Perubahan iklim global yang ditandai dengan peningkatan suhu bumi memberikan dampak yang signifikan pada ekosistem, termasuk dalam hal penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang semakin meresahkan masyarakat di berbagai wilayah tropis adalah demam berdarah. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penelitian menunjukkan bahwa suhu tinggi mempengaruhi perilaku dan daya tular nyamuk ini, sehingga meningkatkan ancaman penyebaran demam berdarah.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah faktor utama penyebaran virus dengue. Peningkatan suhu udara secara signifikan mempengaruhi siklus hidup, perilaku, dan kapasitas reproduksi nyamuk ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada suhu yang lebih tinggi, siklus hidup nyamuk menjadi lebih singkat, namun produktivitasnya meningkat. Nyamuk lebih cepat berkembang dari telur menjadi dewasa dan lebih sering menggigit manusia, sehingga meningkatkan kemungkinan penularan virus dengue. Selain itu, suhu yang lebih tinggi mempercepat replikasi virus di dalam tubuh nyamuk. Virus dengue berkembang lebih cepat dalam tubuh nyamuk yang hidup di suhu panas, mempercepat masa inkubasi virus dan membuat nyamuk lebih cepat menularkan virus kepada manusia.
Kenaikan suhu global telah dikaitkan dengan peningkatan jumlah kasus demam berdarah di banyak negara tropis dan subtropis. Indonesia, misalnya, mengalami lonjakan kasus demam berdarah setiap tahun, terutama pada musim panas. Pada tahun 2020, tercatat lebih dari 100.000 kasus demam berdarah dengan ribuan korban jiwa. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan musim kemarau panjang dan suhu yang lebih tinggi dari biasanya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, di mana suhu panas memicu aktivitas nyamuk yang lebih agresif.Â
Pengendalian nyamuk Aedes merupakan salah satu strategi utama dalam mencegah penyebaran demam berdarah. Namun, perubahan iklim menghadirkan tantangan baru dalam upaya pengendalian ini. Suhu yang lebih tinggi tidak hanya meningkatkan aktivitas nyamuk, tetapi juga membuat penggunaan insektisida kurang efektif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan pendekatan kepada masyarakat, tidak hanya masalah cuaca saja tetapi faktor gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, mulai dari air sungai yang penuh dengan sampah, kurangnya kesadaran kebersihan lingkungan dan masih banyak lagi. peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk tentunya sangat penting dalam mengurangi risiko demam berdarah
Peran kesehatan masyarakat sangat penting dalam mengatasi penyebaran demam berdarah, terutama di tengah perubahan iklim yang memperburuk kondisi lingkungan. Salah satu peran utama adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit ini, seperti menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan genangan air, dan penggunaan langkah pencegahan seperti kelambu dan losion antinyamuk. Selain itu, kesehatan masyarakat juga bertanggung jawab dalam melakukan deteksi dini serta pemantauan kasus demam berdarah untuk mencegah penyebaran lebih luas. Upaya pengendalian vektor nyamuk melalui fogging atau pelepasan nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia juga menjadi bagian dari peran kesehatan masyarakat dalam mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti.
Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu global, memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku dan kemampuan nyamuk Aedes dalam menyebarkan virus dengue. Suhu yang lebih tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk, meningkatkan virulensi virus, dan memperburuk lonjakan kasus demam berdarah di banyak negara tropis. Dalam menghadapi ancaman ini, pendekatan pengendalian nyamuk yang lebih adaptif dan berbasis lingkungan masyarakat menjadi sangat penting.
KATA KUNCI : Demam, Iklim, Kesehatan Â
DAFTAR PUSTAKA
Sulthan, A., 2023. Faktor Risiko Demam Berdarah di Indonesia. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS Dr. Soetomo, 9(1), 31-33.
Aisyah, L., 2017. Hubungan Curah Hujan, Suhu, Kelembaban dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang. Jurnal Universitas Muhammadiyah Palembang, 8(1), 46-53
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H