Mohon tunggu...
Avan Fathurrahman
Avan Fathurrahman Mohon Tunggu... -

orang biasa yang betah tinggal di desa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ummi, Delisa Mencintaimu karena Allah

1 Januari 2012   23:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu Akbar.

Bencana Tsunami 7 tahun yang silam itu kembali menyentak kesadaran saya. Bagaimana mungkin hati saya tidak menangis, mengingat bencana kemanusiaan yang telah merenggut ribuan nyawa saudara-saudara saya di Aceh???

Bagaimana bisa saya tetap bertahan untuk tidak meneteskan airmata, lantas pura-pura tersenyum melihat adegan Film tersebut, sementara peristiwa itu benar-benar terjadi 7 tahun yang silam??

Tidak,,, tidak,,, rasa kemanusiaan itu menggedor-gedor hati saya. Menciptakan banjir di hati yang tidak sanggup saya bendung. Maka tumpahlah di mata saya. Menjadi aliran bening di kedua pipi.

Lalu bagaimana dengan Delisa?

Dia selamat. Delisa pingsan berhari-hari di atas bukit cadas. Dalam pingsannya Delisa melihat Ummi, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah yang pergi. Saat ia bertanya, mereka bilang, Delisa tidak usah sedih, sebab Delisa akan mempunyai lebih banyak teman lagi.

Saat Delisa tergolek antara sadar dan tidak itulah, seorang prajurit bernama Smith menemukan dan menyelamatkannya. Sayangnya, luka parah yang ia alami membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Mendapati kenyataan tersebut, Prajurit Smith bermaksud mengadopsi Delisa yang sebatang kara. Beruntung sang Abi datang. Satu-satunya harta Delisa yang tersisa.

Penderitaan Delisa membuat iba banyak orang. Tetapi ia begitu tabah menerimanya. Ia bangkit dengan kaki yang tinggal satu. Ia tersenyum meski kehilangan Ummi, dan tiga saudaranya.

Gadis kecil itu bangkit di tengah rasa sedih karena kehilangan, di tengah rasa putus asa yang menerpa Abinya serta orang-orang Aceh lainnya. Delisa hadir serupa “malaikat kecil” yang menjadi penyemangat bagi orang-orang disekitarnya. Delisa sudah memberi banyak pelajaran pada saya betapa kesedihan dapat menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Meskipun juga air matanya seolah tidak ingin berhenti mengalir, tetapi Delisa selalu gemilang mengubahnya jadi senyuman. akhirnya ia benar-benar memahami tentang keikhlasan. Ikhlas menerima semuanya dengan penuh senyum. Sebab di hatinya sudah tertanam asmaNYA yang agung.

“Sayang,,, suatu saat nanti, kita pasti akan bersama lagi” ucap sang Ummi dalam mimpi Delisa, sesaat sebelum kembali mengikuti ujian tes bacaan sholat setelah tsunami merenggut semuanya.

Itu kan Film?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun