Saat senja mulai memeluk raga, hening santapan jiwa
Rindu bercengkerama, buang lelah seharian kerja
Kangen bercengkerama seperti dulu kala
Saat senja memeluk jiwa, kala pintu tak lagi terbuka
Oh… membuat ku bertanya
Deru roda berpacu, berputar laju bak raksasa
Merayap dan menghimpit bak ular naga
Jalan sempit yang ada makin rusak dibuatnya
Debupun melayang berebut dalam lubang nafas manusia
Tinggalkan bekas luka tanya, siapa kan ditanya
Wahai semut semut batu bara, kau terpaku acuh bak penguasa
Namun roda terus berputar seperti tak merasa
Tinggalkan debu, terhempas tutupi apa saja
Bersatu dalam hisapan nafas manusia
Berbaur lumat
Lama lama tak berasa
Oh… hidup di atas gumulan batu bara
Rasa kangen berleha leha, apa masih ada
Tinggal ilusi semata
Saat merayap semut semut batu bara
Mengeruk alam menumpuk asa
Dalam aroma sesak congkaknya debu batu bara
Oh… membuat ku bertanya tanya
Lalu,
Muncul titik titik warga
Berdiri tegak pastikan dana
Uang Debu sebutan warga
Pasti ada yang kelola
Semakin mengundang tanya
Benar benar kuingin bertanya
Kita hanya warga, kita tahu apa, kita harus bagaimana
Kita hanya warga, tak tahu siapa kan ditanya, kita pasrah saja
Kita hanya warga, impikan segera sirna
Kembali ingin bertanya, membuat ku bertanya tanya
Oh… membuat ku bertanya tanya
Dan benar benar bertanya
Namun sayang
Tanyaku tak pernah bergema
Gaungpun bias di antara banyak suara
Pasrah dan menunggu nasib saja
Tunggu sampai muka penuh jelaga dan paru memjadi batu bata
Atau mati terkubur bencana
Aisy, 2012/07/06
Repost
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H