Mohon tunggu...
Aisya ZahraMedina
Aisya ZahraMedina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya gemar memasak, bermain game, dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Darurat Membaca: Benarkah SDM Rendah karena Minat Baca Masyarakat yang Kurang?

4 Juni 2024   22:07 Diperbarui: 4 Juni 2024   23:25 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

abstrak

Minat baca di Indonesia berada di peringkat yang rendah dalam tingkat global, hal ini menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan literasi dan pengetahuan di masyarakat Indonesia. Melalui analisis data dan studi literatur, abstrak ini menjelaskan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya minat baca di Indonesia. Faktor-faktor tersebut meliputi kurangnya akses terhadap bahan bacaan, rendahnya kesadaran akan pentingnya literasi, kurangnya kebiasaan membaca di kalangan masyarakat, serta dominasi media elektronik sebagai sumber informasi utama. Selain itu, pendekatan pendidikan yang kurang memadai dalam mempromosikan minat baca juga menjadi faktor penting. Dengan memahami faktor-faktor ini, diharapkan dapat dirumuskan strategi dan kebijakan yang efektif untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, sehingga masyarakat dapat meraih manfaat dari literasi yang lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan.

Minat baca di Indonesia telah menjadi fokus perhatian yang mendalam, terutama karena negara ini terus-menerus menempati peringkat yang rendah dalam indeks minat baca dunia. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan sastra dan budaya yang melimpah, tren minat baca di kalangan masyarakat masih menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Menurut survei dan studi terbaru, Indonesia sering kali berada di peringkat yang rendah dalam daftar negara dengan minat baca yang tinggi, bahkan dibandingkan dengan negara-negara sekitarnya di Asia Tenggara. Fenomena ini memicu keprihatinan luas dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan aktivis sosial, yang bersama-sama berupaya memahami akar permasalahan dan menemukan solusi yang tepat.

Penyebab rendahnya minat baca di Indonesia merupakan topik yang kompleks dan multidimensional, melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu faktor utama adalah kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas dan terjangkau, terutama di daerah-daerah pedesaan dan pinggiran kota. Keterbatasan infrastruktur pendidikan dan perpustakaan juga menjadi kendala serius dalam memfasilitasi akses terhadap literatur bagi masyarakat luas. Selain itu, rendahnya kesadaran akan pentingnya literasi dan manfaat membaca dalam pembangunan pribadi dan sosial juga menjadi faktor penting dalam menekan minat baca di kalangan masyarakat.

Tidak hanya masalah akses dan kesadaran, tetapi kurangnya kebiasaan membaca juga menjadi perhatian serius. Budaya membaca yang belum terbentuk secara kuat di kalangan masyarakat Indonesia menyebabkan rendahnya frekuensi membaca, baik itu buku, majalah, ataupun koran. Dominasi media elektronik, seperti televisi dan internet, juga turut berkontribusi dalam menggeser minat baca, dengan menawarkan hiburan yang lebih instan dan menghibur. Dalam konteks pendidikan, kurangnya peran serta guru dan orangtua dalam membentuk kebiasaan membaca sejak dini juga menjadi faktor yang patut diperhatikan.

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi minat baca yang sangat rendah secara tingkat global, padahal Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah masyarakat yang terbilang banyak. Jika dikaitkan dengan statement SDM atau Sumber Daya Manusia Indonesia yang banyak dikatakan rendah, maka hal ini sangat berkaitan. PISA atau Programme for International Student Assessment adalah studi internasional yang menilai kualitas sistem Pendidikan dengan mengukur hasil belajar yang esensial untuk berhasil di Abad ke-21. Sampel pada data PISA dipilih secara acak oleh OECD yang merupakan Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi), dari seluruh wilayah termasuk daerah daerah tertinggal. Hasil PISA pada tahun 2022 ini terkait literasi membaca, menunjukkan peringkat Indonesia yang naik 5 posisi dibandingkan tahun 2018. Kendati demikian, score yang didapatkan menunjukkan penurunan dan Indonesia masih menduduki 11 peringkat terbawah dari 81 Negara yang didata.

            Kemudian ada fakta mencengangkan yang diungkap Evita Devega: UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca (kominfo.go.id). Karenanya, tak perlu heran bila ada ungkapan yang menyatakan bahwa Indonesia sedang mengalami darurat literasi. Kalau menurut pandangan saya, bukan hanya sedang mengalami, tetapi memang sudah sejak lama negeri ini mengalami darurat literasi. Setuju atau tidak dengan pandangan saya, tetapi begitulah realitas yang ada.

Keterkaitan antara rendahnya tingkat literasi di Indonesia dengan SDM yang rendah sangatlah erat. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu negara. Namun, rendahnya tingkat literasi di Indonesia secara langsung mempengaruhi kualitas SDM yang dihasilkan. Literasi yang rendah menghambat akses masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan. Ketika sebagian besar masyarakat tidak memiliki akses yang memadai terhadap bahan bacaan dan sumber daya pembelajaran, mereka cenderung mengalami keterbatasan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja yang semakin kompleks.

Kurangnya minat baca atau minim literasi yang rendah ini juga berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan yang diterima oleh masyarakat. Kurangnya minat baca dan pemahaman yang baik dapat mengakibatkan penurunan mutu pendidikan, baik itu di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Hal ini mempengaruhi kemampuan siswa dan mahasiswa untuk menyerap dan memahami materi pelajaran, sehingga menghasilkan lulusan yang kurang siap menghadapi tantangan di pasar kerja. Selain itu, rendahnya tingkat literasi juga mempengaruhi akses masyarakat terhadap informasi tentang kesehatan, kebersihan, dan berbagai aspek penting lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan SDM yang berkualitas, perlu adanya upaya yang serius dalam meningkatkan tingkat literasi di Indonesia. Peningkatan akses terhadap bahan bacaan, kampanye edukasi tentang pentingnya literasi, dan peningkatan kualitas pendidikan merupakan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa dengan tingkat literasi yang lebih tinggi, Indonesia akan mampu menghasilkan SDM yang lebih kompeten dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan global.

Keterkaitan antara rendahnya tingkat literasi di Indonesia dengan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) sangatlah jelas. Literasi yang rendah menjadi hambatan dalam akses terhadap informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan, sehingga berdampak pada kualitas SDM yang dihasilkan. Selain itu, literasi yang rendah juga berpengaruh pada kualitas pendidikan yang diterima oleh masyarakat, memengaruhi kemampuan siswa dan mahasiswa untuk menyerap dan memahami materi pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun