Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haji Muda, Merencanakan Ibadah Sejak Dini

14 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 14 Desember 2024   11:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haji Muda, Merencanakan Ibadah Sejak Dini

Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat istitha'ah, baik secara fisik maupun finansial. Ibadah ini bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga ujian kesiapan fisik, mental, dan keuangan yang membutuhkan perencanaan matang. Dalam tradisinya, haji melibatkan berbagai ritual yang bersifat fisik, seperti thawaf, sa'i, dan wukuf di Arafah, yang menuntut kekuatan tubuh prima dan daya tahan yang baik. Sayangnya, banyak jamaah haji Indonesia yang berusia lanjut menghadapi tantangan besar selama pelaksanaan ibadah ini, karena kondisi fisik yang melemah serta risiko kesehatan yang tinggi. Data menunjukkan bahwa jamaah haji Indonesia termasuk dalam kategori Risiko Tinggi (RISTI), dengan sebagian besar menderita penyakit bawaan seperti hipertensi dan diabetes.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah menunggu usia lanjut untuk berhaji adalah pilihan terbaik? Dengan waktu tunggu antrian haji yang sangat panjang, berkisar antara 10 hingga 40 tahun di berbagai daerah, dan tantangan fisik yang semakin berat seiring bertambahnya usia, penting bagi generasi muda untuk mulai mempertimbangkan perencanaan ibadah haji sejak dini. Hal ini bukan hanya untuk mengurangi risiko kesehatan, tetapi juga untuk memastikan pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan lebih khusyuk dan nyaman.

Antrian Haji yang Panjang

Dalam konteks Indonesia, antrian untuk mendapatkan kesempatan berhaji bisa memakan waktu antara 10 hingga 40 tahun, tergantung pada provinsi masing-masing. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah pendaftar dibandingkan dengan kuota yang diberikan setiap tahun oleh pemerintah Arab Saudi. Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia selalu menghadapi tantangan dalam mengatur prioritas jamaah yang berhak diberangkatkan setiap tahunnya.

Panjang antrian ini menjadi tantangan serius, terutama bagi mereka yang baru mendaftar di usia lanjut. Sebagai contoh, seseorang yang mendaftar pada usia 50 tahun di wilayah dengan waktu tunggu 20 tahun kemungkinan baru akan berangkat di usia 70 tahun, di mana kondisi fisik umumnya tidak seprima saat masih muda. Fenomena ini juga meningkatkan beban pelayanan kesehatan di Tanah Suci, karena banyak jamaah lanjut usia yang memerlukan perhatian medis khusus selama pelaksanaan ibadah haji.

Oleh karena itu, mendaftar haji sejak muda menjadi solusi strategis untuk menghadapi panjangnya antrian ini. Generasi muda yang mendaftar lebih awal memiliki peluang lebih besar untuk melaksanakan ibadah haji dalam usia produktif, ketika fisik masih kuat dan risiko kesehatan lebih rendah. Selain itu, masa tunggu yang panjang dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri secara spiritual, termasuk mendalami ilmu tentang manasik haji, memperbaiki ibadah harian, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT.

Pemerintah juga telah menyediakan berbagai program pendukung, seperti tabungan haji yang memungkinkan masyarakat mulai menabung sejak dini untuk biaya pendaftaran dan pelaksanaan haji. Program ini tidak hanya membantu masyarakat dalam mengelola keuangan, tetapi juga memberikan motivasi untuk merencanakan ibadah haji lebih awal. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam sistem pendaftaran haji juga mempermudah generasi muda untuk mengakses informasi dan mendaftar tanpa harus menghadapi birokrasi yang rumit.

Dengan demikian, memahami panjangnya antrian haji seharusnya menjadi dorongan bagi setiap Muslim, khususnya generasi muda, untuk segera mendaftar dan memulai persiapan sejak dini. Langkah ini tidak hanya meningkatkan peluang mereka untuk melaksanakan ibadah haji dalam kondisi terbaik, tetapi juga mengurangi tekanan pada sistem pelayanan haji yang semakin kompleks di masa depan.

Istitha'ah Keuangan yang Terencana

Selain kesiapan fisik, istitha'ah keuangan juga menjadi faktor penting dalam melaksanakan ibadah haji. Generasi muda memiliki keuntungan untuk merencanakan keuangan mereka secara bertahap. Dengan memanfaatkan berbagai instrumen keuangan, seperti tabungan haji, asuransi syariah, atau investasi halal, mereka dapat memastikan dana haji terkumpul tanpa membebani keuangan keluarga.

Lembaga keuangan syariah memegang peranan penting dalam mendukung perencanaan ini. Bank syariah, misalnya, menyediakan produk tabungan haji yang dirancang khusus untuk membantu calon jamaah mengumpulkan dana secara bertahap. Produk ini biasanya dilengkapi dengan fitur autodebet yang memudahkan nasabah untuk menabung secara rutin tanpa khawatir lupa. Selain itu, beberapa bank juga bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul aman dan mendapatkan nilai manfaat yang optimal.

Asuransi syariah juga menjadi opsi menarik bagi generasi muda. Produk seperti asuransi jiwa atau asuransi haji memungkinkan calon jamaah untuk mendapatkan perlindungan finansial jika terjadi risiko yang menghalangi keberangkatan, seperti kecelakaan atau sakit. Dengan demikian, calon jamaah tidak hanya mempersiapkan dana haji, tetapi juga melindungi diri mereka dari potensi risiko keuangan yang mungkin muncul.

Pembiayaan multiguna juga mulai menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah untuk membantu masyarakat mendapatkan porsi haji. Dalam skema ini, calon jamaah dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang memungkinkan mereka untuk langsung mendaftar haji dengan menggunakan dana dari lembaga keuangan, yang kemudian dicicil sesuai kemampuan. Pembiayaan ini dirancang berdasarkan prinsip syariah sehingga tetap terjaga aspek keberkahannya. Dengan adanya pembiayaan multiguna, masyarakat yang memiliki keterbatasan dana dapat segera mendaftar untuk mendapatkan nomor antrian, tanpa harus menunggu terlalu lama untuk mengumpulkan biaya penuh.

Selain itu, lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan koperasi syariah juga berperan dalam menyediakan akses keuangan bagi masyarakat yang mungkin memiliki keterbatasan dana. Program pembiayaan haji yang disediakan oleh lembaga ini memungkinkan calon jamaah untuk memulai perjalanan haji mereka dengan cicilan yang terjangkau, tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah.

Perencanaan keuangan ini juga bisa diperkuat melalui edukasi literasi keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga keuangan dan komunitas Islam. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen keuangan, generasi muda dapat memilih instrumen keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi mereka. Hal ini juga mendorong mereka untuk lebih disiplin dalam menabung dan memprioritaskan ibadah haji sebagai salah satu tujuan finansial utama.

Dengan dukungan lembaga keuangan dan perencanaan yang matang, generasi muda memiliki peluang besar untuk memenuhi syarat istitha'ah keuangan dengan lebih mudah dan terencana. Langkah ini tidak hanya membantu mereka mencapai impian untuk berhaji, tetapi juga mengajarkan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kuota Haji dan Visi Saudi 2030

Arab Saudi melalui Visi 2030 berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas pelayanan haji dan umrah secara signifikan. Target utamanya adalah meningkatkan jumlah jamaah haji dan umrah menjadi 30 juta jamaah per tahun, dengan berbagai inovasi di sektor infrastruktur, teknologi, dan manajemen pelayanan. Peningkatan kapasitas ini mencakup pembangunan masjid, perluasan fasilitas Mina dan Arafah, serta penyediaan teknologi canggih untuk mendukung kelancaran pelaksanaan ibadah.

Salah satu inovasi yang dilakukan adalah penerapan sistem manajemen digital untuk mengelola kuota haji secara lebih efisien. Dengan sistem ini, proses administrasi calon jamaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dapat dilakukan lebih cepat dan transparan. Sistem ini juga diintegrasikan dengan layanan transportasi canggih, seperti kereta cepat yang menghubungkan Mekah, Madinah, dan Jeddah, sehingga memperpendek waktu perjalanan antar lokasi utama haji.

Selain itu, Visi 2030 juga membuka peluang kolaborasi dengan negara-negara pengirim jamaah, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kualitas layanan haji. Kerjasama ini mencakup pelatihan manasik, pengelolaan logistik, hingga pengadaan fasilitas kesehatan di Tanah Suci. Dengan dukungan ini, calon jamaah haji, khususnya generasi muda, dapat menikmati pelayanan yang lebih baik dengan efisiensi waktu dan sumber daya.

Peningkatan kuota haji yang direncanakan Arab Saudi akan memberikan kesempatan lebih luas bagi masyarakat Indonesia untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, peluang ini juga harus diimbangi dengan kesiapan dari sisi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Indonesia perlu memperkuat sistem pendaftaran, pengelolaan data, serta pelayanan calon jamaah agar kuota tambahan dapat dimanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, masyarakat, khususnya generasi muda, perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya perencanaan dini untuk memenuhi syarat istitha'ah fisik dan finansial.

Dengan visi besar Arab Saudi untuk menjadikan haji dan umrah sebagai pilar utama pengembangan ekonomi dan spiritual global, generasi muda Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi bagian dari transformasi ini. Perencanaan yang matang sejak dini akan memastikan bahwa mereka tidak hanya siap secara fisik dan finansial, tetapi juga dapat menjalani ibadah haji dengan pengalaman yang penuh makna.

Inspirasi dari Pendiri Muhammadiyah dan NU

Sejarah mencatat bahwa pendiri dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), telah melaksanakan ibadah haji di usia muda. Perjalanan haji mereka tidak hanya memperkuat spiritualitas pribadi, tetapi juga menjadi titik awal dari kontribusi besar mereka dalam membangun umat. Inspirasi dari kedua tokoh ini menunjukkan bahwa berhaji di usia muda memberikan ruang lebih besar untuk berkontribusi bagi masyarakat dan mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka tidak hanya menjadikan ibadah haji sebagai pencapaian spiritual, tetapi juga sebagai modal untuk memperkuat visi dan misi dakwah mereka di Indonesia. Generasi muda masa kini dapat menjadikan perjalanan mereka sebagai teladan, bahwa berhaji tidak hanya soal memenuhi kewajiban agama, tetapi juga membangun karakter yang kuat untuk memberi manfaat lebih besar bagi umat.

Hal ini relevan dalam konteks Indonesia Emas 2045, ketika bangsa ini diproyeksikan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan budaya dunia. Generasi muda yang telah berhaji mabrur diharapkan menjadi pionir dalam membangun peradaban yang bermartabat, berlandaskan nilai-nilai keislaman. Mereka akan membawa karakter tangguh, berintegritas, dan memiliki komitmen tinggi untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Dengan memiliki generasi yang berhaji mabrur, Indonesia tidak hanya akan memiliki sumber daya manusia yang kompeten, tetapi juga individu-individu yang memiliki kepekaan sosial tinggi, semangat berbagi, dan kepedulian terhadap pembangunan berkelanjutan. Generasi muda ini akan menjadi aktor utama dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia Emas 2045, menjadikan haji sebagai inspirasi untuk membangun bangsa yang kuat secara spiritual dan material.

Merencanakan Haji Sejak Dini

Dengan memulai perencanaan haji sejak dini, generasi muda dapat:

  1. Mengurangi Risiko Kesehatan: Melaksanakan ibadah haji dalam kondisi fisik yang optimal, sehingga dapat menjalankan setiap tahapan ibadah dengan lebih nyaman dan khusyuk. Usia muda memberikan keunggulan dalam menghadapi tantangan fisik selama pelaksanaan haji.
  2. Memanfaatkan Waktu Tunggu Secara Produktif: Masa tunggu yang panjang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari manasik haji, memperdalam pemahaman tentang syariat Islam, dan membangun kedekatan spiritual dengan Allah SWT. Selain itu, generasi muda juga dapat menggunakan waktu ini untuk mengasah keterampilan, membangun jejaring sosial, dan berkontribusi pada masyarakat, yang semuanya akan memperkaya pengalaman spiritual mereka saat berhaji.
  3. Mengelola Keuangan dengan Lebih Efisien: Generasi muda memiliki waktu lebih panjang untuk merencanakan dan menabung secara bertahap. Dengan memanfaatkan instrumen keuangan syariah, seperti tabungan haji atau investasi halal, mereka dapat memastikan kesiapan finansial tanpa mengorbankan kebutuhan hidup lainnya. Skema pembiayaan multiguna juga memberikan opsi tambahan bagi mereka yang ingin segera mendapatkan porsi haji.
  4. Membangun Karakter yang Siap Berkontribusi: Proses perencanaan haji sejak dini bukan hanya soal kesiapan fisik dan finansial, tetapi juga tentang membangun karakter yang siap berkontribusi bagi umat. Generasi muda yang telah merencanakan haji mereka akan lebih terlatih dalam hal kedisiplinan, tanggung jawab, dan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman.
  5. Mempersiapkan Generasi untuk Indonesia Emas 2045: Dengan menjadi bagian dari generasi yang telah berhaji mabrur, pemuda-pemudi Indonesia diharapkan mampu membawa nilai-nilai luhur dari pengalaman spiritual mereka untuk membangun bangsa. Karakter yang terbentuk dari proses berhaji, seperti kejujuran, keadilan, dan semangat gotong royong, akan menjadi pondasi penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas.

Dengan perencanaan yang matang, haji tidak hanya menjadi perjalanan spiritual, tetapi juga investasi masa depan yang berdampak luas bagi individu dan masyarakat. Generasi muda Indonesia yang merencanakan haji sejak dini akan menjadi teladan bagi generasi berikutnya, menjadikan ibadah ini sebagai momentum perubahan menuju kehidupan yang lebih baik, baik secara spiritual maupun sosial.

 

Sebagai kesimpulan, perencanaan haji sejak dini bukan hanya soal memanfaatkan peluang kuota yang lebih besar di masa depan, tetapi juga memastikan kesiapan fisik, mental, dan finansial untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk. Inspirasi dari pendiri Muhammadiyah dan NU menunjukkan bahwa berhaji di usia muda memberikan dampak spiritual dan sosial yang luar biasa, menjadikan ibadah ini sebagai langkah awal menuju kontribusi yang lebih besar bagi umat.

Dalam konteks Indonesia Emas 2045, generasi muda yang telah berhaji mabrur akan menjadi pilar utama dalam membangun bangsa. Mereka tidak hanya membawa pengalaman spiritual yang mendalam, tetapi juga nilai-nilai luhur yang diperlukan untuk mewujudkan peradaban yang bermartabat dan berkelanjutan. Dengan dukungan dari pemerintah, lembaga keuangan, dan komunitas, generasi muda Indonesia memiliki segala yang mereka butuhkan untuk menjadikan ibadah haji sebagai bagian integral dari perjalanan hidup mereka.

Perencanaan haji adalah sebuah proses yang membutuhkan komitmen dan disiplin, tetapi manfaat yang diperoleh akan jauh melampaui usaha yang dilakukan. Oleh karena itu, mari kita dorong generasi muda untuk mulai merencanakan haji sejak dini, menjadikan ibadah ini sebagai jalan untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT, membangun karakter yang unggul, dan berkontribusi dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang gemilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun