Menurut Abu Bakar al-Kattani sebagaimana yang dikutip oleh Imam al-Ghazali, beliau berkata: Tasawuf adalah budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk beramal, karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan petunjuk (nur) Islam. Dan orang-orang yang zuhud yang jiwanya menerima (perintah) untuk melakukan sebagian akhlaq, karena mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk (nur) imannya. Sehingga berdasarkan pengertian tersebut menyebutkan bahwa tasawuf memiliki konsentrasi untuk membentuk akhlak tasawuf dari seorang muslim.
Tasawuf dalam perkembangannya terbagi menjadi dua bagian yaitu tasawuf al-ashilah dan tasawuf al-dakhilah. Tasawuf al-ashilah adalah ajaran yang merupakan bagian dari Islam yakni tasawuf asli yang berkutat dengan tiga penyangga, Islam, iman, dan Ihsan. Tasawuf al-ashilah memiliki empat komponen yaitu sumber, tujuan, metode, dan model. Tasawuf al-ashilah bersumber pada Al-Qur'an yg sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah dalam upaya mengembangkan akhlak mulia dalam pembentukan karakter muslim merupakan tujuan dari pengamalan akhlak tasawuf. Model pengamalan al-ashilah adalah Rasulullah SAW sebagai Uswatun Hasanah. Dan metode pengamalannya yakni memadukan ilmu dan amal secara harmonis. Sedangkan pengamalan-pengamalan dari tasawuf al-ashilah mengikuti model amalan yang dilakukan oleh para sahabat,tabi'in, pengikut, tabi'in dan salaf shaleh, atau para ulama terdahulu yang shaleh. Tasawuf al-ashilah berdasarkan coraknya dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi, tasawuf qur'ani, tasawuf akhlaki, tasawuf amali, tasawuf salafi. Berikut definisi dari kelima corak dalam pembagian tasawuf al asilah:
1.Tasawuf qur'ani didefinisikan sebagai tasawuf yang berpedoman kepada al quran dengan menjadikan sumber wawasan dan sumber pengamalan tasawuf.
2.Tasawuf sunni merupakan tasawuf yang berpedoman kepada sunnah nabi dengan menjadikan perkataan, perbuatan, ketetapan, perencanaan, dan kepribadian rasulullah sebagai sumber wawasan dan sumber pengamalan tasawuf.
3.Tasawuf akhlaki merupakan tasawuf yang memiliki tujuan utama mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan jiwa dalam upaya mengembangkan akhlak mulia untuk membentuk kepribadian seorang muslim. Tasawuf akhlaki berorientasi pada perbaikan akhlak. Melalui pendekatan akhlak, keluhuran budi, kebagusan perilaku, dan kemuliaan sikap mampu menghantarkan mereka ke pangkuan Allah SWT dan focus mereka hanyalah meninggalkan sifat-sifat yang buruk yang ada dalam jiwa, serta menghiasi dengan sifat-sifat mulia sehingga sampai kepada Allah SWT.
4.Tasawuf amali merupakan tasawuf yang mempunyai metode pengalaman, menekankan keterpaduan ilmu dan amal dengan prinsip ilmu amaliah dan amal ilmiah. Tasawuf amali ini berpangkal pada ilmu yang kemudian berakhir pada amal.
5.Tasawuf salafi merupakan tasawuf yang mengikuti amaliah sahabat, tabiin, pengikut tabiin, dan para ulama terdahulu yang shaleh yang merupakan teladan dalam pengamalan tasawuf setelah rasulullah SAW.
Berdasarkan kelima corak tasawuf al asilah diatas, tasawuf amali lah tasawuf yang paling popular dalam kehidupan kaum muslimin karena tasawuf ini bersifat aplikasi dan praktis dalam mengembangkan kualitas ibadah dan muamalah yang mengikuti rasulullah dan para sahabat dengan pembinaan integritas kepribadian muslim.
Tasawuf yang kedua merupakan Tasawuf Al dakhilah. Jika Tasawuf Al ashilah merupakan ajaran dalam Islam maka Tasawuf Al dakhilah adalah ajaran yang tercampur dengan hal-hal diluar islam atau juga Tasawuf dakhilah dapat didefinisikan sebagai ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar islam yang masuk dan kemudian terserap ke dalam islam sehingga seakan-akan merupakan ajaran islam Ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang masuk dan terserap ke dalam islam sangatlah beragam. Ada yang berasal dari tradisi filsafah yunani, terutama neoplatonisme, ada yang berasal dari tradisi atau budaya spiritual para pertapa yunani dan nasrani, ada juga yang berasal dari ajaran agama majusi, hindu, atau budha. Tasawuf al dakhilah ini diibaratkan seperti halnya madu yang bercampur dengan racun sebagaimana madu yang bermanfaat bagi kesehatan dan madu yang mematikan. Oleh sebab itu, tasawuf al dakhilah janganlah langsung ditelan tetapi harus di salin dengan al-quran dan sunnah. Didalam
Dosen pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud L.c, M.A
Sumber: