Mohon tunggu...
St Noer Aisyah
St Noer Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

@aisya.iya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi Nyebuh Areh (1000 Hari) di Madura yang Sudah Ada Sejak Zaman Dahulu

18 April 2024   15:01 Diperbarui: 18 April 2024   15:04 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Nur Cholis Rahman

Tradisi turun temurun dipulau madura khususnya di kabupaten pamekasan Jawa Timur, umumnya masyarakat pamekasan memperingati tradisi ini pada saat menjelang 3 tahun lebih 10 hari wafatnya kerabat dekat atau disebut dengan nyebuh areh.


Nyebuh areh sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat pamekasan untuk memperingati sekaligus ber shodaqoh, serta menjadi amal jariyah bagi yang wafat beserta keluarga yang di tinggalkan.

melaksanakan tradisi ini juga dianggap sebagai momen pengingat kepada para leluhur, serta menjadi upaya untuk semakin memperkuat ikatan silaturahmi dengan keluarga terdekat.

tradisi nyebuh areh telah menjadi budaya lokal yang melekat pada masyarakat madura hal ini dibuktikan dengan rasa ikhtiar yang dimiliki oleh seluruh masyarakat pamekasan, pada saat mendekati acara nyebuh areh seluruh keluarga akan berdatangan begitu juga dengan warga yang akan saling gotong royong dalam mempersiapkan tradisi ini.

Dengan langkah khidmat, warga pamekasan madura tetap mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari identitas dan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi.

Mohammad Kholil salah satu warga desa Tamberu Agung Pamekasan Madura, Mengemukakan bahwasanya Tradisi Nyebuh Areh ini telah ada sebelum indonesia merdeka sehingga warga setempat akan terus melaksanakan tradisi ini secara turun temurun.

"Nyebuh Areh merupakan tradisi turun temurun yang sampai saat ini alhamdulillah masih terjaga di desa Tamberu agung Pamekasan Madura, kami akan mempersiapkan beberapa hal yang sudah menjadi khas dalam tradisi ini seperti payung, payung ini melambangkan sebagai tempat teduh bagi yang wafat di alam akhirat, Tikar melambangkan tempat duduk yang lapang, Sarung melambangkan pergantian pakaian yang dipakai untuk menghadap sang kuasa secara suci begitupun kopiah dan baju, kemudian beberapa barang tersebut akan di sedekahkan kepada fakir miskin untuk menjadi amal jariyah bagi yang wafat dan keluarga yang ditinggalkan, pengertian tradisi ini dalam skala besar yaitu keluarga mengharapkan keluarga yang wafat akan khusnul khotimah, kembali kepada tuhan yang maha esa secara suci," ungkapnya. Kamis (18/04/2024)

Tradisi ini menjadi salah satu ciri khas yang akan terus terlaksana secara turun temurun di seluruh masyarakat Tamberu Agung Pamekasan Madura, serta menjadi bentuk silaturahmi dari kerabat dan warga yang ada di daerah ini.

"Dengan adanya tradisi ini saya akan bertemu dengan kerabat jauh dan warga desa sekitar, serta dengan begitu silaturahmi akan selalu terjalin dan tidak melupakan satu sama lainnya." Pungkasnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun