Di masa ini, pasti semua orang setidaknya pernah mendengar mengenai jenis permainan balok susun yang biasa disebut sebagai LEGO. Seringkali, kata ini disambungkan dengan dunia anak-anak padahal di dunia nyata, penggemar berusia remaja hingga dewasa adalah sebagian besar persentase yang memenuhi pasar. Ada beberapa alasan dibalik keragaman rentang usia konsumen, untuk mengetahuinya mari kita balik pada awal mula balok susun ini dikomersilkan.
Ole Kirk Kristiansen, founder LEGO, adalah pengrajin mainan anak yang tentunya menargetkan anak-anak dibawah usia remaja. Namun, suatu hari beliau memikirkan bagaimana cara supaya balok ini bisa lebih besar, unik, fleksibel, dan dimainkan oleh orang banyak. Maka dari itu, ia merubah bahan dasar kayu menjadi plastik dan mulai mencoba untuk membangun miniatur bangunan. Pada tahun itu, ini adalah sebuah penemuan besar di dunia permainan. Orang tua dengan senang hati ikut menyusun balok-balok kecil tersebut bersama anak mereka.
Berdasarkan Lego Group's Play Well Report 2022, 86 % orang dewasa mengakui bahwa bermain membantu mereka untuk beristirahat sejenak dari kepenatan sehari-hari. Bahkan sebagian kelompok penggemar, mengaku tidak pernah tertarik bermain lego saat masih kecil. Dan baru menunjukkan ketertarikan ketika telah memiliki penghasilan sendiri.
Sebenarnya tim kreatif LEGO telah mengeluarkan berbagai macam bentuk yang mustahil dirakit oleh seorang anak dibawah usia remaja sendiri. Sebagai contoh, architecture sets memberikan kesempatan bagi penggemar membangun kembali versi miniatur bangunan bersejarah seperti : Eiffel Tower, Taj Mahal, dan Statue of Liberty. Terlihat jika target pasar beberapa serial produk lebih tertuju pada orang dewasa.Â
Mengapa LEGO bisa diminati semua kalangan? Nyatanya, bermain lego memiliki banyak manfaat. Pertama yaitu meningkatkan rasa percaya diri khususnya pada anak, ada nya metafora jika kita bisa membangun balok step-by-step secara perlahan, maka rintangan di dunia nyata pun bisa kita selesaikan.Â
Kedua, menyusun balok bisa menjadi kegiatan bonding dan relaksasi dengan orang terdekat tanpa memerlukan keluar dari rumah. Ketika kita fokus pada satu tujuan utama, suatu kelompok cenderung akan memiliki ikatan yang jauh lebih dekat dan intens daripada sebelumnya.Â
Ketiga, LEGO bisa membantu menaikkan tingkat kefokusan, menajamkan pikiran, dan melatih problem-solving. Mungkin efek yang diharapkan tidak akan terjadi dalam sekejap mata, namun bisa dirasakan pada jangka panjang ketika umur telah mendekati lansia.Â
Dari pembahasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa LEGO tidak hanya bermanfaat bagi satu kelompok usia saja, jika diterapkan dengan benar maka banyak pembelajaran yang bisa kita dapatkan sambil tetap menjaga quality time dan kebersamaan bersama orang tersayang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H