Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mental Load dalam Kehidupan Seorang Ibu

29 Oktober 2023   09:32 Diperbarui: 30 Oktober 2023   14:49 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai sejak merencanakan kehamilan

Dalam parents.com (27/09/2023), seorang penulis asal New York bernama Melissa Mills, membagikan sedikit ceritanya mengenai mental load yang sempat ia alami. Bahkan ia tidak menyadari telah mengalami mental load, saat menjadi ibu baru bagi anak pertamanya. Padahal, ia dan suami merupakan pasangan yang sering kali membagi pekerjaan rumah dengan baik, sehingga semua pekerjaan bisa terselesaikan dengan rapi tanpa membuat salah satu pihak terbebani.

Menurutnya, semua sangat berbeda setelah suaminya kembali bekerja selepas cuti untuk mendampingi kelahiran buah hati tercinta. Rentetan daftar tugas rumah tangga setiap hari selalu ada, dan tidak pernah ada habisnya. Melissa menyadari, semua menjadi tanggung jawabnya. Ia berkata bahwa ia tidak sendiri, dan tidak mengharapkan beban mental dialami olehnya. Namun, ia tetap mengalami mental load.

Hasil survei New York Times pada 2020 menunjukkan bahwa 66% perempuan mengatakan bertanggung jawab untuk mengasuh anak, dan 70% perempuan menyatakan bertanggung jawab atas tugas rumah tangga.

Awalnya saya pikir, masalah pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin hanya terjadi di Indonesia. Kenyataan dari hasil survei tersebut, membuat saya sadar bahwa mental load juga terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.

Melissa Mills memberikan informasi bahwa mental load menyelinap masuk dalam kehidupan seorang perempuan sejak mulai merencanakan kehamilan, masa kehamilan, kelahiran bayi, dalam masa MPASI dan merawat bayi, serta ketika merencanakan sebuah perjalanan bersama keluarga. Semuanya benar, saya merasakan hal yang sama dirasakan oleh Melissa sebagai seorang ibu.

Agak sedikit berbeda dengan Melissa, saya tidak merencanakan kehamilan, tetapi mendapatkan kehamilan tak terduga setelah pernikahan baru berjalan satu bulan. Saya merasakan bagaimana mental load mulai menyelinap dalam pikiran. Apalagi kehamilan tanpa perencanaan, mungkin cukup mendadak untuk saya.

Sejak awal kehamilan sampai pada hari kelahiran, rasanya mental load tak henti saya rasakan. Mulai dari perkara kecil hingga ke hal besar untuk menjaga kehamilan. Saya mengetahui tanggung jawab yang semakin besar akan menanti setelah kelahiran.

Bahagia sudah pasti saya rasakan, sebentar lagi rumah kami akan ramai dengan suara bayi. Di sisi lain, saya tidak bisa mengelak bahwa mental load semakin sering saya rasakan.

Tidak hanya mengenai anak, pekerjaan rumah tangga juga tak kalah terus bertambah. Saya yang tadinya tidak bisa memasak, sekarang harus terbiasa berada di dapur. Yang tadinya tanggung jawab hanya satu kamar, setelah memiliki rumah tanggung jawab menjadi seisi rumah.

Pengaruh mental load pada kesehatan mental ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun