Bersyukur, sesuatu yang sering kali diucapkan oleh semua orang. Setiap diberikan ujian, pasti kita disuruh mengingat untuk bersyukur. Saya paham, bersyukur bukanlah sesuatu yang mudah.
Saya yang sudah dewasa saja, masih sering mengeluh. Namun, kalau saya pikirkan kembali, mengeluh itu sesuatu yang tidak berguna. Tidak akan ada yang berubah setelah kita mengeluh.
Tidak ada salahnya mencoba menanamkan kebiasaan bersyukur pada anak sendiri, sembari terus belajar untuk bersyukur. Bagaimana caranya? Coba pelajari di sini!
Tidak menuntut anak perfeksionis
Namanya manusia, tidak akan pernah puas. Selalu punya keinginan, setiap melihat sesuatu yang baru. Ingin terlihat sempurna tanpa ada celah kekurangan, tetapi kita perlu menyadari bahwa hal ini tidak akan berdampak baik bagi kehidupan.
Sebelum menanamkan anak kebiasaan bersyukur, baiknya diri sendiri pun belajar bersyukur. Mencoba lebih bersabar, dan tidak terus menuntut. Utamanya, tidak menuntut anak perfeksionis.
Yang kadang tidak disadari kita para orangtua, ternyata selama ini menuntut anak terlalu perfeksionis. Anak yang merasa dituntut untuk perfeksionis, lama kelamaan akan haus dengan kesempurnaan.
Apa dampaknya? Bisa jadi anak melakukan hal negatif untuk terlihat sempurna. Yang paling parah, anak kehilangan jati diri. Apakah kamu mau anakmu kehilangan jati dirinya? Membiarkan anak menjadi diri sendiri akan lebih baik.
Berikan motivasi ketika anak dalam kesulitan