Dear diary,
Hari ini aku ingin melanjutkan ceritaku di masa putih biru. Banyak kenangan indah yang kualami di masa putih biru. Aku bertemu dengan para sahabatku di masa itu.
Aku masuk kelas 1B, satu kelas diisi dengan 25 orang anak. Teman sebangkuku bernama Lela Sari, seorang gadis manis mirip orang India. Dia anak piatu, ibunya meninggal ketika dia SD. Dia anak bungsu, tinggal bersama ayahnya, neneknya dan juga kakaknya. Dia dan kakaknya beda 2 tahun.Â
Sahabatku ini agak sedikit tomboy, dia suka menulis puisi. Â Aku sering main ke rumahnya begitupun dia suka main juga ke rumahku. Dan ternyata pas main ke rumah, aku baru tahu kalau kami masih ada ikatan saudara.
Aku dan dia hanyaa satu tahun berada di kelas yang sama. Tapi persahabatanku masih terus berlanjut.
Saat upacara bendera hari Senin, aku selalu ditugaskan untuk menjadi pembaca do'a. Teman-temanku bilang kalau aku yang membaca do'a bikin terharu dan merinding jadilah aku seolah-olah menjadi spesialis pembaca do'a saat upacara bendera.
Padahal aku ingin sekali menjadi pembawa acara saat upacara karena aku suka dengan pembawa acara pada 17an di istana. Makanya klo 17 Agustus setelah upacara selesai aku akan langsung pulang biar bisa nontk  pengibaran bendera di Istana Merdeka.
Aku senang melihat para paskibraka yang dengan gagah mengibarkan bendera dan paling senang mendengar suara pembawa acaranya. Makanya pengen banget jadi pembawa acara pas upacara hari Senin tali nggak pernah kesaampaian.
bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H