Selain dengan negara-negara ASEAN, LCS juga diterapkan dengan negara di luar ASEAN, salah satunya China. Pada Indonesia-China Business Forum (ICBF) 2024 yang diadakan di Shanghai pada 25 September 2024, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Shanghai dan Bank Indonesia (BI) mempromosikan penggunaan LCS untuk memfasilitasi transaksi bilateral dan investasi. Acara ini, yang dihadiri oleh sekitar 100 pelaku usaha dari berbagai sektor, merupakan hasil kerjasama antara KJRI Shanghai, Bank Indonesia, dan UOB (China).
China, sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, masih mendominasi transaksi bilateral dengan penggunaan dolar AS. Namun, melalui LCS, perdagangan dan investasi antara Indonesia dan China diharapkan semakin menguat dan lebih menguntungkan bagi kedua negara. Kerjasama bilateral LCS antara BI dan People's Bank of China (PBoC) telah dimulai sejak 6 September 2021, dengan partisipasi 16 bank dari Indonesia dan 8 bank dari China.
Penerapan LCS di ASEAN bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS. Meskipun implementasi LCS mulai menunjukkan pengurangan ketergantungan, dampaknya terhadap Rupiah masih relatif kecil. Faktor ekspor dan impor yang lebih didominasi oleh mata uang negara mitra membuat penggunaan Rupiah dalam LCS belum maksimal, selain itu ASEAN masih harus menghadapi beberapa tantangan dalam proses penerapannya. Meski demikian ASEAN tetap perlu terus mendorong penerapan Local Currency Settlement (LCS) yang mungkin proses transisinya akan berlangsung bertahap, namun dengan upaya yang berkelanjutan diharapkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral dapat meningkat dan memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian kawasan dan dapat memitigasi dampak kebijakan moneter AS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H