sekarang kami tak pernah bertemu. Hanya sebatas kontak melalui e-mail dan situs jaringan sosial lainnya. Tapi, semua ini tidak cukup untuk melepas rindu bersama mereka. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Padahal baru beberapa hari aku pindah ke sini.
Selang satu hari dari kedatanganku di negara ini, orangtuaku mencarikanku sebuah sekolah. Entah aku akan betah belajar di sekolah itu atau tidak. Tapi aku berharap, aku bisa bertahan sampai orangtuaku menyelesaikan kuliahnya di sini. Oh ya, kata orangtuaku kalo mereka sudah menyelesaikan kuliahnya, kami akan pulang lagi ke negara asal. Hal itulah yang membuatku menuruti keinginan orangtuaku, pindah ke negara ini.
****
Aku diterima di suatu sekolah elit, dengan bangunan indah, halaman dengan air mancur dikelilingi taman hijau, tempat duduk bagi siswa, dan rangkaian gedung-gedung yang merangkai bangunan itu, menjadi lengkap sehingga sekolah itu terlihat mewah . Aku senang, tapi aku juga merasa segan untuk sekolah disini. Karena jika dilihat, sekolah ini sepertinya diisi oleh murid dari keluarga yang mapan. ku harap aku betah belajar di sekolah ini.
Hari pertama aku akan menginjakan kakiku di sekolah mewah itu, perasaanku menjadi tidak karuan. Aku merasa senang, segan, malu, takut, dan banyak lagi. Entahlah rasa itu tiba-tiba datang pada diriku secara spontanitas. Mungkin karena rasa tegangku memuncak, sebab aku baru pertama kali masuk ke sekolah semewah ini.
Sesaat sebelum pergi, aku melihat diriku di depan cermin, dengan menggunakan seragam sekolah yang indah. Aku mengenakan kemeja putih, berbalut rompi merah tua , dengan rok hitam dibawah lutut. Rambutku terlihat rapi, seragamku rapi ku rasa aku sudah cukup rapi untuk pergi sekolah. Aku menyelendangkan tasku kemudian berjalan keluar rumah.
Karena kelas pertamaku dimulai jam 7 waktu setempat, aku pergi diantar oleh orangtuaku yang sekalian pergi ke tempat mereka kuliah. Pukul 6.30 aku sudah sampai di sekolah. Saat aku sampai di sekolah, ternyata sekolah masih sangat sepi. Belum ada murid yang datang selain aku. Hanya ada penjaga sekolah dan aku.
Di sekolah ini, aku menempati kelas dua F. Yang sama artinya seperti kelas depalan di negaraku. Jam pertama, diawali dengan pelajaran Sains. Berhubung sekolah masih sepi, aku berkeliling mencari kelas pertamaku itu. Hanya berjalan beberapa blok dari pintu masuk sekolah, aku sudah menemukan kelas pertamaku.
Semua siswa-siswi yang baru, mempunyai aturan saat masuk kelas pertama, aturannya yaitu sebelum masuk jam pertama siswa-siswi harus menunggu guru masuk, agar siswa dapat diperkenalkan pada siswa-siswi yang lain.
Saat itu masih jam 6.45 waktu setempat, 15 menit lagi jam pertamaku akan dimulai. Sudah banyak siswa-siswi yang berkeliaran di sekolah. Sebagian dari mereka, ada yang sudah masuk ke kelas, termasuk kelas Sains tingkat dua. Ingin rasanya aku berkenalan dengan satu diantara mereka. Tapi aku masih merasa malu, untuk berkenalan. Akhirnya, aku memutuskan untuk duduk di sebuah bangku kosong dekat kelas, sembari menunggu guru kelasku datang.
Jam ditanganku menunjukkan tepat pukul 7 pagi. Guru Sainsku yang kebetulan seorang laki-laki, datang dan menghampiriku yang sedang duduk dibangku dengan tatapan kosong. Juga raut wajah yang sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang. 15 menit menunggu terasa sangat lama, mungkin karena aku semakin tegang.
Guru Sains ini berpenampilan cukup rapi, dengan kemeja putih dilengkapi dengan jas hitam, juga dasi yang mecing dengan kemejanya. Celana hitam gombrang dan sepatu hitam yang di semir rapih. Beliau menggunakan kacamata dengan rambut yang sedikit pitak di depan. Dengan tangan kanannya yang merangkul soal-soal dan barang, sedangkan tangan kirinya memegang handphone blackberrynya.
Guru Sains itu bertanya padaku
” halo selamat pagi gadis muda, kau ini murid baru disekolah ini kan? namamu joe? ” tanyanya.
“iya pa. Betul ” ujarku
“oh ya ya. Namaku Roberto Silvaster, aku dari perancis. Mari masuk ke kelas. Jangan tegang oke !”. katanya dengan memberikan ekspresi senyuman.
Ekspresi dari guruku membuatku sedikit tenang. Dan “kreeek” pintu kelas dibuka. Murid-murid sudah duduk dengan manis di kelas. Dengan paras diantara mereka yang ramah. Aku sempat tersentak dengan apa yang aku lihat di kelas itu. Bukan muridnya, tapi perlengkapan kelas. Begitu lengkap, seperti kelas Sains dengan taraf yang paling bagus. Kemudian aku melangkah maju dengan canggung ke dalam kelas. Pa Robert pun mulai memperkenalkanku.
“selamat pagi anak-anak” sapanya
“pagi pa, hari yang indah pa” sapa murid
“terimakasi, hari ini kalian mendapat teman baru, dia berasal dari negara yang jauh dari negara ini. Saya persilahkan anda untuk memperkenalkan diri nona.” ujarnya
Aku sempat melamun, karena melihat seorang murid laki-laki dengan paras yang cakap. Aku terus memperhatikannya, tanpa sadar Pa Robert menyenggolku memberikan isyarat, bahwa aku harus memperkenalkan diri. Dengan canggung aku berdiri dan memperkalkan diriku dihadapan semua murid sains ini.
” hai, namaku Joe Lenonny Shilanstster. Panggil saja aku joe, terimakasih” sapaku
“ya terimakasih nona sudah memperkenalkan diri. Silahkan duduk di bangku sebelah anak laki-laki itu” titahnya
Aku kaget, Pa Robert menyuruh aku untuk duduk di sebelah laki-laki yang kupandangi sejak masuk kelas. Aku senang sekali bisa duduk disampingnya. Namun aku malu untuk duduk di sampingnya, karena rasa malu ku itu, aku terlihat sangat canggung ketika menghampiri ke mejanya. Aku duduk disamping anak itu, serasa tak percaya. Kulitnya Putih, rambutnya hitam lurus dan warna bola mata yang sama denganku, hitam itulah warnanya. Dia mengingatkanku pada teman kecilku dulu. Wajahnya persis seperti dia.
Dia mengajakku berkenalan, namanya Daniel Leon Shalinstrans. Namanya begitu indah, nama belakangnya hampir sama denganku. Sepertinya aku adalah gadis yang beruntung karena bisa duduk bersamanya. Karena, saat aku duduk dengannya, banyak gadis lain di kelas itu tampak kecewa. Hari itu menjadi hari yang indah dalam hariku di sekolah ini.
Selama dikelas, aku bisa memperhatikan dan menjawab semua pertanyaan dari guru. Ajaib, entah mengapa pelajaran di sekolah ini lebih mudah untuk dimengerti. Melihat aku yang selalu menjawab pertanyaan dari pa Robert, Daniel terkesima melihatku, yang membuat aku malu untuk melihatnya.
”kriiing” bel kelas berbunyi waktunya untuk istirahat dan kelas Sains pun berakhir. Jam ditanganku menunjukkan tepat pukul 9 pago waktu setempat. Daniel yang tanpa kusangka-sangka, dia mengajakku berjalan bekeliling sekolah itu. Dia memberitahu semua hal tentang sekolah ini. Saat berkeliling bersamanya selama istirahat, membuat aku senang dan aku tidak merasa kesepian, juga tegang seperti saat pertama kali aku masuk ke sekolah ini.
Sesekali kita saling berpandangan satu sama lain, tertawa bersama karena sebuah lelucon yang ia berikan saat kami berjalan bersama. Saat dia tertawa, wajahnya semakin terlihat menawan di mataku, seperti bintang langit yang paling indah, yang pernah kulihat.
Waktu istirahat habis, kami berjalan memasuki kelas jam kedua kami. Di sekolah itu kita belajar hanya dua jam pelajaran saja. Sangat berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Jam ke dua kami adalah IPS. Aku kembali duduk bersama Daniel.
Guruku yang ini perempuan bernama Jane Elizabeth, dia sangat cantik walaupun umurnya sudah kepala empat. Beliau berkebangsaan inggris. Beliau terlihat awet muda. Ia mengenakan kemeja putih dan rok hitam dibawah lutut, juga sepatu hitam berhak sepuluh senti.
Aku kembali memperkenalkan diriku pada Bu Jane. Beliau menyambutku dengan hangat. Bel berbunyi menandakan pelajaran dimulai. Dalam pelajaran IPS ini, aku diajarkan tentang sejarah negara ini. Sungguh menarik kisahnya, tak kalah menarik dengan sejarah negaraku.
Aku memerhatikan semua yang dijelaskan oleh Bu Jane padaku, sembari mencatat hal penting yang disampaikan. Aku menyadari selama Bu Jane menerangkan, Daniel hanya memainkan handphone blackberrynya di atas meja. Yang membuatku heran, mengapa Bu Jane tidak memegurnya sama sekali. Bukannya dalam peraturan sekolah, murid tidak boleh melakukan kegiatan yang tidak diperlukan saat KBM berlangsung. Karena aku penasaran, aku menanyakannya pada Daniel.
” hey, Kenapa kau main terus? Ko, engga merhatiin guru sih? emang ga akan dimarahin?” tanyaku
” hahahaha, kau ini. Ga lah tiap pelajaran ini aku memang suka memainkan apa saja yang aku mau. Aku bosan mempelajari semua ini.” jelasnya.
“tapi kenapa kamu engga dimarahin?” tanyaku dengan penasaran.
” ya ga laah. itu rahasia buat kamu kenapa aku ga dimarahin sama guru di sekolah ini. ” ucapnya sambil memeletkan lidahnya keluar.
” rahasia? mengapa?”
” aku ingin kamu tau semua tentang aku, tapi bukan dari aku sendiri. kamu harus cari tau siapa aku ini “
Bel pulang berbunyi, pelajaran IPS pun berkahir. Selama aku belajar disini, hanya Daniel lah yang menjadi temanku. Aku bahkan belum berkenalan dengan murid lain yang sekelas denganku. Mungkin dengan berjalannya waktu, aku bisa berkenalan dengan mereka semua.
Jam ditanganku menunjukkan pukul 12 siang tepat. Orangtuaku berpesan, agar aku pulang sekolah dengan menggunakan taksi. Maklum aku belum mengenal daerah ini. Aku berjalan keluar gerbang sekolah, Daniel yang mengajakku untuk berjalan bersama keluar.
Kami mengobrol selama berjalan keluar. Setiap langakah kaki ku keluar sekolah, menjadi sangat bermakna ketika bersamanya. Dia menanyakan tempat tinggalku disini. Namun, ketika aku menanyakan balik tempat tinggalnya, dia tetap merahasiakannya untukku.
” rumahmu dimana, joe?”tanyanya
” aku tinggal di apartemen di pusat kota” jelasku
“mmm begitu, wah kebetulan dekat dengan rumahku. mau bareng ga?” ujar Daniel.
” hah? waah ga ah, takutnya ngerepotin hehehe. gapapa kan?” kataku
” hehe ya gapapa sih, memang kamu dijemput?” tanyanya
“ga hihi, aku pulang naik taksi. soalnya aku belum tau daerah ini. kalo kamu?”
” Ga tau aku biasanya main dulu. eh iya kapan kapan aku ajak kamu berkelilling kota ini.”
“wah terimakasi, hahaha. eh itu ada taksi. duluan yaa”
“eh eh boleh aku minta no teleponmu? ya kalo ada perlu aku tinggal kasi tau kamu gitu.”
” mm oke”
Aku memberikan no teleponku padanya. Setelah itu aku naik taksi dan pulang ke apartemen. Selama perjalanan pulang, aku memikirkan mengapa Daniel begitu baik padaku, padahal kita baru saling kenal. Namun, Daniel seperti sudah mengenalku sejak lama.
Seharian penuh aku bersamanya. Aku senang begitu juga Daniel. Hari itu menjadikan hari terindah bagi kami. Namun, seharian penuh itu juga aku mendapat beberapa masalah ketika bersama Daniel. Ternyata Daniel mempunyai banyak penggemarnya di Sekolah. Penggemarnya terutama para gadis. Jika aku bertanya pada Daniel siapa dia sebenarnya, dia tidak memberitahuku. Ia bilang itu semua dirahasiakan untukku, aku harus mencari siapa dia sebenarnya. Aku semakin penasaran pada Daniel, karena semua hal tentangnya dirahasiakan padaku. Jadi siapakah sebenarnya Daniel yang baik itu?
BERSAMBUNG
nb : ini merupakan sebuah cerita fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh, dan karakter mohon dimaafkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H