Mohon tunggu...
Aisyah Ichsani Maulida
Aisyah Ichsani Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NIM: 11220511000050

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri Menurut Islam

28 Desember 2023   15:59 Diperbarui: 28 Desember 2023   16:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kesadaran seseorang terhadap kewajiban untuk menanggung segala akibat dari sesuatu yang telah diperbuatnya. Tanggung jawab memiliki dua penyangga utama. Pertama, kesadaran tentang kewajiban yang harus ditunaikan dalam hidup ini dengan sebaik-baiknya. Kedua, kesiapan fisik dan mental untuk menanggung segala risiko dalam menunaikan kewajiban dan kesiapan menanggung segala akibat dari sesuatu yang telah dilakukannya.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna serta memiliki enam dimensi, yaitu fisik, intelek, emosi, spiritual, kepribadian, dan sosial. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya merupakan suatu perwujudan bahwa manusia memiliki kepribadian yang melahirkan tanggung jawab individual. Tanggung jawab setiap individu terhadap dirinya adalah modal dasar yang wajib dikembangkan oleh setiap individu untuk melahirkan tanggung jawab sosial. Manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap dirinya termasuk salah satu manusia dhuafa atau manusia lemah yang menjadi beban keluarga, masyarakat, dan negara sehingga perlu dikuatkan dengan pemberdayaan.  Terdapat empat arti dari tanggung jawab aku terhadap aku yaitu, pertama, tidak ada yang memperhatikan tingkah laku aku selain aku. Kedua, tidak ada yang bisa mengembangkan potensi selain aku. Ketiga, tidak ada hasil jika aku tidak mau berusaha. Keempat, tanggung jawab bentuk dari perencanaan diri sendiri.

Tanggung jawab setiap orang terhadap dirinya dimulai dengan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti memenuhi kebutuhan makan, minum, pakaian, sandang, papan, dan pangan untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, orang beriman pasti memiliki keteguhan hati dan kekuatan untuk mencari kerja yang terbebas dari cara- cara tidak terpuji dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berusaha (al-kasab), memilih cara yang terbaik (al-ikhtiyar), dan berjuang (al-mujahadah) demi mencari sumber penghidupan yang layak dan halal merupakan tiga bentuk strategi orang beriman dalam mewujudkan tanggung jawab demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Manusia harus memiliki keteguhan hati untuk menyadari dengan penuh keinsafan bahwa ia sebenarnya tidak bisa lepas dari pengawasan Allah. Tidak ada satu bagian dari isi hati manusia yang tidak diketahui Allah dan nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya. Ada tiga langkah strategis untuk mengokohkan keteguhan hati. Pertama, senantiasa berdoa untuk mendapatkan kemantapan hati dalam menghadapi berbagai persoalan yang menggelisahkan. Kedua, menghidupkan kesadaran dalam menyadari kehadiran Allah sehingga dapat menguatkan keteguhan hati. Ketiga, menyadari bahwa setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah secara individual sehingga tidak bergantung kepada orang lain dan tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun