Mohon tunggu...
aisharahma
aisharahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mhs biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

77 Hari Mengajar: Dari Pengalaman Mengajar Menjadi Pembelajaran Hidup

11 Desember 2024   14:16 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:25 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran IPA (Sumber: dokumentasi pribadi)

Acara Puncak P5RA (Sumber: dokumentasi pribadi)
Acara Puncak P5RA (Sumber: dokumentasi pribadi)

Selama empat bulan atau sekitar 77 hari menjalani program Asistensi Mengajar di MTsN 1 Kota Malang, saya mendapatkan pengalaman yang tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya, tetapi juga memberikan makna baru dalam hidup. Program ini bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan perjalanan penuh pelajaran berharga yang membantu saya tumbuh menjadi individu yang lebih baik. Pengalaman mengajar di MTsN 1 Kota Malang menjadi salah satu tantangan terbesar sekaligus momen paling berharga dalam hidup saya. Setiap hari saya berhadapan dengan berbagai karakter murid yang unik, yang memiliki gaya belajar, kebutuhan, dan tingkat pemahaman yang berbeda. Tugas saya adalah memastikan semua murid merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar, meskipun itu berarti saya harus menyesuaikan metode pembelajaran dari waktu ke waktu. Proses ini mengajarkan saya pentingnya kesabaran, fleksibilitas, dan empati dalam menghadapi berbagai situasi.

MTsN 1 Kota Malang memiliki pendekatan pembelajaran berbasis teknologi yang sangat menarik, tetapi tetap menonjolkan nilai-nilai Islami. Sistem pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi seperti penggunaan aplikasi pembelajaran digital, laboratorium komputer, dan perangkat multimedia membuat pengalaman mengajar menjadi lebih dinamis dan menarik. Namun, yang paling mengesankan adalah bagaimana nilai-nilai Islami tetap menjadi dasar utama dalam setiap aspek pembelajaran. Saya melihat bagaimana para guru berhasil mengintegrasikan teknologi modern dengan nilai-nilai spiritual, menciptakan suasana belajar yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral. Ini memberikan pengalaman yang luar biasa bagi saya dalam memahami bagaimana teknologi dan nilai spiritual dapat berjalan berdampingan.

Pembelajaran IPA (Sumber: dokumentasi pribadi)
Pembelajaran IPA (Sumber: dokumentasi pribadi)

Selama program ini, saya juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan, baik hardskill maupun softskill. Dalam hal hardskill, saya belajar memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, seperti membuat materi interaktif berbasis web dan memanfaatkan platform digital untuk evaluasi. Dari sisi softskill, saya belajar membangun komunikasi yang efektif, mengelola konflik, dan menjadi pemimpin yang baik di dalam kelas. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa menjadi guru bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang membangun hubungan yang mendalam dengan murid. Di sisi lain, menjalani program ini mengajarkan saya arti pentingnya keikhlasan. Tidak semua tugas mudah untuk dijalani, apalagi ketika harus mempersiapkan materi di luar jam kerja atau menghadapi tantangan mendidik murid yang kurang termotivasi.

Walaupun begitu, setiap hari saya menemukan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana, seperti melihat murid-murid tersenyum saat memahami pelajaran atau mendengar ucapan terima kasih dari mereka setelah kelas berakhir. Kebahagiaan itu mengajarkan saya bahwa keikhlasan dalam menjalankan tugas dapat memberikan kepuasan yang lebih besar daripada sekadar hasil kerja keras. Selain itu, saya juga menjalin relasi baru selama program ini. Relasi dengan para guru yang penuh dedikasi memberikan inspirasi tentang bagaimana menjadi seorang pendidik yang tidak hanya berkompeten, tetapi juga penuh kasih sayang. Interaksi dengan staf sekolah dan murid-murid memperluas perspektif saya tentang pentingnya kolaborasi dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.

Foto kondisi pembelajaran IPA model TGT (Sumber: dokumentasi pribadi)
Foto kondisi pembelajaran IPA model TGT (Sumber: dokumentasi pribadi)

Saya menyadari bahwa menjadi seorang guru bukanlah tugas yang mudah. Mengajar banyak murid dengan karakteristik yang berbeda membutuhkan kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Tetapi, saya juga menemukan bahwa menjadi guru adalah salah satu pilihan untuk bahagia. Setiap hari, saya disambut dengan senyuman, semangat, dan cerita menarik dari murid-murid. Interaksi dengan mereka tidak hanya membuat hari-hari saya lebih berwarna, tetapi juga memberikan rasa bangga dan syukur karena saya bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Selama 77 hari ini, saya tidak hanya menjadi asisten pengajar, tetapi juga seorang pembelajar. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya kehidupan saya, tetapi juga meneguhkan keyakinan saya bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk membentuk generasi yang cerdas dan berakhlak mulia. Program Asistensi Mengajar di MTsN 1 Kota Malang telah menjadi salah satu momen paling berharga dalam hidup saya. Saya akan selalu mengenangnya sebagai perjalanan penuh pelajaran, kebahagiaan, dan makna, yang tidak hanya memperkaya pengetahuan saya tetapi juga membentuk karakter saya sebagai individu yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun