Di langit yang sama dengan udara yang sama segarnya.
Kuberdiri di tempat berbeda dengan senja yang melambai tanda kepergiannya hari ini.
Petrikor serasa membelai penciumanku lamat-lamat. Memandang jauh ke dalam relung hati. Entah, ini akan menjadi baik atau lebih baik. Tak ada pilihan yang kutanam melebihi rasa percaya pada kuasa-Nya.
Kaki kian mantap menapak tanah kehidupan di tempat baru. Indurasmi senantiasa kunanti cahayanya, setelah gerhana yang kulewati.
Secercah harap memercik keheningan, semoga Allah memapahku.
Apakah ini kesedihan atau kelegaan, karena udara seakan berwarna dalam hidupku. Ada setitik rasa gelisah karena jauh dan rasa gembira karena hijrah. Hanya bisa menggantungkan harapan pada Sang Mahapencipta yang senantiasa menjaga dan menerangi hati yang rapuh. Selama napas masih terhembus, kisah sang pesalah dan pelupa belum lah berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H