Setiap manusia dalam melaksanakan pengabdiannya kepada Allah SWT. selalu menghadapi berbagai godaan atau gangguan dari Iblis, baik yang berasal dalam diri sendiri maupun dari kekuatan luar yang tak terlihat. Salah satu kekuatan terbesar yang berusaha menjauhkan kita dari kebenaran adalah Iblis, yang dengan berbagai taktik liciknya berupaya menjerumuskan kita ke dalam dosa. Iblis adalah musuh abadi bagi manusia, berusaha untuk menguasai hati manusia dalam upaya menyesatkan dan menjauhkan manusia dari Allah SWT. "Iblis mempergunakan berbagai godaan tipu daya dan muslihat untuk menjerumuskan manusia dalam kehinaan dan kemurkaan Allah SWT" (Hamka & Tafsir, 2017).
Iblis tidak hanya menyerang kita melalui tindakan buruk, tetapi juga menyusup ke dalam pikiran, perasaan, dan keputusan kecil yang lama-lama dapat mengubah arah hidup kita secara signifikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengenali dan memahami taktik yang digunakan oleh Iblis, baik segala godaan, tipu daya, serta muslihat untuk menyesatkan kita, agar kita dapat melawan godaan-godaan tersebut dan dapat terhindar dari kemurkaan Allah SWT. dan tetap menjadi makhluk yang mulia.
Iblis dikatakan sebagai syaitan yang paling jahat. Dalam tafsir Ibnu Katsir Juz 1, dijelaskan bahwa sebelumnya Iblis adalah makhluk Allah yang paling banyak beribadah dan memiliki pengetahuan yang sangat luas, serta dikenal dengan nama Azazil. Ibadah dan pengetahuannya bahkan melebihi makhluk lainnya, termasuk malaikat. Meskipun Azazil melaksanakan ibadahnya dengan sepenuh hati, ia tidak menyadari bahwa kekuatan untuk beribadah itu berasal dari Allah. Ketidaksadarannya ini menimbulkan sikap yang bertentangan dengan esensi ibadah, yaitu munculnya rasa sombong dalam dirinya, seolah-olah ia adalah yang paling berhak menduduki posisi tertinggi di antara makhluk-Nya. Kesombongan yang ditunjukkan oleh Azazil akhirnya mengubah namanya menjadi Iblis. Nama Iblis diduga berasal dari kata "ablasa" yang berarti "putus harapan" karena ia telah kehilangan harapan untuk masuk ke surga-Nya (Aham, edisi 81 tahun x, Muharram 1430 dalam buku Marketing Iblis: Strategi dan Program Pemasaran dari Dunia Lain. (2023)).
Iblis muncul pada saat Allah SWT. berada di puncak kemarahan-Nya. Hal ini terjadi karena makhluk tersebut menolak mematuhi perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam AS. Dalam konteks ini, surat Al-Kahfi ayat 50 menjelaskan peristiwa tersebut.
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Â Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah SWT) bagi orang-orang yang zalim".
Dari ayat tersebut, terlihat dengan jelas status "Iblis". Bahwa yang disebut Iblis adalah golongan jin. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang diperintahkan oleh Allah SWT. untuk bersujud kepada Adam AS adalah malaikat dan jin. Kedua makhluk inilah yang menerima perintah untuk bersujud. Dengan demikian, tidak ada makhluk yang bernama Iblis seperti halnya manusia, malaikat, hewan dan lain-lain. Yang ada hanyalah makhluk dari golongan jin (Hakim, 2017).
Sebuah dialog yang terjadi antara Iblis dan Allah SWT. ketika Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam AS.
"Allah SWT. berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya. Â Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (Q.S Al-A'raf; 12).
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan Iblis tidak mau bersujud kepada Adam AS adalah lantaran Adam diciptakan dari tanah, sementara ia sendiri diciptakan dari api. Menurut pandangan Iblis, api memiliki derajat kemuliaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah.
Setelah diketahui bahwa iblis adalah bagian dari golongan jin. Maka selanjutnya, dalam benak penulis terdapat kegelishan. Kegelisahan tersebut adalah "Bagaimana Iblis dapat menggoda dan membisikkan hati manusia yang sering dikatakan oleh Al-Qur'an?".
Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan penulis di atas, ada baiknya kita merujuk pada kisah penciptaan Adam. Setelah Allah SWT menciptakan Adam, Ia meminta kepada malaikat dan jin untuk bersujud kepada Adam. Malaikat dengan segera tunduk dan mematuhi perintah tersebut. Namun, tidak demikian halnya dengan jin, yang menolak untuk bersujud kepada Adam. Yang karena keengganan ini, Allah SWT kemudian menyebutnya dengan nama Iblis. Jin pun kemudian terlibat dalam perdebatan dengan Allah SWT. Selanjutnya, ketika Adam dan Hawa tergoda untuk memakan buah terlarang, sosok yang menggoda mereka tidak lagi disebut sebagai "iblis" melainkan "setan". Sebutan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan prinsip kejahatan.