Mohon tunggu...
Siti Aisah Agustina
Siti Aisah Agustina Mohon Tunggu... Pengacara - Mahasiswi Universitas Pamulang Perpajakan D4
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Managing Partners Aisah and Partners Law Firm

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan Impian

22 Maret 2024   23:52 Diperbarui: 22 Maret 2024   23:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang terletak di tepi pantai, tinggal seorang gadis muda bernama Nana. Nana memiliki impian besar, impian untuk menjadi seorang penulis terkenal. Sejak kecil, dia selalu mengejar impian itu dengan tekun, menulis setiap hari dan berharap suatu hari nanti karyanya akan diakui oleh banyak orang.

Namun, kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana. Saat Nana mencapai usia dewasa, dia menyadari bahwa jalan menuju impian itu tidak semudah yang dia bayangkan. Dia menghadapi banyak rintangan dan penolakan dari penerbit-penerbit yang dia ajak bekerja sama.

Meskipun begitu, Nana tidak pernah menyerah. Dia terus menulis dengan penuh semangat, berharap bahwa suatu hari nanti keberuntungan akan berpihak padanya. Dia mengirimkan naskahnya ke berbagai penerbit, mengikuti lomba penulisan, dan bahkan mencoba mempublikasikan karyanya secara mandiri.

Namun, waktu terus berlalu dan impian Nana tidak kunjung terwujud. Setiap kali dia mendapatkan penolakan, hatinya terasa hancur. Dia mulai meragukan dirinya sendiri, merasa bahwa mungkin dia tidak cukup baik sebagai seorang penulis.

Suatu hari, Nana menemukan sebuah surat di antara tumpukan penolakan yang telah dia terima. Surat itu berasal dari seorang penerbit kecil yang tertarik dengan salah satu cerita pendeknya. Hatinya berdebar-debar saat membaca surat itu, merasa bahwa mungkin ini adalah kesempatan besar yang dia tunggu-tunggu.

Namun, kegembiraannya tidak berlangsung lama. Beberapa minggu kemudian, dia menerima surat lain dari penerbit tersebut yang memberitahunya bahwa cerita pendeknya tidak cukup kuat untuk dipublikasikan. Rasa kecewa yang mendalam menyelimuti Nana, dan dia merasa seperti semua impian dan usahanya telah sia-sia.

Dalam keputusasaan itu, Nana hampir menyerah. Dia merasa telah mencapai titik terendah dalam hidupnya, dan impian itu terasa semakin jauh dari jangkauannya. Namun, di tengah kegelapan, ada cahaya kecil yang menyala di dalam dirinya. Dia menyadari bahwa impian itu adalah bagian dari dirinya, dan dia tidak boleh membiarkannya padam begitu saja.

Dengan tekad yang baru, Nana mengambil pena dan kertas, dan mulai menulis lagi. Kali ini, dia menulis bukan hanya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, tetapi juga untuk memenuhi hasratnya sendiri. Dia menulis dengan keberanian dan kejujuran yang lebih besar dari sebelumnya, tanpa takut akan penolakan atau kegagalan.

Meskipun impian itu mungkin gagal terwujud dalam bentuk yang dia bayangkan, Nana menemukan kebahagiaan dan pemenuhan dalam proses mengejarnya. Dia menyadari bahwa setiap kata yang dia tulis adalah langkah menuju impian itu, dan tidak ada yang bisa menghalangi dia untuk terus mengejarnya. Dalam bayangan impian yang gagal, dia menemukan kekuatan untuk terus maju dan tidak pernah menyerah.

https://aisahpartnerslawfirm.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun