"Bagaimana Buddha Menemukan Jalan Tengah". Ketika Buddha pertama kali mulai pencarian batinnya, ia melakukan banyak matiraga. Ia duduk bermeditasi di bawah pohon. Pada suatu hari dua orang pemain musik lewat dekat pohon itu. Yang satu sedang berbicara dengan yang lain, "Jangan menyetel senar siter-mu terlalu kuat, nanti putus. Jangan juga memasangnya terlalu lembek, nanti tidak dapat berbunyi. Setel-lah dengan ukuran tengah-tengah."
Kata-kata itu sangat kuat menyentuh hati Buddha, sampai mengubah seluruh cara pendekatan hidup batinnya. Ia yakin bahwa kata-kata itu ditujukan kepadanya. Sejak saat itu ia berhenti dari matiraga-nya yang keras dan mulai mengikuti jalan yang mudah dan ringan, yaitu jalan keugaharian. Pendekatannya ke arah penerangan batin disebut Jalan Tengah. (Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello SJ, Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990).
Metafora diatas menunjukkan betapa kekuatan kata-kata bisa merubah kebiasaan bahkan kegiatan kita dalam kehidupan. Kekuatan kata-kata dalam pelajaran NLP memang luar biasa, baik kata yang sering diucapkan atau kata yang sering dimunculkan dalam diri atau Self Talk.
Satu sesi pelajaran NLP dari Pak Robby Oktober dan Pak Ongky Hojanto kekuatan kata-kata dicontohkan dalam cerita berikut,
Di suatu pedalaman, terdapat anak gadis yang sangat cantik dan sexy luar biasa. Gadis ini bernama Indah, yang ditaksir oleh seluruh pemuda desa tersebut. Ratusan pemuda sudah menyatakan cintanya, tetapi Indah belum ingin menjatuhkan putusannya.
Tahun demi tahun indah sudah mulai berumur, saat menyentuh usia 19 tahun, Indah mulai berpikir, kalau aku tidak memilih, aku akan jomblo keterusan. Akhirnya Indah menetapkan pilihan dengan segala pertimbangan kepada Yudhi. Betapa senangnya Yudhi, sebagai pemuda yang dipilih oleh Indah. Hatinya sangat bangga, karena dia sebagai salah satu pemuda, yang akhirnya dipilih oleh Indah.
Singkat kata, mereka sudah berpacaran tujuh tahun, sangat harmonis, cocok satu sama lain. Mereka berdua membaca iklan mengenai seminar dan workshop di kota. Mengenai suatu tema menghadapi Pernikahan. Pada hari H-nya, mereka berdua mengikuti seminar dan workshop di kota, Indah dan Yudi tidak boleh dalam satu kelompok, aturan diskusi kelompoknya, intinya mereka dalam kelompok yang berbeda. Indah senang sekali mengikuti workshop ini. Dan yang lebih menyenangkan bagi Indah, di kelompoknya terdapat pemuda yang sangat tampan, kaya, dan tutur bahasanya sangat baik. Begitu sempurna bagi Indah pemuda ini. Indah kagum.
Indra adalah nama pemuda dalam kelompok ini. Setelah workshop Indah dan Yudhi pulang ke desa mereka, tetap mesra. Ada yang berubah dalam diri Indah. Kagum dan selalu teringat kepada Indra, pemuda sopan, tampan dan kaya. Seminggu sudah berlalu setelah workshop. Mereka memang sudah tukaran nomor telepon dan Whatsapp. Ting...ting...eh Indra meng-Whatsapp Indah. "Kita kumpul yuk? Bahas kasus sama teman-teman workshop." Indra memang karena sebagai ketua kelompok, harus memberikan pesan melalui whatsapp kepada semua anggotanya. Indah saat menerima whatsapp, hatinya berbunga-bunga. "Indra whatsapp! Wuah pemuda idamanku ni"
Seringnya kelompok mereka bertemu, walaupun dengan se-ijin Yudhi, Indah sering berangkat sendiri. Katanya takut merepotkan Yudhi. Indah dan Indra semakin cocok, Indah akhirnya pindah ke lain hati. Dari hanya sekedar kagum menjadi cinta. Setelah berbagai pertimbangan, Indah memilih Indra, dan karena merasa cocok, Indah memaksa Indra untuk menikahinya secepatnya. Indra setuju, karena umur mereka berdua sudah cukup untuk menikah.
Yudhi yang tidak tahu perkembangan hubungan pacarnya Indah, hanya merasa, Indah berubah dan menjauhi dirinya. Cuma Yudhi mengabaikan perasaannya karena cinta mati dengan Indah. Tidak curiga sedikitpun. Hingga pada suatu hari, tok...tok...tok. Yudhi mendengar pintu rumahnya diketok tamu. Langsung membukanya, dan dilihatnya Indah."Hai Indah? Kenapa ?". Indah tiba-tiba menggandeng Indra, pemuda yang belum dikenali oleh Yudhi, menjawab ,"Yud, ini calon aku. Aku membawa undangan pernikahanku. Kenalin ini Indra"
Duarrrr...hati Yudhi seperti ditembaki berkali-kali dan meledak. Indah langsung pergi bersama Indra, melihat reaksi Yudhi yang kaget dan bengong melihat undangan. Rasa hancur di hati Yudhi, sambil masih terlihat sedih yang sangat mendalam, Yudhi berkata dalam hati,"Koq begitu teganya Indah, sudah pacaran tujuh tahun. Putusin gue begitu aja, dengan mengirim undangan perkawinan. Apa salah gue?. Hancur hati gue. Apa bisa, gue mendapatkan cewek secantik Indah? Wuah kacau hidup gue, mana mungkin!"