Mohon tunggu...
Aisyatul Fitriyah
Aisyatul Fitriyah Mohon Tunggu... -

mahasiswa ulul albab,berjiwa pancasila

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Monster Tikus" Si Fobik

14 Oktober 2014   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya sempat merasa bingung pada beberapa menit yang lalu. Sebelum saya menulis beberapa bait dari deretan diksi yang sedang baca saat ini.Rasanya tidak ada ide yang muncul atau sejenak mampir dalam benak saya. Namun kemudian kebingungan itu sirna setelah saya mengutak-atik deretan nama kontak di HP. Perhatian saya terokus pada sebuah nama di kontak itu. Nama teman saya, yang cukup lama tak lagi bersama. Sebut saja dia bernama Mawar. Baiklah teman pembaca, kita sepakati menyebutnya “Mawar” dalam cerita yang akan saya tuturkan ini.

Mawar adalah teman yang dekat dengan saya ketika kami masih sekolah di MAN dulu. Kami memiliki hobi yang sama, kegemaran yang sama, juga fobia yang juga tak jauh berbeda. Sejak kecil saya tidak suka binatang, terutama binatang kecil berbulu yang terkenal dengan nama “tikus”. Teman saya, Mawar ternyata juga demikian. Malah dia lebih tinggi level fobia-nya darapada saya.

Ada sebuah pengalaman yang kurang menyenangkan yang pernah kami alami berdua. Sampai sekarang pengalaman itu masih hangat dalam ingatan saya. Siang itu ketika pulang sekolah kami berdua sedang berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Kami ingin ke Indomart yang tidak terlalu jauh dari sekolah kami. Saya dan Mawar mengobrol sepanjang perjalanan. Kami larut dalam obrolan dan imajinasi di benak kami. Kami juga kompak tertawa lepas jika ada yang lucu dari topik yang kami bincangkan.

Kemudian ada gemerisik pelan di rumput yang berjajar di pinggir trotoar. Kami berhenti sejenak dan saling memandang. Dan... yang terjadi pada dtik berikutnya adalah sebuah penampakan mengerikan yang masih lengket dalam ingatan saya sampai detik ini. Mungkin Mawar juga mengalami hal serupa jika ingat saat ini. Seekor tikus besar hamper sebesar kucing lewat di depan kami. Berlenggak-lenggok dengan ekornya yang agak panjang menari mengikuti gerak tubuhnya. Ohh, sungguh pemandangan yang mengerikan sekali, bukan???

Kami berdua beteriak dan berlari meninggalkan tempat itu. Ada rasa malu akan tatapan orang di jalan raya. Ada rasa takut dan isak tangis yang tertahan, karena mustahil jika kami menangis di jalan raya saat itu. Demi lari dari rasa malu kami segera masuk ke Indomart dengan perasaan takut yang masih menghantui kami. Saya mencoba menghela napas agar terlihat tenang dan seolah tak terjadi apa-apa pada detik sebelumnya.

Berbeda dengan Mawar, dia terlihat cemas dan gelisah. Mukanya yang biasanya berseri, kini terlihat pucat dan keringat dingin mengucur penuhdimukanya. Napasnya terdengar memburu dan terengah-engah. Tangannya lembab dan gemetar. Jemarinya tampak kaku dan ragu ketika menyentuh barang-barang yang akan dibeli olehnya. Tak ada satu katapun yang diucapkan padaku. Dia lebih sibuk dengan pikirannya, juga dengan rasa takut yang berlebihan pada ewan kecil si tikus itu.

“Kamu terlihat cemas, teman” sapaku berusaha mencairkan kecemasan yang sedang mendera pikirannya.

“Aku rasa tikus itu juga ada di sekitar sini. Setiap aku menyentuh barang yang akan ku beli, seolah barang itu berubah menjadi tikus dan aku menyentuh bulu-bulu halusnya... aku bergidik membayangkan tikus itu”

“Mawar disini aman kok. Tidak tikus yang berkeliaran” saya berusaha membuatnya tenang meskipun tak ada hasilnya.

Sekarang saya baru mengetahui bahwa Mawar memiliki fobia spesifik dan bagian dari gangguan kecemasan. Dalam buku Psikologi Abnormal (2005) fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi yang spesifik. Dalam kasus ini Mawar mengalami fobia terhadap binatang, yakni tikus.

Itu cerita pengalaman tentang “fobia” kami yang saat ini saya masih berusaha mencari solusinya. Semoga bermanfaat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun