Mohon tunggu...
Aiskha Fahirana
Aiskha Fahirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - psychology

try to be better

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali Gamophobia, Ketakutan untuk Berkomitmen dan Menikah

18 Mei 2024   11:15 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gamophobia, yang juga dikenal sebagai fobia takut menikah, adalah sebuah ketakutan yang berlebihan terhadap komitmen pernikahan. Fobia ini dapat menyebabkan kehilangan hubungan yang berharga dan dapat berdampak pada kehidupan pribadi seseorang. Gejala gamophobia meliputi reaksi fisik seperti dada sesak, napas cepat, atau sesak napas, pusing, sakit kepala ringan, detak jantung yang cepat, mual, berkeringat, atau goyangan. Gejala psikologis yang umum juga dapat dirasakan, seperti rasa cemas yang berlebihan dan tidak terkontrol, menghindari pembicaraan mengenai pernikahan, dan mengakhiri hubungan yang baik karena kebutuhan untuk "melarikan diri".

Gamophobia dapat muncul karena trauma akan kegagalan hubungan masa lalu atau pengalaman masa kecil, seperti melihat hubungan orang tua yang buruk atau perceraian. Orang dengan gamophobia sulit untuk membentuk hubungan dengan orang lain dan mempengaruhi kemampuannya untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari secara normal. Mereka dapat mengalami kecemasan yang intens ketika bertemu pada kenyataan atau terkadang hanya memikirkan tentang hubungan atau pernikahan yang berkomitmen.

Gamophobia : Imbas dari budaya patriarki?
Gamophobia, yang berarti takut akan pernikahan, dapat dianggap sebagai imbas dari budaya patriarki. Dalam budaya patriarki, perempuan sering dianggap sebagai objek yang harus dikendalikan oleh laki-laki, sehingga perempuan dapat mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma gender yang tradisional. Dalam konteks ini, gamophobia dapat diartikan sebagai ketakutan perempuan terhadap pernikahan karena mereka khawatir tidak dapat memenuhi ekspektasi gender yang diterapkan oleh masyarakat, seperti menjadi ibu yang sempurna dan mengurus rumah tangga. Gamophobia juga dapat terkait dengan stigma dan tekanan sosial yang diterapkan oleh masyarakat patriarki, membuat perempuan merasa tidak siap atau tidak mampu untuk menangani tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Dengan demikian, gamophobia dapat dianggap sebagai hasil dari budaya patriarki yang mempengaruhi cara perempuan berpikir dan berperilaku dalam konteks pernikahan dan peran gender.

Kenali tanda-tanda gamophobia
Bukan sekadar takut biasa, rasa takut yang dialami seorang gamophobia bersifat jangka panjang dan berdampak langsung pada kehidupan pribadinya, termasuk sekolah atau pekerjaan, setidaknya selama 6 bulan atau lebih.
Seorang gamophobia juga akan menunjukkan beberapa gejala psikis yang terjadi secara konsisten, di antaranya:
*Merasa cemas yang berlebihan dan tidak terkontrol saat memikirkan tentang komitmen dan masa depan hubungan yang sedang dijalani
*Menghindari semua pembicaraan mengenai pernikahan
*Selalu memikirkan tentang kehancuran suatu hubungan
*Merasa tertekan ketika menjalin hubungan
*Mengakhiri hubungan yang baik karena kebutuhan untuk "melarikan diri"
*Menghindari hubungan yang serius dan lebih memilih hubungan tanpa status atau dikenal dengan istilah situationship

Cara menangani gamophobia
Untuk menangani gamophobia, yang berarti ketakutan berlebihan terhadap pernikahan, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
1.Terapi diri sendiri: Mempertahankan kesadaran diri sendiri dan berbicara dengan seseorang yang dipercayai tentang ketakutan yang dirasakan dapat membantu dalam mengatasi gamophobia.
2.Berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk berkomitmen dan menikah: Berpikir dengan hati-hati dan mempertimbangkan opsi yang tersedia dapat membantu mengurangi ketakutan yang berlebihan.
3.Pendidikan tentang pernikahan dan hubungan: Memahami lebih dalam tentang apa yang melibatkan pernikahan dan hubungan komitmen jangka panjang dapat membantu mengurangi ketakutan yang muncul dari ketidakpastian atau ketidakpahaman.
4.Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi CBT dapat membantu individu mengidentifikasi, serta mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang mendasari gamophobia.
5.Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing): Terapi EMDR dapat efektif untuk mengatasi trauma atau pengalaman masa lalu yang mungkin menjadi penyebab gamophobia.
6.Menjalin hubungan yang sehat: Mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain dapat membantu mengurangi ketakutan akan pernikahan atau hubungan komitmen jangka panjang.
7.Praktik mindfulness dan meditasi: Praktik mindfulness dan meditasi dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengan gamophobia.
Dengan demikian, cara-cara ini dapat membantu individu yang mengalami gamophobia untuk mengatasi ketakutan yang berlebihan dan memungkinkan mereka untuk menjalani hubungan yang sehat dan bahagia.

Sumber referensi: https://www.alodokter.com/mengenal-gamophobia-ketakutan-untuk-berkomitmen-dan-menikah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun