Mohon tunggu...
Ais soleha
Ais soleha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Empati Dari Martin Hoffman

19 Januari 2025   14:42 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:42 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan, dikenal karena teorinya tentang empati yang menekankan perkembangan emosional dan moral pada individu. Hoffman mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain dan bereaksi secara emosional terhadapnya. Teorinya mencakup berbagai tahap perkembangan empati, yang berkaitan erat dengan usia dan pengalaman seseorang.

Tahap-tahap Perkembangan Empati Menurut Hoffman

1. Empati Global (0-1 tahun)
Pada tahap ini, bayi bereaksi terhadap emosi orang lain tanpa membedakan antara dirinya sendiri dan orang lain. Misalnya, bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lain menangis karena mereka belum dapat memahami bahwa emosi tersebut milik orang lain.

2. Empati Egosenris (1-2 tahun)
Anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki emosi yang terpisah dari dirinya. Namun, mereka cenderung merespons emosi orang lain dengan cara yang masih egosentris, seperti memberikan sesuatu yang mereka sukai untuk menenangkan orang lain.

3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (2-3 tahun)
Anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan yang berbeda, dan mereka dapat merespons dengan lebih sesuai. Mereka menjadi lebih sadar akan kebutuhan emosional orang lain.

4. Empati untuk Keadaan Hidup Orang Lain (di atas 6-9 tahun)
Anak mulai memahami bahwa perasaan orang lain tidak hanya dipengaruhi oleh situasi saat ini tetapi juga oleh pengalaman hidup mereka secara keseluruhan. Misalnya, anak dapat merasa empati terhadap seseorang yang sedang menghadapi kesulitan dalam hidupnya.

5. Empati yang Berdasarkan Prinsip (remaja dan dewasa)
Pada tahap ini, empati menjadi lebih matang dan universal. Seseorang dapat merasakan empati tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk kelompok atau bahkan prinsip kemanusiaan yang lebih luas, seperti keadilan sosial atau penderitaan global.

Empati dan Moralitas

Hoffman juga menghubungkan empati dengan perkembangan moral. Ia percaya bahwa empati memainkan peran penting dalam membentuk moralitas, karena empati membantu seseorang untuk merasakan penderitaan orang lain dan memotivasi perilaku altruistik. Hoffman mengidentifikasi mekanisme empati yang melibatkan:

Empati Afektif: Respons emosional terhadap keadaan orang lain.

Empati Kognitif: Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun