Ulang tahun seorang anak hingga remaja selalu identik dengan perayaan yang meriah, kue, dan lilin ulang tahun. Penuh dengan ucapan selamat yang diterima dan ekspresi bahagia. Mendapatkan tumpukan kado istimewa yang tidak terduga dari keluarga dan sahabat.
Malam ini, di tengah rasa kantuk saya mendapatkan ucapan dari belahan jiwa. Ia mengucapkan dengan lirih kata selamat sudah bertambah usia, dan meminta maaf belum bisa memberikan sesuatu yang istimewa.
Saya sempat membuka mata sejenak, menatap suami yang memang sering begadang, dan melihat kedua anak yang sudah tertidur lelap. Kemudian, saya kembali tidur karena sudah tak kuat lagi menahan kantuk.
Tahun ini, hari kelahiran saya terasa sangat berbeda. Saya menyadari bahwa usia saya sudah tak lagi muda, sekarang saya sudah menjadi perempuan dewasa yang memiliki banyak tanggung jawab. Menjadi seorang ibu dari dua buah hati lucu yang paling saya sayangi. Dan menjadi pasangan yang selalu siap sebagai teman bercerita di malam hari.
Saya ingin merayakan ulang tahun yang berbeda di usia dewasa ini. Bukan dengan perayaan atau tiup lilin, tetapi dengan merenung.
Belajar dari masa lalu
Setiap orang selalu punya masa lalu yang berbeda. Tentu, banyak peristiwa yang terjadi di masa lalu. Peristiwa yang sangat menyenangkan, dan peristiwa yang sangat menjengkelkan atau mengecewakan. Semua adalah pengalaman dan kenangan yang akan sulit dilupakan.
Saya mencoba merenung, mengingat kembali kenangan di masa lalu. Mencoba belajar dari masa lalu agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Mencoba mengikhlaskan rasa duka di masa lalu, dan melepas semua kenangan pahit di kepala. Menjadikan masa lalu sebagai pengalaman untuk mendewasakan diri.
Merencanakan masa depan
Setelah menikah, tidak mungkin hidup tanpa perencanaan. Namun, di ulang tahun ini, saya ingin merencanakan masa depan lebih matang. Bukan hanya untuk saya, tetapi untuk kedua anak saya.