Haii muda mudi millennials!
Siapa sih yang nggak pernah menghayal?
Masa sih ga pernah?
Pernah dong, pastinya. Mulai dari khayalan yang sepele saat gabut, khayalan jalan-jalan sama doi yang ditinggal LDR-an, atau khayalan berat akibat trauma? Atau ada juga yang dikit-dikit ngayal, habis nonton TV ngayal, abis baca novel ngayal, ngayallll aja hidupnya. Hehe.
Emang ya, bisa dibilang ngayal itu enak! Kita sejenak bisa keluar dari realita kisah hidup, yang kadang terasa nggak enak, kita ngebangun halu sebuah idealisnya versi hidup di kepala kita. Tapi, saking nyamannya hidup dalam ruang halu tadi, sadar nggak sih, kita jadi lupa kalau punya kenyataan?
"Lupa kalau punya kenyataan hehe" lucu juga kalau dibaca-baca, jadi maksudnya saking asyiknya, kerjaan bisa aja jadi terbengkalai, saking sibuknya kita di dalam kepala sendiri, berjam-jam. Menurut penelitian, kita "manusia" bisa bertahan dalam khayalan sampai 4 jam lamanya.
Nggak, selama itu juga kali, dan bukannya ngayal itu wajar yah?
Mengkhayal memang wajar-wajar saja. Kenapa gitu? Karena menghayal merupakan mode default otak kita. Dimana kondisi tersebut merupakan aktivitas yang melibatkan memory atau perhatian.
Saat itu, otak kita menstimulasi dirinya sendiri, yang menghasilkan stimulus dengan sendirinya, otak jadi mikirin hal hal yang tidak berhubungan dengan peristiwa yg terjadi sebenarnya, seperti itulah proses kita, akhirnya  menghayal.
Bahayanya ketika kita masuk kebiasaan berkhayal terlalu lama, terlalu asyik dengan dunia yang kita buat sendiri. Maka itu yang perlu kita stop.