Mohon tunggu...
Aisyah Qonita Nurfitri
Aisyah Qonita Nurfitri Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

INTJ-T

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Media Sosial Terhadap Pergeseran Etika Generasi Z menurut Pandnagan Islam

5 November 2023   18:14 Diperbarui: 5 November 2023   18:20 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Etika secara etimologis, menurut Webster Dictionary, dimaknai sebagai ilmu yang menerangkan suatu tindakan yang baik dan buruk, mengenai tugas maupun kewajiban moral, atau dapat juga diartikan sebagai kumpulan prinsip maupun nilai moral. Sedangkan menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari bahasa Yunani yakni "ethic", yang memiliki arti kebiasaan. Sehingga, etika dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik menurut kebiasaan masyarakat pada suatu waktu. 

Etika kerap kali diartikan sebagai filsafat moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika dijelaskan dalam 3 arti. Pertama. etika adalah ilmu mengenai baik atau buruk serta mengenai hak serta kewajiban moral (akhlak). Kedua, etika merupakan kumpulan nilai dan asas yang berkaitan dengan akhlak. Lalu yang ketiga, etika adalah nilai yang berkaitan dengan benar atau salah yang diyakini oleh masyarakat tertentu. Etika dan moral sering diartikan sebagai teori mengenai baik atau buruknya tingkah laku manusia yang masih bisa dicapai oleh akal pikiran. Moral sendiri merupakan suatu ide mengenai baik atau buruknya tingkah laku atau perbuatan manusia berdasarkan situasi atau keadaan tertentu. Etika berfungsi sebagai ukuran tentang penilaian perbuatan dan tingkah laku manusia berupa baik atau buruk, akan tetapi praktik etika dalam kehidupan sehari-hari sering mendapat kesukaran. Hal tersebut disebabkan karena ukuran tentang baik atau buruknya tingkah laku dan perbuatan masyarakat cenderung tidak sama dan tergantung pada tempat masing-masing masyarakat tersebut tinggal. Meskipun begitu, etika tetap selalu mencapai tujuan akhirnya yaitu menemukan ukuran etika yang dapat diterima oleh seluruh manusia. Pemberlakuan sanksi etika tidaklah sama pada setiap perbuatan tingkah laku, hal tersebut disebabkan karena tidak setiap perbuatan dan tingkah laku manusia mampu dinilai oleh etika.  

Suatu tindakan atau perbuatan yang dapat dinilai dengan etika harus memiliki syarat berikut : 

  1. Perbuatan tersebut dilakukan dengan penuh pengertian sehingga seseorang yang mengerjakan suatu perbuatan salah akan tetapi tidak mengetahui bahwa perbuatan yang tersebut merupakan suatu kesalahan, sehingga perbuatan tersebut tidak dapat dikenakan sanksi dalam etika. 

  2. Perbuatan tersebut dilakukan secara sengaja. Apabila suatu perbuatan kejahatan dilakukan secara tidak sengaja, maka perbuatan tersebut tidak dapat dinilai dan diberlakukan sanksi etika.

  3. Perbuatan atau tingkah laku dilakukan secara bebas dan atas kehendaknya sendiri.

  4. Perbuatan tersebut dilakukan tanpa paksaan dari siapapun. Apabila suatu perbuatan dilakukan atas paksaan, maka tidak dapat dikenakan sanksi oleh etika. 

2.2 Etika dalam Pandangan Islam

Etika adalah suatu pemikiran kritis yang rasional tentang yang baik dan yang buruk, lalu bagaimana teori etika dalam pandangan Islam berhubungan dengan hal ini? Kita dapat mengidentifikasi dua pendekatan, yaitu rasionalisme menurut Mu'tazilah dan tradisionalisme menurut Asy'ariyah. Perbedaan antara keduanya susah untuk dihindari, baik karena ayat-ayat al-Qur'an sendiri yang mendorong variasi dalam penafsiran maupun karena pengaruh Filsafat Yunani di dunia Islam. Pada al-Qur'an, pesan etis sering kali disampaikan melalui isyarat yang menuntut refleksi dan kontemplasi manusia. Selanjutnya, etika Islam memiliki dua ciri utama yang menonjol. Pertama, etika Islam tidak bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua, etika Islam berbasis pada rasionalitas. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: "Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang mu'min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor." (HR At-Tirmidzi)

Alex Inkeles mengemukakan bahwa sikap-sikap yang dapat dianggap sebagai ciri khas dari pendekatan modern mencakup: kemauan untuk menerima ide-ide inovatif dan menerapkan metode-metode baru, kesadaran terhadap waktu, keterbukaan untuk menyatakan pendapat, dan fokus yang semakin besar pada masa kini dan masa depan daripada masa lalu, keinginan untuk lebih disiplin waktu, perhatian yang lebih besar terhadap perencanaan dan efisiensi organisasi, penekanan pada pemahaman yang dapat diukur tentang dunia, penghargaan terhadap pengetahuan dan teknologi, serta keyakinan dalam prinsip keadilan yang merata. Dapat dinyatakan bahwa apa yang dijelaskan oleh Inkeles sebagai sikap-sikap modern sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam etika al-Qur'an. Pada diskusi mengenai hubungan antara moral dan etika, sering muncul pertanyaan tentang cara memandang peristiwa moral yang mempunyai sifat individual dan khusus dalam konteks teori etika yang universal dan rasional. Islam memiliki klaim universal dalam prakteknya, cenderung melibatkan peristiwa yang bersifat individual dan khusus. Selain itu, tindakan moral seringkali merupakan tindakan konkret yang bersifat subyektif dan pribadi. Kesulitan muncul saat dalam subjek dan situasi yang sama, lalu terjadi konflik nilai. Sebagai contoh, nilai pada solidaritas kadang-kadang bertentangan dengan nilai kejujuran dan keadilan.

Dalam hal ini, pentingnya kebebasan, kesadaran moral, dan rasionalitas menjadi sangat signifikan. Ini mengacu pada bagaimana seseorang bertanggung jawab atas tindakan subjektifnya pada kerangka nilai-nilai etika yang obyektif, tindakan individu pada konteks etika yang lebih luas, dan tindakan fisik dalam konteks sikap batin. Manusia terdiri dari tiga elemen utama pada perspektif psikologi, yaitu Id, Ego, dan Superego yang dalam pandangan Islam sering dipadankan dengan nafs amarah, nafs lawwamah, dan nafs mutmainnah. Ketiga elemen ini adalah bagian integral dari kehidupan manusia yang berkembang seiring berjalannya waktu dan pengalaman hidup individu. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa ketiga elemen ini berkembang dengan sangat baik, dibutuhkan pendidikan yang diberikan oleh orang tua untuk anak mereka dalam nilai-nilai etika yang menjadi pilar dari ketiga elemen tersebut.

2.3 Pengaruh Media Sosial Terhadap Pergeseran Etika pada remaja

Saat ini telah memasuki era Society 5.0, dimana konsep ini menerapkan masyarakat yang sudah melek terhadap teknologi informasi. Sosial media saat ini bukan hanya sekedar tempat mencari hiburan semata namun sudah menjadi sumber informasi utama yang digunakan oleh para remaja. Masyarakat sekarang terutama anak muda atau remaja lebih  memilih mengandalkan sumber berita yang berasal dari sosial media dibandingkan dari surat kabar dan stasiun TV. Hal ini mengubah cara kita memperoleh informasi, dengan memungkinkan akses yang lebih cepat dan lebih luas ke berbagai topik dan perspektif.

informasi yang kita dapatkan sangat bergantung pada algoritma akun media sosial pengguna. Ketika kita banyak mengakses hal hal yang baik maka algoritma pada akun media sosial kita akan berisi informasi informasi yang baik, namun hal ini juga berlaku sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial yang kita gunakan saat ini sangat bergantung disesuaikan dengan minat dan preferensi pengguna. Hal ini dapat berakibat pada, kecenderungan kita terpapar pada konten yang sesuai dengan apa yang kita sukai atau dengan pandangan yang sudah kita pegang sebelumnya. Hal ini dapat mempengaruhi cara kita memperoleh informasi yang lebih banyak, karena kita mungkin melewatkan sudut pandang alternatif atau berita yang tidak sejalan dengan kepercayaan kita.

Media sosial juga berperan besar dalam mempengaruhi pandangan kita terhadap beragam isu dan topik yang ada. Pengguna media sosial yang berpengaruh memiliki kemampuan untuk mengubah pandangan dan pemahaman pengikut mereka. Banyak kali mereka mempromosikan produk, gagasan, atau pandangan khusus, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi cara kita memandang isu-isu dan topik yang mereka mendukung. Perlu disadari bahwa influencer juga memiliki kepentingan bisnis atau pribadi yang dapat mempengaruhi cara mereka mengkomunikasikan cerita.

Saat remaja merupakan saat yang krusial dalam mencari identitas diri dan belajar menilai hal yang benar dan yang salah. Dengan beragam informasi dan gagasan yang terdapat di media sosial, anak remaja yang masih labil tentang identitas diri dan lemahnya pemahaman akan penilaian terhadap sesuatu memiliki resiko besar untuk terpengaruhi oleh gagasan, pemikiran, sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan etika dan akhlak dalam agama islam. Konten yang biasanya kita konsumsi di dalam sosial media dapat perlahan tapi pasti mempengaruhi pola pikir kita terhadap sesuatu. ketika kita terbiasnya dengan konten yang berisi hal hal negatif maka kita akan terbiasa dengan hal itu dan akhirnya mewajarkan hal hal negatif tersebut di kehidupan kita. 

2.4 Hal-hal yang Dapat Dilakukan untuk Meningkatkan Kualitas Etika 

Era digital harus dihadapi dengan baik, kemampuan untuk mengendalikan dan kemampuan untuk menguasai peran teknologi dengan efektif, sehingga era digital dapat membawa manfaat yang signifikan dalam kehidupan kita. Selanjutnya, pendidikan harus berperan khusus dalam membantu individu memahami, menguasai, dan menggunakan teknologi dengan bijaksana dan tepat. Hal ini berlaku khususnya bagi anak-anak dan remaja, yang perlu mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang era digital, termasuk potensi manfaat dan resikonya. Orang tua juga perlu diberi pemahaman agar dapat mengawasi perilaku anak-anak mereka terkait dengan teknologi dan mengajarkan cara penggunaan yang benar dan bertanggung jawab.

Penurunan nilai moral pada anak-anak, terutama, telah menjadikan sebuah pekerjaan serius bagi pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi di era digital saat ini, dengan arus teknologi informasi yang sulit dikendalikan, permasalahan ini menjadi lebih kompleks. Media-media yang tidak diawasi dapat mempengaruhi pikiran anak melalui permainan online dengan mudah. Selanjutnya, di kalangan masyarakat dewasa, terdapat kemungkinan penyebaran informasi belum tentu akurat atau berita palsu (hoax). Maka dari itu, sangat penting untuk memahami etika dalam penggunaan media komunikasi. Di bawah ini adalah prinsip-prinsip etika yang perlu dipahami oleh seluruh masyarakat saat menggunakan media komunikasi dengan baik.

  1. Etika dalam Berkomunikasi

Ketika berkomunikasi melalui media sosial, seringkali orang melalaikan etika saat berkomunikasi. Hal ini jelas terlihat dalam banyak penggunaan kata-kata kasar yang digunakan dalam percakapan online, baik dengan sengaja maupun tanpa disengaja. Oleh karena itu, lebih baik jika kita berkomunikasi di platform online dengan memakai bahasa yang pantas dan sopan. Pentingnya membiasakan diri memakai bahasa yang tepat dan sesuai saat berinteraksi dengan siapa pun, termasuk ketika berkomunikasi menggunakan media sosial.

  1. Menghindari Penyebaran Pornografi, Aksi Kekerasan, dan SARA

Lebih baik jika kita tidak mengedarkan informasi yang berisikan unsur SARA (Suku, Agama, dan Ras) dan materi pornografi di platform media sosial. Sebaiknya kita terbiasa menyebarkan konten yang bermanfaat agar tidak memicu konflik di antara pengguna lain. Hindari juga mengunggah gambar atau foto yang menggambarkan kekerasan. Pentingnya untuk tidak menambah penderitaan keluarga korban dengan menyebarkan gambar kekerasan di platform media sosial, karena mungkin saja ada anggota keluarga mereka yang ada di dalam gambar yang kita bagikan. Jangan pula memberi edukasi kepada generasi muda tentang kekerasan melalui gambar kekerasan yang diunggah secara terbuka di media sosial.

  1. Cek Kembali Kebenaran Berita

Pada saat ini, tidak jarang kita menemui berita yang merusak reputasi salah satu pihak di platform media sosial. Tujuan di balik tindakan ini seringkali adalah untuk merusak citra pesaing dengan menyebarluaskan berita palsu. Oleh karena itu, pengguna media sosial harus memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dalam menilai sebuah informasi. Jika kita membagikan informasi tersebut, akan sangat bijaksana jika melakukan verifikasi terlebih dahulu untuk memastikan kevalidan informasinya.

  1. Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Ketika ingin membagikan informasi dari sumber lain, baik berupa foto, tulisan, atau video, disarankan untuk selalu mencantumkan asal informasi tersebut sebagai wujud penghargaan terhadap pencipta aslinya. Penting untuk tidak membiasakan diri dengan tindakan copy-paste tanpa menuliskan sumber informasi.

  1. Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi

Sebaiknya kita bijak dalam memberikan informasi mengenai kehidupan pribadi ketika menggunakan media sosial. Hindarilah mengungkapkan terlalu banyak informasi pribadi, terutama alamat rumah atau nomor telepon kita. Tindakan ini dapat menyebabkan informasi tersebut jatuh ke tangan orang lain yang mungkin memiliki niat jahat dan ingin melakukan tindakan kriminal terhadap kita.

Etika atau yang disebut akhlak dalam islam merupakan sebuah perilaku yang lebih penting daripada amal, sehingga sebagai seorang muslim memiliki akhlak dan etika yang baik merupakan hal yang diutamakan. Penggunaan sosial media oleh remaja yang tidak didasari keteguhan ideologi islam, dapat menyebabkan adanya penyimpangan etika. oleh karena itu, diperlukan pengawasan dan penanaman ideologi islam yang kuat pada remaja sebelum anak diperbolehkan menggunakan social media secara luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun