Mohon tunggu...
aisyah ayu nabilla
aisyah ayu nabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Pria Berpenampilan Feminim

31 Mei 2024   21:50 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:51 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di masa sekarang ini sudah tidak asing lagi bagi kita melihat fenomena pria berpenampilan dan berperilaku seperti wanita. Sudah banyak sekali kasus yang beredar di media sosial. Lebih tepatnya, perilaku feminin pada pria ini mencakup peniruan sifat-sifat yang dianggap khas wanita, seperti memakai pakaian yang biasanya dipakai oleh para wanita dan bahkan menggunakan riasan atau makeup bahkan dari gaya bicara dan gaya berjalan juga meniru seperti wanita. Bagi sebagian orang, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan sesuai dengan norma akan tetapi bagi beberapa orang lain perilaku tersebut dianggap tidak wajar dan melanggar norma sosial. Oleh karena itu, fenomena ini sering kali menjadi bahan perdebatan yang intens, bahkan dapat dianggap sebagai bentuk propaganda.

Di Indonesia, pria dengan perilaku feminin ini sering kali menghadapi diskriminasi dari lingkungan sekitarnya. Perilaku ini juga bertentangan dengan norma-norma agama dan budaya. Sudah jelas bahwa fenomena ini tidak dapat dianggap sebagai hal yang normal. Keadaan seperti ini disebut sebagai transvestic fetishisme dimana seorang pria mengalami gairah seksual dengan memakai pakaian perempuan. Gangguan ini biasanya dimulai pada saat remaja dan masih tidak diketahui orang lain,kemudian beranjak dewasa mulai untuk mencoba berpakaian layaknya perempuan di depan umum. Sebagian kecil pria dengan transvestic fetishisme mungkin mengalami dysphoria yaitu ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya, banyak yang akan melakukan operasi pergantian kelamin untuk membuat mereka hidup secara permanen sebagai perempuan.

Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan norma-norma yang ada terlebih lagi pada norma agama dan budaya. Pada norma agama, perilaku tersebut dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma yang dianggap suci dan dapat menghadapi stigma atau penolakan dari komunitas keagamaan. Namun, ada juga interpretasi agama yang lebih inklusif atau terbuka terhadap variasi gender. Beberapa tradisi agama mungkin menawarkan pemahaman yang lebih luas tentang identitas gender dan menekankan pentingnya kasih sayang, penghargaan, dan pengampunan terhadap individu yang mengekspresikan gender mereka di luar norma yang dianggap konvensional. Tanggapan terhadap perilaku semacam itu dapat sangat bervariasi tergantung pada tradisi agama, interpretasi, dan konteks sosial-budaya di mana agama tersebut diterapkan.

Pada norma budaya, di beberapa budaya perbedaan gender sangatlah dijaga dan perilaku yang menyerupai wanita dari pria dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma. Namun, ada pula budaya-budaya di mana ada lebih banyak fleksibilitas dalam hal identitas gender dan ekspresi diri. Tanggapan pada perilaku laki-laki yang menyerupai wanita dalam norma budaya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, tradisi, dan kepercayaan yang dianut dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, tanggapan bisa bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya.

Dari maraknya pria berpenampilan wanita tentu terdapat cara yang dapat dilakukan untuk menghindari fenomena ini diantaranya :

1. Edukasi dan Pemahaman

Tingkatkan pemahaman tentang keberagaman gender dan pentingnya menerima perbedaan. Pemahaman yang utama yaitu agama sebagai pondasi, seseorang tanpa agama dapat kehilangan arah tujuan hidup dan tak mengerti akan ke mana arahnya. Sehingga agama merupakan hal yang sangat berperan penting dalam pencegahan fenomena lelaki feminim. Penting juga melakukan edukasi yang lebih baik tentang gender karena dapat membantu mengurangi keinginan untuk berpenampilan tidak sesuai gendernya.

2. Menjaga lingkup pergaulan

Pada era saat ini, jaringan sosial telah merentang secara luas dan bebas memungkinkan orang untuk terhubung di seluruh belahan benua. Sebagai contoh, seseorang dapat berinteraksi atau bahkan membangun hubungan dekat dengan individu dari negara yang berbeda. Namun, keterbukaan dan kebebasan pergaulan ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya fenomena yang kurang biasa. Pergaulan yang terlalu longgar cenderung mengarahkan seseorang ke arah perilaku yang bertentangan dengan norma, baik itu norma agama maupun budaya. Perlunya untuk memfilter terlebih dahulu mana yang membawa ke arah positif dan mana yang membawa ke arah negative. Diri kita bisa merasa bahwa terjebak dalam pergaulan negative tentu bisa segera keluar dari lingkup tersebut agar tidak semakin terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, penting untuk menjaga lingkup pergaulan agar terhindar dari perilaku yang melanggar norma.

3. Kenali dan Terima Diri Sendiri

Langkah awal yaitu pahami dan terimalah identitas dan gender diri sendiri dengan jujur. Mengenal diri sendiri dengan baik akan membantu untuk menghindari tekanan dari luar yang mungkin mencoba membawa ke arah yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun