Sejarah Syiah, salah satu cabang utama agama Islam, berlangsung sejak awal Islam. Sejarahnya dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, ketika orang-orang Islam harus memilih siapa yang akan menjadi pemimpin (khalifah) setelah Nabi, dan sebagian besar orang memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Namun, kelompok yang kemudian dikenal sebagai Syiah percaya bahwa sepupu dan menantu Nabi, Ali bin Abi Thalib, harus mengambil alih kepemimpinan, karena mereka merasa Ali lebih dekat dengan Nabi dan memiliki hak yang lebih besar untuk melakukannya. Akhirnya, perbedaan ini memicu perpecahan besar dalam Islam yang membedakan antara Sunni dan Syiah.Â
Tidak hanya masalah politik, Sunni dan Syiah berbeda dalam teologi dan praktik keagamaan. Syiah berpendapat bahwa imamah (kepemimpinan) adalah hak keturunan Ali dan Fatimah, yang berarti bahwa para pemimpin umat Islam tidak dapat dipilih sesuka hati, tetapi harus berasal dari keluarga Nabi. Selain itu, orang Syiah melakukan ritual tertentu, seperti peringatan Asyura, yang mengingat perjuangan cucu Nabi, Imam Hussein, yang syahid di Karbala. Kepercayaan dan praktik ibadah Syiah berbeda dari Sunni karena ajaran-ajaran ini.
Sejarah panjang Syiah, bagaimanapun, tidak selalu berjalan lancar. Syiah sering menghadapi masalah besar sejak awal kemunculannya, terutama dalam hal pengakuan dan diskriminasi. Umat Syiah sering terpinggirkan atau bahkan dianiaya di banyak negara mayoritas Sunni. Hubungan antara Sunni dan Syiah sering diperburuk oleh konflik politik dan sosial. Contoh yang cukup mencolok adalah peristiwa pembantaian di Karbala. Peristiwa ini menunjukkan penderitaan umat Syiah dan menunjukkan kesulitan yang mereka hadapi untuk mempertahankan keyakinan mereka.Â
Syiah terus berkembang hingga saat ini meskipun menghadapi banyak kesulitan dan kekerasan. Di negara-negara seperti Iran, di mana mayoritas orang bermazhab Syiah, ajaran ini sangat kuat dan bahkan menjadi agama resmi negara tersebut. Umat Syiah, di sisi lain, terus berusaha untuk hidup berdampingan dengan orang Islam lainnya dengan mempertahankan nilai-nilai toleransi dan perdamaian, meskipun mereka menghadapi ketegangan sektarian. Perjalanan panjang ini menunjukkan bahwa Syiah tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan perkembangan Islam di dunia meskipun menghadapi banyak kesulitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H