Hasil survei yang dirilis LSI Denny JA ini seolah menegaskan bahwa pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin memang berada di jalur yang kuat menuju kemenangan di Pilkada Jawa Tengah. Dengan elektabilitas mencapai 46 persen, selisih 17,8 persen dari pesaing terdekat mereka, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, pasangan ini tampak memiliki keunggulan yang sulit digoyahkan. Ada beberapa faktor kunci yang membuat mereka menjadi kandidat unggulan, mulai dari popularitas, dukungan mesin politik, hingga kedekatan mereka dengan masyarakat di akar rumput. Fenomena ini sangat menarik untuk ditelusuri lebih dalam karena mencerminkan kompleksitas politik lokal dan dinamika yang membedakan kontestasi di tingkat daerah dari persaingan di panggung nasional.
Pertama, popularitas Ahmad Luthfi yang mencapai 72 persen merupakan modal politik yang sangat berharga. Hal ini tidak hanya menunjukkan bahwa Luthfi lebih dikenal, tetapi juga bahwa ia memiliki ikatan emosional dengan pemilih. Pengalamannya sebagai Kapolda Jawa Tengah bisa jadi memperkuat reputasinya sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat, terutama karena peran polisi seringkali diidentikkan dengan kedekatan langsung pada isu-isu masyarakat sehari-hari. Pemilih melihat Luthfi sebagai pemimpin yang memahami persoalan mereka, dan ini memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh Andika Perkasa, meski ia adalah tokoh nasional. Andika yang berasal dari latar belakang militer nasional mungkin menghadapi tantangan lebih besar dalam memahami dan memenuhi ekspektasi lokal. Meskipun dikenal secara luas di level nasional, popularitasnya di Jawa Tengah masih terbatas di kalangan elit atau masyarakat perkotaan, sementara sebagian besar pemilih Jateng adalah wong cilik yang tinggal di pedesaan.
Kedua, kekuatan mesin politik yang solid di balik pasangan Luthfi-Taj Yasin menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Koalisi ini mampu menggalang dukungan secara efektif dan telah bekerja secara strategis untuk memperkuat citra pasangan tersebut. KIM Plus, yang merupakan mesin politik pendukung, telah membuktikan efektivitasnya dalam menggerakkan jaringan hingga ke tingkat desa. Tidak hanya mengandalkan kampanye di media, koalisi ini tampaknya telah menyusun strategi door-to-door dan langsung menjangkau konstituen. Loyalitas pemilih partai-partai koalisi dalam mendukung Ahmad Luthfi-Taj Yasin juga telah terbentuk, memberikan dasar yang kuat bagi konsistensi suara mereka. Loyalitas seperti ini menjadi pembeda signifikan dalam kontestasi yang mengandalkan pendekatan personal dan tradisional.
Ketiga, kemenangan Luthfi-Taj Yasin di 11 dari 13 daerah pemilihan (dapil) menunjukkan keunggulan geografis yang tak bisa diabaikan. Dari 13 dapil di Jawa Tengah, mereka hanya kalah di dapil I (Kota Semarang) dan dapil VIII (Magelang, Kota Magelang, dan Boyolali), yang mencerminkan bahwa mereka hampir menyapu bersih wilayah provinsi ini. Keunggulan di sebagian besar dapil menjadi indikator bahwa Ahmad Luthfi berhasil membangun jejaring dan kepercayaan yang merata di seluruh provinsi, memperkuat basis dukungan yang tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga di wilayah pedesaan. Ini menunjukkan bahwa pasangan Luthfi-Taj Yasin mengakar di basis pemilih dari berbagai latar belakang sosial, memberikan keunggulan yang sulit dilawan oleh Andika-Hendrar.
Terakhir, arah dukungan pemilih Prabowo-Gibran yang condong ke Luthfi-Taj Yasin menambah lapisan menarik dalam survei ini. Di tengah kecenderungan pemilih yang biasanya setia pada kandidat-kandidat di lingkaran partai, fakta bahwa pemilih Prabowo-Gibran mendukung pasangan ini menunjukkan adanya kesamaan visi atau kepercayaan yang serupa. Ini bisa disebabkan oleh keterikatan keduanya pada isu-isu yang relevan bagi masyarakat Jateng, seperti stabilitas sosial, ketertiban, dan ekonomi daerah, yang umumnya menjadi perhatian pemilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dukungan yang mengalir dari basis pemilih ini merupakan tambahan besar bagi Luthfi-Taj Yasin dalam mengonsolidasikan suara mereka.
Secara keseluruhan, data survei LSI Denny JA ini memberikan gambaran jelas bahwa pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin unggul dalam berbagai aspek krusial, dari popularitas hingga jaringan politik. Namun, meskipun semua indikasi menunjukkan keunggulan mereka, pilkada masih menyisakan banyak ketidakpastian. Situasi bisa berubah dengan cepat, dan taktik politik terakhir dari pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi bisa saja berpotensi memengaruhi hasil akhir. Masyarakat akan terus mengamati, menilai, dan memilih berdasarkan aspirasi yang menurut mereka paling sesuai dengan harapan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Pilkada Jawa Tengah ini tidak hanya soal siapa yang akan menang, tetapi juga menjadi cerminan bagaimana kepemimpinan lokal yang relevan dan dekat dengan masyarakat bisa jadi kunci memenangkan hati pemilih di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H