Hari ini hari Senin , seperti biasa , berangkat pagi ke sekolah untuk membimbing siswa yang secara bergantian mengambil dan menyetorkan tugas mata pelajaran.Â
Sekolah kami memang menganut belajar jarak jauh system daring kombinasi. Hal ini disebabkan karena beragamnya kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh orang tua siswa.Â
Lebih dari setengah siswa tidak memiliki gadget yang bisa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu atas kesepakatan semua pihak jadilah kami mengadut system daring kombinasi tersebut.
Tak terasa hari menjelang siang saat mendapat wapri yang menanyakan link yang saya kirim saat mengirimkan artikel di blog. Beliau menanyakan nama link saya dan saya menjawab seadanya tanpa pikiran apapun.Â
Saya memang beberapa hari ke belakang tepatnya saat mendekati peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke-75 mengikuti lomba menulis artikel tentang pembelajaran di era pandemi ini.
Saya tidak punya pikiran lain, mungkin beliau hanya ingin ngecek saja. Beberapa saat kemudian beliau mengabarkan bahwa link saya masuk sepuluh besar.Â
Huft tak terbayangkan sebelumnya. Sambil kaget saya bertanya lagi dan beliau langsung mengirimkan daftar nama yang masuk sepuluh besar. Kalau anak kecil mungkin saya sudah teriak-teriak bahagia karena saya memang tidak pernah menyangka. Saya tidak berharap banyak karena artikel yang ditulis teman-teman saya sungguh bagus dan keren. Setelah saya berterima kasih atas informasi yang diberikan beliau saya jadi terharu.
Mungkin bagi sebagian besar teman-teman kenapa saya seterharu itu? Jujur saya sampaikan bahwa saya menulis itu kalau boleh dikatakan agak terlambat karena mulai menulis saat usia sudah menjelang Lolita ( lolos lima puluh tahun).Â
Tetapi saya tetap berusaha untuk belajar menulis dengan perlahan tentunya. Kalau orang lain belajar menulis itu ibarat berlari, maka saya belajar menulis itu seperti semut berjalan. Saya berpikir tidak ada salahnya saya terus belajar walau angka sudah tak muda lagi.
Itulah sebabnya perasaan saya jadi mengharu biru, ternyata emak-emak juga juga bisa belajar walau sering tertatih dan harus berulang-ulang. Tetapi saya tidak berkecil hati dan tidak malu untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu terutama mentor saya, Om Jay.Â
Prinsip saya nggak apa-apa belajar telat usia yang penting ada keinginan untuk bisa. Nggak apa-apa belajar perlahan yang penting ada sesuatu yang saya dapatkan.