Pau Servat tak kuasa menahan air matanya ketika tendangan penaltinya melebar dari sisi kiri gawang. Rasa sesal karena eksekusi penalti yang dilakukannya gagal, membuatnya sangat sedih.
Meski rekan-rekan setimnya langsung menghibur, Pau Servat tetap tak bisa menyembunyikan kekecewaaan dan kesedihannya. Sambil berjalan lunglai, Servat menutup matanya dengan kedua tangan. Air matanya terus menetes.
Pau Servat bukanlah seorang pemain sepakbola profesional. Dia hanyalah salah satu bocah didikan akademi La Masia, akademi sepak bola milik Barcelona. Pertandingan yang dilakoni bocah 10 tahun itupun bukanlah sebuah pertandingan resmi. Namun, kegagalannya mengeksekusi penalti tetap membuatnya sangat kecewa.
Baginya, dipercaya sebagai eksekutor penalti oleh pelatih adalah sebuah tugas mulia yang harus diembannya dengan baik. Terlebih lagi, dia juga dipercaya memakai nomor punggung 10 di tim Barcelona Alevi D, sebuah nomor yang keramat dalam sejarah sepakbola tim Catalan.
Cerita belum berakhir... Sekali lagi La Masia membuktikan bahwa akademi ini tidak hanya mampu menciptakan pesepakbola-pesepakbola dengan teknik dan kemampuan hebat saja. Akademi yang didirikan pada Okotber 1979 ini juga mampu menciptakan kekuatan persahabatan diantara para anggota didiknya.
Datang dari berbagai lapisan masyarakat di penjuru negara Spanyol, para bocah-bocah ini juga belajar bagaimana memupuk rasa kebersamaan. Dan itulah yang kemudian menjadi penyemangat bagi Pau Servat.
Usai jeda istirahat, dukungan serta motivasi dari rekan dan juga pelatihnya membuat semangat bocah bertubuh mungil tersebut kembali muncul. Bak mendapat energi tambahan, Pau Servat mengamuk di babak kedua. Tak tanggung-tanggung, dua buah gol berhasil disarangkannya ke gawang lawan. Dan pastinya, dua gol tersebut tercipta dengan sangat berkelas, seperti gol-gol yang sering dicetak para seniornya.
Skill maupun teknik sepakbola yang hebat memang wajib diajarkan oleh akademi-akademi sepakbola di manapun. Namun di La Masia, kita bisa melihat bagaimana semangat juang, kebersamaan, dan juga pribadi yang pantang menyerah diajarkan.Â
Sumber: http://www.fcbarcelona.com/football/formative/detail/article/from-tears-to-joy-in-an-alevi-d-game
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI