Mohon tunggu...
Aisyah Diva Nurhaliza
Aisyah Diva Nurhaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu Budaya

Mahasiswa Studi Kejepangan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kintsugi: Memperbaiki Dengan Keindahan yang Tersembunyi

2 Juni 2023   00:49 Diperbarui: 2 Juni 2023   00:50 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia yang serba cepat dan materialistik ini, kita sering kali berusaha untuk menyembunyikan atau menghindari kerusakan. Namun, ada keindahan yang tersembunyi dalam kehancuran. Kintsugi, seni Jepang yang unik dan berani, mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam kerusakan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kintsugi, seni memperbaiki pecahan dengan menggunakan emas, dan mengungkapkan pesan filosofis dan inspirasi yang dapat kita ambil dari seni ini.

Kintsugi, secara harfiah berarti "reparasi dengan emas", adalah seni yang berasal dari Jepang pada abad ke-15. Tradisi ini melibatkan memperbaiki keramik yang pecah dengan mengisi celah dengan emas cair atau pernis emas. Melalui tangan ahli, pecahan yang sebelumnya dianggap rusak dan tidak berharga berubah menjadi karya seni yang memukau. Kintsugi mengajarkan kita untuk tidak menghindari atau menyembunyikan kerusakan, melainkan merayakan keunikan setiap pecahan.

Di balik kintsugi terdapat filosofi wabi-sabi yang kuat. Wabi-sabi adalah pendekatan Jepang terhadap keindahan yang menghargai kesederhanaan, keberadaan sementara, dan keindahan yang terdapat dalam ketidaksempurnaan. Dalam kintsugi, pecahan yang direparasi mencerminkan keunikan dan keberadaan sementara, serta memberikan pesan tentang pentingnya menerima kehidupan dengan semua ketidaksempurnaannya.

Kintsugi bukan hanya seni memperbaiki, tetapi juga merupakan perwujudan dari kehidupan itu sendiri. Seni ini mengajarkan kita untuk menerima dan menghargai perjalanan hidup, baik yang penuh dengan kegembiraan maupun penderitaan. Kintsugi mengajak kita untuk melihat bahwa setiap patahan dan kerusakan adalah bagian yang tak terpisahkan dari cerita kita sendiri. Dalam dunia yang terobsesi dengan kesempurnaan dan penampilan yang sempurna, kintsugi mengingatkan kita untuk merangkul ketidaksempurnaan kita dan menemukan keindahan di dalamnya.

Salah satu aspek yang menarik dari kintsugi adalah proses pemulihannya. Saat melakukan reparasi, pengrajin kintsugi dengan hati-hati mengisi celah-celah pecahan dengan emas. Proses ini membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan perhatian terhadap detail. Reparasi tersebut tidak hanya memperbaiki kerusakan fisik, tetapi juga memberikan nilai tambah pada objek yang direparasi. Jika dilihat secara keseluruhan, kintsugi menambahkan lapisan keindahan dan keunikannya sendiri pada keramik yang pecah.

Konsep kintsugi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk seni, desain, dan pemulihan emosional. Banyak seniman dan perancang interior yang terinspirasi oleh kintsugi dalam menciptakan karya mereka. Mereka mengadopsi konsep ketidaksempurnaan dan keunikan dalam desain mereka, menciptakan karya seni yang memiliki nilai dan cerita yang mendalam.

Kintsugi juga memiliki implikasi filosofis yang mendalam. Melalui seni ini, kita belajar untuk menerima diri kita apa adanya, dengan semua kelemahan dan kerusakan yang mungkin kita miliki. Ketika kita menerima diri kita sendiri dengan penuh kasih, kita mengubah kerusakan menjadi keindahan yang tak ternilai. Kintsugi mengajarkan kita tentang pentingnya proses pemulihan. Seperti halnya keramik yang pecah, kita semua mengalami kerusakan dalam hidup ini. Namun, dengan kegigihan dan ketekunan, kita dapat memperbaiki diri kita sendiri dan berkembang menjadi versi yang lebih kuat dan lebih indah.

Terakhir, kintsugi mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai proses. Reparasi kintsugi membutuhkan kesabaran dan ketelitian, seperti halnya pemulihan diri kita sendiri. Kita harus melalui langkah-langkah yang hati-hati untuk mencapai keindahan yang lebih tinggi. Dalam dunia yang seringkali berfokus pada kesempurnaan dan perbaikan yang cepat, kintsugi menawarkan perspektif yang berbeda. Seni ini mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam kerusakan, menghargai kesederhanaan, dan menerima kehidupan dengan segala ketidaksempurnaannya.

Dalam kesimpulan, kintsugi adalah seni yang memukau dan inspiratif yang mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam kerusakan. Melalui pemikiran wabi-sabi, kintsugi mengajak kita untuk memandang hidup dengan cara yang lebih dalam dan penuh makna. Di dalam pecahan yang direparasi, terdapat keindahan yang tersembunyi dan pesan tentang keabadian dan penerimaan. Kintsugi menginspirasi kita untuk merangkul ketidaksempurnaan kita dan menemukan keindahan di dalamnya, mengingatkan kita bahwa kita semua adalah karya seni yang tak tergantikan dalam perjalanan hidup ini. Dengan mengadopsi filosofi kintsugi dalam kehidupan kita, kita dapat menemukan kedamaian, keberanian, dan keindahan yang tersembunyi dalam setiap kerusakan dan pecahan kita.

Referensi:

1. Arai, Junichi. "Kintsugi: The Art of Embracing Damage and Imperfection". Journal of Design History, Vol. 23, No. 3, hal. 297-305, 2010.

2. Ransom, Candice. "Kintsugi: The Japanese Art of Healing with Gold". Tuttle Publishing, 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun