Mohon tunggu...
Aisah Latif Mawarni
Aisah Latif Mawarni Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Saya Aisah Latif Mawarni, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Selamat Membaca Email : aisahlatifma.aksigk21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Generasi Emas 2045: Siapkan Kematangan Hidup Sejak Dini demi Kemandirian Hari Tua

21 Juni 2022   22:00 Diperbarui: 23 Juni 2022   11:16 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia pada tahun 2045, digadang-gadang mampu meningkatkan dan mensukseskan peran dari terciptanya 17 tujuan dan 169 target SDGS, salah satu diantaranya merupakan pembangunan berkelanjutan guna mendorong perubahan-perubahan pada kesejahteran sosial, ekonomi serta lingkungan hidup.

Mengingat kondisi indonesia yang sedang dihadapkan dengan situasi yang kian sulit akibat inflasi yang cukup dramatis, yang memberikan tantangan tersendiri bagi para pejuang hidup di usia produktif seperti yang kita rasakan saat ini.

Jangan Tua Sebelum Kaya memang suatu prinsip yang sangat penting sebagai semangat generasi muda, yaitu Generasi Emas 2045 dalam menyongsong kemajuan dan pembangunan.

Konsep Jangan tua sebelum kaya ini, memiliki tujuan agar generasi muda bersiap diri dalam mematangkan kehidupan untuk meraih kemandirian hidup di usia tua nanti.

Prinsip ini memiliki makna yang seimbang (balance). Keseimbangan kekayaan di dunia juga kekayaan bekal menempuh kehidupan kekal yaitu akhirat.

Generasi Emas harus Punya mindset kaya, generasi yang bekerja keras, berkembang, berkemauan bersama zaman yang semakin penuh tantangan, juga punya kaya pahala sebagai bekal kebahagiaan di kehidupan akhirat.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Dr. Hasto Wardoyo, selaku Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bahwa bonus demografi yang disebut sebut sebagai Generasi Emas saat ini mengalami ancaman yang cukup serius akan terjadinya stunting.

Generasi Stunting ini dapat lahir dengan banyaknya pernikahan di usia muda, putus sekolah dan mempunyai banyak anak, juga menjadi sebab meningkatnya kematian seorang ibu.

Di sisi lain, bonus demografi yang terjadi ini dapat ditransformasikan sebagai bonus kesejahteraan yang dapat dilihat dari pendapatan per kapita yang akan terus meningkat dan dapat terus ditingkatkan dengan syarat anak-anak muda di Indonesia tidak kawin di usia muda, tidak putus sekolah, yang akhirnya berperan menekan angka kematian ibu dan anak juga tingkat pengangguran, dengan kemandirian di hari tua, punya tabungan asuransi dan sebagainnya.

kendariinfo.com
kendariinfo.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun