Mohon tunggu...
Aisyah Shintawati
Aisyah Shintawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG PGSD UNS

Mendalami Bidang Ilmu Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi terhadap Pemikiran-Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1 Januari 2024   17:20 Diperbarui: 1 Januari 2024   17:31 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gamabr dari smaialazhar5.sch.id (Diolah Penulis)

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tentang tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Arti "Menuntun" dalam konteks pendidikan ialah membimbing, mengarahkan, mendorong anak menjadi individu yang berilmu dan generasi yang memiliki moral yang baik. Dalam proses "menuntun", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Guru memperlakukan anak didiknya dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya. Guru melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso), dan memberikan dorongan (tut wuri handayani).

KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama". Pendidik harus bisa menuntun anak-anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Jika melihat kodrat zaman, saat ini kemampuan anak dituntut harus mempunyai keterampilan abad 21 meliputi berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia dan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat tinggal peserta didik.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan salah satunya adalah budi pekerti. Budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.

Kemudian, pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu tentang sistem among. Sistem Among adalah upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang memungkinkan setiap individu untuk tumbuh sesuai dengan kodrat alaminya sendiri, sambil memberikan kebebasan dalam berpikir dan belajar. Konsep ini masih relevan dalam konteks pendidikan modern yang menekankan pada penghargaan terhadap keberagaman individual dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Hal yang saya percayai tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajri topik ini

Perihal yang saya pecaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari topik ini yaitu saat pembelajaran di sekolah guru masih banyak menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan  materi-materi yang sedang dipelajari, peserta didik belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai pembelajaran sebelum diajar oleh seorang guru krena peserta didik belum mempunyai kemampuan kemandirian dalam belajar. Pada saat itu guru belum mempunyai inovasi-inovasi yang cukup dalam merancang pembelajaran yang memerdekaan peserta didik dan guru belum bisa secara optimal mengintegrasikan perangkat teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran juga masih berpusat pada guru (Teacher Center), hal itu berdampak peserta didik menjadi tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Hal yang berubah dari pemikiran saya setelah mempelajari topik ini

Hal yang berubah dari pemikiran setelah mempelajari topik ini yaitu peserta didik merupakan subjek dalam sebuah proses pembelajaran bukan sebagai objek, sehingga proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Pendidikan harus berpusat pada anak yang mengutamakan kepentinan peserta didik dari hal apapun sehingga dapat selaras dengan tujuan Nasional Indonesia. Selain itu, pendidikan juga harus menerapkan Sistem Among pada pemikiran Ki Hajar Dewantara yang memerdekan peserta didik dalam belajar sehingga peserta didik dalam proses belajarnya tidak merasa tertekan dan dapat menggali potensi pada diri peserta didik dengan bebas. Tidak ada paksaan dalam pembelajaran tetapi guru sebagai fasilitator yang menuntun peserta didik dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Setiap anak yang istimewa pasti memiliki karakteristik, keunikan dan potensi yang berbeda sehingga penerapan Sistem Among akan membawa pembelajaran yang sesuai dengan karakteristi, gaya belajar, dan minat bakat peserta didik.

Hal yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas dapat merefleksikan pemikiran KHD. 

Hal yang saya terapkan di kelas agar dapat merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah guru harus meningkatkan komptensinya sesuai dengan tuntutan abad-21, mempunyai jiwa disiplin dan bertanggung jawab, menjadi suri tauladan bagi peserta didik agar dapat menanamkan nilai karakter budi pekerti luhur dan nilai-nilai Pancasila, dapat memotivasi peserta didik untuk terus meningkatkan rasa empati, simpati, toleransi, kekluargaan, dan solidaritas antar teman, memberikan kebebasa peserta didik dalam belajar dan menggali pontensi yang ada pada dirinya, selalu membudayakan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun) baik di sekolah dan lingkungan masyarakat, dan berusaha menanamkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancsila dari keenam dimensinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun