Mohon tunggu...
Aisha PutriSafrianty
Aisha PutriSafrianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia

Saya adalah mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial di FISIP Universitas Indonesia yang bersemangat mempelajari dan memecahkan berbagai isu sosial. Minat saya mencakup pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik, serta studi linguistik untuk mempromosikan pemahaman antar budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Finalis Duta Bahasa DKI Jakarta 2024 Gelar Temu Handai Jakarta: Ajak Warga Asing Belajar Bahasa Indonesia dengan Cara Unik

30 Mei 2024   22:55 Diperbarui: 30 Mei 2024   23:26 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, Senin, 30 Mei 2024— Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkomitmen menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) telah meningkatkan minat penutur asing dengan 72.746 pembelajar di 41 negara hingga akhir 2020. 

Mendukung misi ini, Krida 2 Finalis Duta Bahasa DKI Jakarta 2024 menginisiasi kegiatan Temu Handai (Tenda) sebagai upaya penginternasionalisasian bahasa Indonesia, mendukung pengembangan bahasa dan budaya Indonesia secara global.


Temu Handai Jakarta merupakan inisiasi pembentukan komunitas penutur asing daerah Jakarta dan sekitarnya dengan kegiatan pendukung berupa pertemuan luring antara penutur asing dan penutur jati yang disebut sebagai Sahabat Bahasa. Kegiatan pertemuan luring ini memperkenalkan bahasa Indonesia dengan cara unik. 

Mereka tidak hanya mengajarkan bahasa secara formal, tetapi juga melalui pengalaman langsung dengan budaya dan tradisi Indonesia. Kegiatan yang diadakan di Perpustakaan Nasional RI, Gambir, Jakarta Pusat ini melibatkan 60 peserta, terdiri dari 30 penutur asli bahasa Indonesia dan 30 penutur asing dari 10 negara seperti China, Thailand, Syria, Pakistan, dan lainnya.


Acara diatur dengan konsep Temu Cepat, di mana peserta dibagi dalam lima kelompok dengan penutur asing dan penutur asli berpasangan. Setiap 5 menit, penutur asing menjawab pertanyaan tentang budaya Betawi dari penutur asli. Peserta menggunakan kartu tanya untuk bertukar jawaban dalam sesi Temu Cepat ini. Penutur asing terlihat sangat antusias untuk belajar bahasa Indonesia langsung dari penutur jati dilihat dari ekspresi mereka selama mengikuti sesi Temu Cepat.  Mereka juga dibekali paspor bahasa dan stiker kecil untuk menandai aktivitas percakapan.

Muhammad Rifai Hasbi, Pamong dari Krida 2, berharap acara ini berkelanjutan dan memberikan dampak luas. Salah satu peserta dari China menyatakan terkesan belajar bahasa Indonesia dengan cara menyenangkan, berbeda dari pembelajaran kelas yang membosankan. Seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah juga merasa acara ini membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia dan mempertemukannya dengan teman baru untuk berlatih berbicara.

Selanjutnya, peserta diajak berkeliling Monumen Nasional (Monas) untuk memperkenalkan Indonesia lebih jauh, termasuk berkeliling Museum Diorama dan Ruang Proklamasi. Kegiatan rekreasional ini memperkaya pemahaman peserta tentang budaya Indonesia melalui interaksi langsung. Temu Handai diharapkan menjadi langkah awal yang efektif dalam meningkatkan minat dan pemahaman tentang bahasa dan budaya Indonesia di kalangan penutur asing.

Dalam konteks isu kebahasaan saat ini, upaya internasionalisasi bahasa Indonesia menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah dominasi bahasa global seperti bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, bisnis, dan teknologi. Untuk mempertahankan dan mengembangkan bahasa Indonesia, perlu ada inovasi dan strategi berkelanjutan yang dapat menarik minat generasi muda, baik di dalam maupun luar negeri.

Kegiatan Temu Handai ini memberikan contoh nyata bagaimana pembelajaran bahasa bisa dilakukan dengan cara yang kreatif dan interaktif. Metode ini bisa diadaptasi untuk berbagai program pembelajaran bahasa lainnya, baik untuk penutur asing maupun untuk memperkuat penggunaan bahasa Indonesia di dalam negeri.

Acara yang berlangsung selama 3 jam ini berhasil menghadirkan pembelajaran yang menarik dan disambut hangat oleh semua peserta, yang berharap dapat berpartisipasi lagi di masa mendatang. Inisiatif seperti ini diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari strategi berkelanjutan dalam mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di panggung internasional. Dengan demikian, bahasa Indonesia tidak hanya akan bertahan tetapi juga berkembang dan diakui secara global.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun