Mohon tunggu...
Aisya Mustika
Aisya Mustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

budaya loka krisis dan gen z lebih suka budaya luar

22 Agustus 2024   23:15 Diperbarui: 22 Agustus 2024   23:11 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya lokal di Indonesia, seperti di banyak negara lain, sedang menghadapi krisis identitas yang mendalam di tengah pesatnya arus globalisasi. Generasi Z, yang dibesarkan dalam era digital dengan akses luas ke media sosial dan informasi global, seringkali lebih tertarik pada budaya luar dibandingkan budaya lokal mereka sendiri. Fenomena ini memunculkan tantangan besar dalam pelestarian dan pengembangan identitas budaya lokal.
Krisis ini terutama disebabkan oleh kecenderungan Generasi Z yang menganggap budaya asing lebih menarik dan relevan dibandingkan budaya lokal yang dianggap ketinggalan zaman. Media sosial, yang menyebarkan tren global dengan cepat, sering kali mengalihkan perhatian generasi muda dari nilai-nilai dan tradisi lokal yang telah lama ada. Akibatnya, minat terhadap bahasa daerah, seni tradisional, dan praktik adat menurun, mengancam keberlangsungan budaya lokal.
Untuk menghadapi krisis identitas ini, pendekatan kreatif yang inovatif dapat diterapkan:
1. Kolaborasi Budaya Pop dan Tradisi : Menggabungkan elemen budaya lokal dengan tren budaya pop dapat menarik minat Generasi Z. Misalnya, kolaborasi antara artis tradisional dengan influencer media sosial untuk membuat konten yang mengangkat tema-tema budaya lokal dengan cara yang modern dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan pemuda.
2. Gamifikasi Budaya : Mengembangkan aplikasi atau permainan video yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dapat membuatnya lebih menarik. Permainan yang menghadirkan cerita rakyat atau mitos lokal dalam format yang interaktif dapat memperkenalkan budaya lokal dengan cara yang menyenangkan dan edukatif.
3. Festival Virtual dan Augmented Reality : Menyelenggarakan festival budaya dalam format virtual atau augmented reality dapat menjangkau audiens global sekaligus membuat budaya lokal lebih menarik bagi Generasi Z. Acara ini dapat mencakup pertunjukan seni, kuliner, dan kerajinan tangan yang dipadukan dengan teknologi digital.
4. Edukasi Berbasis Proyek : Mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek di sekolah-sekolah untuk melibatkan siswa dalam pelestarian budaya lokal. Proyek yang mengajak siswa mendokumentasikan tradisi lokal atau merancang aplikasi yang mempromosikan budaya mereka dapat meningkatkan pemahaman dan rasa bangga terhadap warisan budaya.
Langkah-Langkah Pengembangan Budaya Lokal
1. Program Penerus Budaya: Mengembangkan program yang melibatkan generasi muda dalam proyek pelestarian budaya untuk memastikan kelangsungan tradisi.
2. Kemitraan Teknologi : Bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk membuat alat dan
platform yang memudahkan penyebaran budaya lokal dalam format digital yang menarik.
3. Penelitian Inovatif : Mendorong penelitian tentang cara adaptasi budaya lokal untuk memenuhi kebutuhan Generasi Z tanpa kehilangan esensi.
Dengan menerapkan pendekatan kreatif dan inovatif ini, diharapkan budaya lokal dapat tetap relevan dan menarik bagi Generasi Z, serta terjaga keberlangsungannya di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun