Mohon tunggu...
Galeri Cerita Ani Wijaya
Galeri Cerita Ani Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - The taste of arts and write

Kisah cinta umpama sebuah buku. Kau tetap akan membaca selembar demi selembar meskipun telah tahu akhir ceritanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Miss Pesek

16 Februari 2016   11:28 Diperbarui: 16 Februari 2016   11:51 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baiklah, mulai dari mana ya?

Hidung. Satu bagian dari tubuh, yang paling aku benci. Mengapa? Karena hidung ini membulat di bagian ujung. Tidak lancip seperti yang kuinginkan. Membuat sering mengeluh, mengajukan protes pada Tuhan. Mengapa Dia memberikan hidung seperti ini.

Meskipun teman-teman sering mengatakan, bahwa hidungku cukup bagus. Proporsional dengan bentuk wajah yang oval dan dagu yang lancip. Bahkan Ayah dan Ibu, menasehati agar banyak bersyukur. Allah telah memberikan hidung yang sempurna, sehat dan memiliki penciuman yang tajam.

Dulu aku tak pernah mempermasalahkan hidung. Merasa baik-baik saja, tak ada yang salah. Semua dimulai saat masa SMU. Jatuh cinta pada seorang kakak kelas, dua tahun di atasku.

Dia memiliki wajah yang super cute, mata yang sayu, serta hidung yang mancung. Kami dekat dan akrab. Tapi, memilih memendam perasaan dalam hati saja.

Tapi kemudian, ia berpacaran dengan perempuan lain. Berpura-pura turut bahagia, namun di dalam hatiku sangat nyeri. Mulai sering berkaca, membandingkan kelebihan dan kekurangan kami.

Sama-sama memiliki kulit yang putih, dengan tubuh tinggi dan ramping. Rambut yang ikal, bentuk wajah oval dan dagu lancip. Tapi, hidung. Ya, hidung. Dia mempunyai hidung yang mancung, sempurna. Seperti para artis India, atau perempuan keturunan Arab.

Sejak saat itu, jadi tak suka dengan hidungku. Mencoba berbagai alat yang dijual di TV, untuk menaikkan ukuran hidung. Namun tak ada yang berhasil.

Semakin benci dengan hidung ini, karena berkali-kali pria yang dekat dan kusuka, lebih memilih perempuan yang berhidung mancung. Meninggalkan, dalam harapan yang selalu kandas. Dan pada usia yang mendekati angka 30, aku masih belum menikah, tentu saja kusalahkan si hidung.

Sempat terpikir agar hidungku disuntik saja. Tapi terlalu takut dengan akibat yang nanti timbul. Tak mau hidung ini semakin hancur, tak lagi berbentuk. Lalu memutuskan untuk mengoperasi hidung saja. Seperti yang dilakukan banyak artis, penyanyi bahkan ribuan perempuan yang ingin tampil lebih cantik dan percaya diri. Kuyakin setelah hidung berubah menjadi mancung, aku akan lebih cantik. Pria yang kusuka tak lagi meninggalkanku. Bahkan mungkin bisa menjadi model, atau artis terkenal.

Di Korea Selatan, ya harus di Korea. Karena mereka berhasil menyulap gadis yang berwajah biasa menjadi super cantik jelita. Aku mulai menabung, menekan pengeluaran kuat-kuat. Mengabaikan kebutuhan, hobi dan melakukan banyak pekerjaan tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun