SEMARANG - Rabu, 10 Agustus 2022 -- Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Aisya Ananda (21) yang tergabung dalam Tim II KKN Undip 2022 telah melaksanakan kegiatan program kerja monodisiplin yaitu kegiatan Psikologi Mengajar dan Pembagian Psychology Book mengenai sexual harrashment,Â
cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar, serta melaksanakan kegiatan art therapy. Program ini termasuk dalam salah satu kategori dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas.
Kegiatan Psikologi mengajar ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Juli 2022 di SD N Tandang 04, yang diikuti oleh siswa-siswi kelas 3 sebagai sasaran kegiatannya.Â
Lalu, dilanjutkan dengan penyerahan Psychology Book pada pihak Perpustakaan SD N Tandang 04. Psikologi Mengajar yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini berisi pemaparan mengenai sexual harrashment, cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar,Â
dalam materi yang disampaikan oleh Aisya Ananda, Mahasiswa Psikologi Undip, menjelaskan mengenai pentingnya menjaga organ-organ penting tubuh dari sentuhan orang lain, menjaga kebersihan tubuh dan kebersihan gigi dengan mengetahui cara menggosok gigi yang baik dan benar.
Â
Setelah pemaparan selesai dilanjutkan dengan kegiatan art therapy atau kegiatan menggambar bersama sebagai upaya terapi Kesehatan mental bagi siswa-siswi, dimana para siswa diminta untuk menggambar bebas apa yang ingin mereka gambar, lalu menjelaskan alasan mengapa ia menganggambar hal tersebut.ÂSelanjutnya, dilakukan pembagian susu dan biskuit kepada siswa-siswi sebagai reward untuk para siswa. Setelah pemaparan dan art therapy selesai, dilanjiutkan dengan pemberian booklet Psychology book kepada perpustakaan SD N Tandang 04.
Â
Latar belakang dipilihnya tema psikologi mengajar ini karena pada saat ini memasuki era new normal, setelah pandemic covid 19, sangat penting bagi kita untuk mampu memahami dan menerapkan cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar,Â
apalagi masih sering dijumpai masyarakat, khususnya anak-anak yang belum menerapkan kebersihan diri secara baik dan benar, serta dengan maraknya kasus pelecehan seksual pada anak-anak membuat pentingnya pengetahuan sedini mungkin pada anak-anak mengenai sexual harrashment.Â
Dan setelah kurang lebih selama dua tahun pembelajaran dilakukan secara daring telah membuat jenuh para siswa, dimana mereka kurang berinteraksi dengan teman-teman sebayanya serta kurang mampu mengekspresikan emosinya.Â
Maka art therapy ini dilakukan sebagai sarana ekspresi kreatif agar mampu mendorong kesejahteraan mental anak-anak serta untuk mengatasi berbagai macam masalah, mulai dari gangguan kecemasan dan emosional.Â