Mohon tunggu...
Galeri Cerita Ani Wijaya
Galeri Cerita Ani Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - The taste of arts and write

Kisah cinta umpama sebuah buku. Kau tetap akan membaca selembar demi selembar meskipun telah tahu akhir ceritanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Hati Valen untuk Tina

7 Maret 2021   13:28 Diperbarui: 7 Maret 2021   14:07 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu ingin aku berikan apa sebagai hadiah Valentine tahun ini, Sayang?" 

Kekasihku bertanya saat kami berdua candle light dinner di restoran mewah. Mungkin kalimatnya berkesan sombong, tapi dia memang benar-benar mampu memberikan apa yang aku inginkan.

"Tidak ada, aku sudah bosan meminta sesuatu sama kamu. Bahkan, yang aku tidak minta pun kami tiba-tiba berikan."

"Ayolah, Sayang, coba pikir-pikir lagi. Gak mungkin seorang wanita tak menginginkan apa apa di hari spesial ini," dia mulai memaksa.

Seringkali begitu, diakui atau tidak hal ini memang membuat aku bosan. Tidak lagi merasa tersanjung saat dia memberikan hadiah. Semua jadi terlampau biasa bagiku.

Benda-benda yang menjadi impian seluruh gadis, bahkan mungkin saja mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. 

Kadangkala aku merasa disepelekan, dianggap tak mampu. Dia sendiri tak pernah terlihat senang dengan hadiah-hadiah yang pernah kuberikan. 

Jemariku sempat hampir berdarah karena merajut sebuah sweater untuknya. Siang malam aku kerjakan agar selesai tepat waktu. Sebagai kejutan di Hari Valentine. Bayanganku, dia akan melakukan hal yang sama seperti drama Korea yang aku tonton. Kenyataannya, diaembuatku merasa benar-benar tak dihargai. 

"Masih belum terpikirkan, Sayang?"

Aku sedikit kesal, merasa tertantang dengan senyum dan lirikannya yang mengejek.

"Sudah!" aku menegaskan, "Aku meminta sepotong hatimu, bolehkah?"

Dia menjawab sambil terbahak-bahak, "cuma itu? Jangankan cuma sepotong, kamu boleh mengambil seluruhnya. Hatiku hanya untukmu, Sayang."

"Baiklah, boleh aku mengambilnya sekarang?"

"Kapanpun kamu mau, Cintaku ... kapanpun."

Tanpa membuang waktu aku segera mengambil hati yang seluruhnya telah dia berikan. Namun, tentu saja tidak semuanya, karena aku tak serakah. Aku hanya mengambil, sepotong kecil saja, langsung dari tempatnya.

Tawanya tak terdengar lagi, seketika menghilang. Digantikan teriakan melengking dari beberapa pengunjung. Ah, mereka terlalu berisik, bilang saja iri karena aku telah mendapatkan hadiah yang sempurna pada hari Valentine tahun ini.

.

###

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun