Mohon tunggu...
Aisah Humairo
Aisah Humairo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas muhammadiyah

introvert yang suka mneulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penerimaan Takdir dalam Prespektif Al-Qur'an: Antara keyakinan dan Realitas

9 Januari 2025   03:23 Diperbarui: 9 Januari 2025   10:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Penerimaan Takdir dalam Perspektif Al-Qur'an: Antara Keyakinan dan Realitas

Penerimaan takdir merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang sering dibahas dalam konteks keyakinan dan realitas kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif Al-Qur’an, takdir (qadar) adalah bagian dari iman yang harus diyakini oleh setiap Muslim. Konsep ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah SWT, namun tetap memberikan ruang bagi manusia untuk berusaha dan memilih.
Definisi Takdir dalam Al-Qur’an
Takdir dalam bahasa Arab disebut “qadar,” yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan bahwa segala sesuatu telah ditentukan-Nya dengan hikmah dan kebijaksanaan. Salah satu ayat yang menegaskan hal ini adalah:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
“Dan tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua peristiwa, baik besar maupun kecil, sudah tercatat dan ditentukan oleh Allah sebelum terjadinya.
Konsep Takdir dalam Al-Qur’an
Takdir dalam Islam merujuk pada ketentuan Allah yang telah ditetapkan untuk setiap makhluk-Nya. Konsep ini dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satu ayat yang paling terkenal mengenai takdir adalah:
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar: 49)
Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu di dunia ini telah ditentukan oleh Allah dengan ukuran dan ketentuan-Nya. Dalam konteks ini, penerimaan takdir berarti menerima bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah.
 Hubungan antara Takdir dan Usaha Manusia
Meskipun takdir sudah ditentukan, Islam juga mengajarkan pentingnya usaha (ikhtiar). Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menekankan perlunya usaha manusia:
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ  
“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu dan begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang beriman.’” (QS. At-Taubah: 105)
Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun hasil akhir telah ditentukan oleh Allah, manusia tetap memiliki tanggung jawab untuk berusaha sebaik mungkin dalam hidupnya.
 Keyakinan terhadap Takdir
Keyakinan terhadap takdir mencakup dua aspek: takdir baik dan buruk. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya:
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami; Dia-lah Pelindung kami.’ Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. At-Taubah: 51)
Ayat ini mengajak umat Islam untuk berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha, serta meyakini bahwa apapun hasilnya adalah yang terbaik menurut pengetahuan-Nya.
 Realitas Penerimaan Takdir
Dalam kehidupan nyata, penerimaan takdir sering kali menjadi tantangan bagi banyak orang ketika menghadapi kesulitan atau kehilangan. Namun, ajaran Islam mendorong umatnya untuk tetap optimis dan percaya bahwa setiap ujian adalah bagian dari proses pembelajaran dan penguatan iman.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin; semua urusannya adalah baik baginya; jika ia mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka itu baik baginya; jika ia mendapatkan kesulitan ia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan bagaimana sikap positif terhadap takdir dapat membantu seseorang menghadapi berbagai situasi dalam hidup.
 Kesimpulan
Penerimaan takdir dalam perspektif Al-Qur’an merupakan kombinasi antara keyakinan akan ketentuan Allah dan realitas usaha manusia. Umat Islam diajarkan untuk percaya bahwa segala sesuatu terjadi atas izin-Nya sambil tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan hidup mereka.
Dengan memahami konsep takdir secara mendalam melalui ajaran Al-Qur’an, seorang Muslim dapat lebih mudah menerima kenyataan hidup dengan penuh rasa syukur dan tawakkal kepada Allah SWT.
________________________________________
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun