FATHERLESS COUNTRY, FATHER-"HUNGRY" DAUGHTERS
"Fatherless"Â merupakan kondisi seorang anak yang tumbuh tanpa ayah atau dengan keterlibatan ayah yang minimal dalam pengasuhan sehingga tidak ada kelekatan (bonding) antara ayah dan anak.
Indonesia berada di peringkat ke-3 dalam menyandang "Fatherless Country". Salah satu penyebab utamanya ialah sudut pandang tradisional di mana tugas seorang ayah adalah mencari nafkah, sedangkan mengurus anak adalah tanggung jawab sang ibu.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa ketiadaan sosok ayah akan berdampak pada rapuhnya anak perempuannya dan dampak ini lebih besar dibandingkan dampak pada anak laki-laki, terutama dalam aspek perkembangan seksualitas.
"PATERNAL INVESTMENT THEORY"
Paternal investment theory menjelaskan mengenai vitalnya peran ayah dalam perkembangan seksualitas anak perempuannya. Anak perempuan memandang sikap atau perilaku ayahnya sebagai faktor penting dalam membuat keputusan-keputusan terkait kehidupan seksualitasnya (mating strategy).
Dalam teori ini, "hadirnya" orang tua dalam hidup anak diibaratkan sebagai sebuah "investasi". Jika sosok ayah "hadir" dalam hidup anak perempuan, hal ini memberi pesan bahwa dalam berkeluarga, "investasi" dari laki-laki maupun perempuan adalah sama pentingnya. Anak akan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas dirinya agar ketika saatnya bereproduksi ia bisa memberikan "investasi" terbaik untuk anaknya. la juga akan mencari laki-laki yang dapat "berinvestasi", yakni yang berkualitas.
Sebaliknya, jika sosok ayah tidak "hadir", anak perempuan akan berpikir bahwa "investasi" laki-laki tidaklah penting dalam berkeluarga. la lebih memikirkan kuantitas, lebih fokus untuk mencari kesempatan untuk berhubungan seksual dibandingkan "berinvestasi" pada kualitas keluarga dan keturunannya kelak.
DAMPAK FATHER HUNGER DALAM ASPEK SEKSUALITAS
Dari berbagai penelitian, father hunger pada anak perempuan meningkatkan risiko: