Hereditas atau pewarisan sifat adalah proses dimana individu menerima karakteristik fisik dan mental dari orang tua atau leluhurnya. Gen-gen yang diwariskan ini mempengaruhi berbagai aspek perkembangan, mulai dari warna mata dan rambut hingga potensi kognitif dan kecenderungan sifat tertentu. Â Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hereditas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap potensi intelektual dan kepribadian seseorang. Misalnya, bakat dalam bidang musik, seni, atau matematika sering kali muncul pada keluarga tertentu yang memang memiliki riwayat keahlian di bidang-bidang tersebut. Namun, hereditas bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang, sebab lingkungan memiliki peran besar dalam memaksimalkan atau membatasi potensi yang diwariskan ini. Selain itu, hereditas juga memengaruhi aspek kepribadian. Misalnya, sifat pemalu atau ekstrovert mungkin dipengaruhi oleh genetik. Namun, bagaimana sifat-sifat ini berkembang sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana individu tersebut dibesarkan.
Lingkungan dalam psikologi pendidikan meliputi segala aspek luar yang memengaruhi perkembangan individu, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, lingkungan yang mendukung, seperti keluarga yang harmonis, teman yang positif, serta guru yang peduli, akan membantu peserta didik berkembang secara optimal. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lingkungan terpenting dalam pembentukan karakter dan kebiasaan awal anak. Keluarga adalah tempat anak pertama kali belajar tentang nilai-nilai, kebiasaan, dan norma. Sebuah keluarga yang memberikan kasih sayang dan dukungan dapat membantu anak merasa aman dan percaya diri. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil atau penuh tekanan cenderung mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan sosial. Selain itu, lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh. Sekolah adalah tempat anak mengembangkan kemampuan kognitif, keterampilan sosial, dan keterampilan lainnya. Guru yang bijak dapat menjadi inspirasi dan membimbing anak untuk mengembangkan potensi mereka. Lingkungan yang mendukung di sekolah, seperti interaksi yang positif dengan teman sebaya, juga sangat penting dalam perkembangan sosial dan emosional anak.
Meskipun hereditas menentukan potensi dasar individu, lingkungan yang kondusif sangat penting untuk mengembangkan potensi tersebut. Misalnya, seorang anak yang memiliki bakat dalam matematika secara genetik akan membutuhkan lingkungan belajar yang mendukung, seperti guru yang kompeten dan sumber belajar yang memadai, agar potensi tersebut dapat berkembang. Sebaliknya, anak yang kurang memiliki potensi bawaan dalam bidang tertentu bisa tetap unggul dalam bidang tersebut jika ia mendapatkan dukungan lingkungan yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hereditas dan lingkungan bukanlah faktor yang bekerja secara independen, melainkan saling melengkapi
Pemahaman tentang interaksi antara hereditas dan lingkungan dapat membantu pendidik merancang pendekatan yang lebih tepat untuk setiap peserta didik. Pendekatan yang menghargai perbedaan individu akan membuat proses pembelajaran lebih efektif. Misalnya, guru dapat memperhatikan bakat khusus siswa sejak dini dan memberikan dorongan yang sesuai agar bakat tersebut dapat berkembang. Selain itu, guru juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi siswa dari latar belakang yang berbeda. Dengan memperhatikan faktor hereditas dan lingkungan, pendidikan dapat menjadi lebih adil dan bermakna bagi setiap individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H