Mohon tunggu...
Aira Raniah
Aira Raniah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hanya seorang remaja yang suka menulis dan ingin tulisannya dapat perhatian :0

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Merah si Pustakawan: Bagian 4

19 Oktober 2023   20:19 Diperbarui: 19 Oktober 2023   20:36 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Gadis Merah si Pustakawan: Bagian 4

"Bagaimana aku akan menggeser rak seberat dan sebesar ini?" Aku mendongakkan kepalaku, ini dia rak yang dimaksud buku itu.

Bahkan tinggiku tidak lebih dari anak perempuan Sekolah Dasar, dan rak ini lebih tinggi setengah tinggiku. Tetap saja, tak ada salahnya mencoba, aku mencengkram sisi samping rak yang berhimpit dengan dinding. Aku tidak pernah menyadari rak yang ini tidak tertanam pada dinding, tidak seperti kebanyakan rak lain yang menempel dinding. Sekuat tenaga aku berusaha menarik rak tersebut, suara kayu yang bergesek dengan lantai keramik mulai terdengar. Celah mulai terbuka, namun belum cukup untuk tubuhku masuk, tapi cukup untuk salah satu kakiku membantu menggeser rak buku.

Suara terbentur keras memenuhi seisi perpustakaan, aku berakhir jatuh terduduk untuk menghindari rak yang mendadak ambruk. Setidaknya aku dapat mencari lubang kunci itu dengan leluasa sekarang, tapi akan lebih sulit bagiku untuk mengembalikan rak ini daripada mendorongnya kembali ke tempat awal. Aku mengusap bajuku yang terkena debu lalu memunguti buku-buku yang berserakan, segera menumpuknya di pojok. Ternyata mudah menemukan lubang kunci itu, setelah meraba-raba dan memperhatikan dinding dibalik rak beberapa menit.

Aku memasukkan kunci dengan bentuk aneh itu, ceklek! Perlahan ku dorong daun pintunya. Wajahku mengerut ketika tampak tangga yang mendaki hingga aku tak dapat melihat ujungnya dari sini, dan tidak ada cahaya dari ujung tangga, semakin dalam ke lorong menanjak itu semakin gelap. Mungkin inilah mengapa ada senter di dalam buku tersebut(yang membuat bukunya tebal adalah senter ini), aku tidak akan mundur hanya karena tangga suram ini. Kalau begini ternyata selama ini perpustakaanku ada dibawah tanah ya?

Aku menyalakan lalu menyodorkan senter itu ke arah tangga, lalu mulai menaiki satu persatu anak tangga dengan enggan. Tanganku menggeser senter kesana kemari memastikan tidak ada yang janggal di tengah kegelapan. Satu lagi tanganku memegang erat buku 'Panduan Rubrea ke Luar Perpustakaan'. Aku menoleh kebelakang, perpustakaan tinggal persegi panjang yang memancarkan cahaya remang kekuningan. Tenanglah Rubrea, kau hanya akan mengintip sedikit lalu kembali.

To be continued...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun