Kecintaannya terhadap dunia literasi diteruskan Dian dengan menulis buku. Padahal saat dulu Dian masih bisa menyalurkan hobi membacanya, Dian tak tergerak untuk menulis. Ketika Dian sakit dan tidak bisa melihat, menulis justru menjadi satu jalan agar dirinya dapat tetap aktif dan bermanfaat. Tulisan-tulisan pertama Dian dibuat saat diirinya masih dalam masa perawatan. Perawat pendamping Dian yang membantunya menuliskan semua isi pikiran yang dia ucapkan.
Tulisan-tulisan Dian banyak dimuat di berbagai media massa. Melalui tulisan-tulisan tersebut Dian menjadi mulut bagi para Odapus untuk memperkenalkan penyakit ini kepada masyarakat. Dian juga memberi masukan kepada para pemangku kepentingan untuk dapat mendukung para Odapus dalam hal pengobatan.
Buku berjudul "Miracle of Love" menjadi karya pertama Dian dan Eko yang merangkum buku harian mereka selama menghadapi Lupus. Buku tersebut menginspirasi para pembaca untuk tidak putus asa dan mengenal cinta sejati. Dalam sebuah bab Eko melampirkan puisi-puisi cinta yang dituliskan untuk Dian selama masa pernikahan.
Fisik boleh berubah, namun pikiran Dian masih tetap tajam. Perempuan lulusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan '83 itu tak sekadar menulis, dia juga membuat konsep sampul bukunya sendiri. Menurut Dian segala sesuatu yang dibacanya mengendap dan menjadi bahan baku untuk berpikir. Pernah bisa melihat menjadi anugerah untuknya. Dengan bekalnya itu Dian masih dapat mengimajinasikan visual.Â
"Aku suka berimajinasi tentang buku yang kuinginkan. Seperti buku 'sunrise serenade' itu aku yang membuat judulnya. Aku juga minta sampulnya warna pastel karena aku suka warna-warna pastel", ujar Dian. Dian memiliki aset berupa visual memory. Yaitu objek yang terekam dalam benaknya karena pernah melihat, merasakan, atau meraba.
Kreativitas Dian juga disalurkan dalam buku "Luppy Sahabatku yang Nakal". Dian menggagas buku ini karena bertemu dengan seorang Odapus cilik yang orangtuanya kebingungan menjelaskan tentang penyakit Lupus. Dian lalu membayangkan untuk membuat sebuah buku.
Dian sadar bahwa anak-anak membutuhkan penjelasan yang lebih sederhana dan menyenangkan. Buku cerita dengan warna dan ilustrasi yang menarik dibutuhkan para Odapus Cilik. Dinilai sebagai alat komunikasi yang inovatif, Â buku itu kemudian diterjemahkan ke dalam enam bahasa asing.
Gagasan Dian dianggap luar biasa untuk menguatkan mental para Odapus. "How to make friend with your enemy, how to make friend with Lupus" menjadi judul abstrak yang dipresentasikannya dalam The 9th International Congress on Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Vancouver, Kanada, pada 2010.
Abstrak ini ditulis Dian berdasarkan pengalamannya sendiri saat menghadapi Lupus. Inti dari abstrak itu adalah 'acceptance' atau 'penerimaan' dalam dunia psikologi. Kata itu disimpulkan Dian sebagai 'berserah diri' dalam bahasa spiritual. Dalam kesempatan itu Dian juga menerima International Lifetime Achievement Award.
Literasi telah menjadi pelita dalam dunia Dian. Kemudian Dian pun menjelma menjadi pelita bagi saudara-saudara Odapus dan penyandang Low Vision. Bagi Dian sendiri buku-buku yang ditulisnya bukan sekadar catatan perjalanan, tapi adalah sebuah pemaknaan.Â
"Kalau kita gak bisa dapat pemaknaan, gak dapatkan hikmahnya, catatan itu jadi gak bermakna, gak berarti. Tapi catatan itu harus menjadi pembelajaran diri sendiri dan orang lain. Sehingga kita paham pesan dari Allah. Sehingga apa yang kualami selama ini gak menjadi percuma", jelas Dian. ***