Mohon tunggu...
Aisa Dynda Mayshwarya
Aisa Dynda Mayshwarya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penyakit Sapi Gila (Bovine Spongiform Encephalopathy): Diagnosa, Gejala, Dampak, dan Pencegahan

9 Juni 2024   05:05 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:32 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau lebih akrab dikenal dengan penyakit sapi gila adalah penyakit yang menyerang otak dan sistem saraf pada sapi, penyakit ini pertama kali diindentifikasi pada tahun 1986 di Inggris. Alih-alih disebabkan oleh virus atau bakteri, penyakit ini disebabkan oleh infeksi dari versi protein abnormal yang disebut prion.

Setelah diteliti, prion ditemukan pada Meat Bone Meal (MBM) atau suplemen makanan hewan yang berasal dari produk domba yang sebelumnya menderita penyakit prion yang disebut scrapie. BSE tidak menular melalui kontak fisik, melainkan dari pasokan makanan.

Penyakit ini juga bisa menyebar ke manusia yang disebut dengan variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD), melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi, atau ketika menerima donor darah dari orang yang terinfeksi, penyakit ini sulit didiagnosis dan belum ada pengobatan untuk penyakit ini, sehingga apabila telah terinfeksi akan berakibat fatal. Selain pada ruminansia dan manusia, penyakit ini juga dapat menginfeksi rusa, bahkan hewan kesayangan seperti kucing.

1. Diagnosis

Diagnosis BSE biasanya dilakukan melalui pemeriksaan post-mortem, artinya diagnosis dilakukan setelah sapi tersebut mati. Salah satu cara untuk mendiagnosis BSE adalah dengan memeriksa bagian otak sapi yang mati. Bila terinfeksi BSE, otak sapi akan menunjukkan ciri khas berupa perubahan tekstur menjadi seperti spons.

Meski demikian, diagnosis BSE pada sapi yang masih hidup juga dapat dilakukan, meski jarang, yaitu dengan pemeriksaan sampel otak yang diambil melalui biopsi.

  2. Gejala

Gejala BSE pada sapi tidak muncul secara instan, tetapi memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, umumnya 2-8 tahun setelah terinfeksi. Gejala awal meliputi perubahan perilaku seperti gelisah, agresif, atau tampak bingung. Sapi juga bisa menunjukkan gejala fisik seperti kesulitan bergerak atau berjalan, penurunan berat badan, dan penurunan produksi susu.

3. Dampak

Dampak langsung dari BSE adalah kerugian ekonomi bagi peternak sapi, karena tingginya angka kematian hewan ternak dan penurunan produktivitas. Selain itu, kekhawatiran konsumen terhadap BSE juga menurunkan permintaan daging sapi, yang berdampak pada penurunan harga dan kerugian lebih lanjut bagi peternak.

4. Pencegahan

Untuk mencegah penyebaran BSE, Indonesia memberlakukan regulasi ketat terhadap importasi sapi dan produk sapi dari negara-negara yang memiliki kasus BSE juga menjadi bagian penting dalam pencegahan. Langkah ini diperlukan untuk meminimalisir risiko penularan penyakit dari luar negeri. Serta menerapkan pengendalian pakan. Dalam hal ini, pakan sapi harus bebas dari jaringan hewan yang berpotensi terinfeksi BSE, seperti otak dan sumsum tulang.

Selain itu, untuk mencegah penyebaran pada manusia, Masyarakat juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya konsumsi daging sapi yang berasal dari sumber yang terpercaya dan sudah melewati pemeriksaan kesehatan yang ketat.

Tantangan utama dalam penanganan penyakit sapi gila adalah metode diagnosis dan pencegahan penularannya. Prion penyebab BSE sulit dideteksi dan tidak dapat dihancurkan dengan cara pemanasan atau radiasi seperti virus dan bakteri. Oleh karena itu, pengendalian BSE sangat bergantung pada pencegahan penularan melalui pengawasan ketat atas pakan ternak dan penanganan hewan yang terinfeksi.

Namun, dengan adanya perkembangan teknologi yang membantu dalam metode diagnosis dan penanggulangan BSE. Misalnya, dengan adanya metode tes cepat yang dapat mendeteksi prion dalam jaringan otak sapi. Selain itu, penelitian tentang prion juga terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin atau terapi yang dapat mencegah atau mengobati penyakit sapi gila ini.


Sumber :

Neal Nathanson, John Wilesmith, Christian Griot, Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE): Causes and Consequences of a Common Source Epidemic, American Journal of Epidemiology, Volume 145, Issue 11, 1 June 1997, Pages 959–969, https://doi.org/10.1093/oxfordjournals.aje.a009064

Kumagai, S., Daikai, T., & Onodera, T. (2019). Bovine Spongiform Encephalopathy - A Review from the Perspective of Food Safety. Food safety (Tokyo, Japan), 7(2), 21–47. https://doi.org/10.14252/foodsafetyfscj.2018009

Morgan, Kendall K. (2024). Mad Cow Disease: Symptoms, Causes and Treatments for vCJD

https://www.webmd.com/brain/mad-cow-disease-basics

Panduan lengkap Tentang Penyakit sapi gila. Peternakan. (2023, July 25). https://peternakan.co.id/panduan-lengkap-tentang-penyakit-sapi-gila/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun