Sosial, berbagai program pemberdayaan digelar, mulai dari pelatihan keterampilan hingga bantuan ekonomi, agar para gepeng bisa hidup lebih mandiri dan sejahtera. Langkah ini diharapkan tidak hanya mengurangi jumlah gepeng di jalanan, tapi juga memberi mereka kesempatan untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
Bandung, 03 November 2024 - Pemerintah Kota Bandung terus berusaha menangani masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) dengan cara yang lebih bijak dan berkelanjutan. Lewat DinasProgram  ini bertujuan untuk memberdayakan gelandangan dan pengemis. Melalui pelatihan keterampilan yang dirancang Dinas Sosial Kota Bandung diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kehidupan jalanan serta mendorong integrasi mereka ke dalam masyarakat secara berkelanjutan. Selain itu, dengan diadakannya Bimbingan Spiritual yang dirancang oleh pihak kami juga bertujuan untuk menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan dalam kehidupan klien dan membantu klien untuk menemukan makna dan tujuan hidup.
Program ini dilakukan melalui pendekatan sosial. Dinas Sosial Kota Bandung bekerjasama dengan pemerintah dan jaringan-jaringan potensi sumber kesejahteraan serta masyarakat dalam mencapai tujuan pemberdayaan kelompok gelandangan pengemis. Metode pemecahan masalah yang mendasari program ini di antaranya:
- Pemetaan potensi melalui analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) untuk memahami kondisi gelandangan-pengemis secara komprehensif sebagai landasan perancangan program dan intervensi lebih lanjut.
- Sosialisasi internal terhadap kelompok gelandangan-pengemis sebagai klien untuk pemulihan fungsi sosialnya dan sosialisasi eksternal untuk masyarakat Kota Bandung sebagai bagian dari penentu kesuksesan dan keberlanjutan program.
- Monitoring dan evaluasi (monev) untuk kepentingan penilaian kinerja dan evaluasi internal program dinas sosial.
Tahapan program pemberdayaan gelandangan-pengemis (gepeng) dimulai dari rumah singgah yang berada di Dinas Sosial Kota Bandung, tempat klien (gepeng) menjalani rehabilitasi sosial dasar. Tahapan awal ini meliputi tahap afektif, yang berfokus pada aspek emosional. Pada proses implementasinya tahap ini dilakukan oleh para pekerja sosial dan tenaga profesional yang bertugas memberikan stimulus berupa bimbingan dasar untuk memulihkan fungsi sosial seseorang dan motivasi dalam aspek spiritual.Â
Contohnya, bimbingan tentang bahaya aktivitas jalanan dan bimbingan spiritual oleh tenaga profesional, yaitu ustadz dengan mengangkat topik pandangan agama tentang mengemis. Selanjutnya, tahap kognitif, yaitu upaya pembentukan dan peningkatan pemahaman akan pentingnya fungsi sosial dan dampak negatif kehidupan di jalanan secara mendalam. Dalam tahap ini, diberikan juga pengetahuan kepada klien tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara.
 Hal tersebut, meliputi pelacakan domisili melalui scan biometri dan pemberkasan lainnya. "Klien yang datang ke rumah singgah dibantu memperbaiki dokumen administratifnya, seperti KTP dan catatan sipil, untuk mempermudah akses layanan sosial lainnya," ungkap salah satu pekerja sosial di Dinas Sosial Kota Bandung.Â
Ketiga, tahap psikomotorik. Tahap ini berfokus pada aspek keterampilan. Pembekalan keterampilan ini dilakukan melalui pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan. Ragam pelatihan vokasional diantaranya, pelatihan barista, pastry, tata rias, dan keterampilan cukur rambut pria.Â
Sedangkan, pembinaan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemahaman dan kecakapan mengelola keuangan serta teknik dan strategi berwirausaha. Program ini merupakan bagian dari rangkaian rehabilitasi sosial lanjutan dengan maksimal durasi program, yaitu enam bulan.
 Terakhir, tahap konatif, yang melibatkan niat dan komitmen kuat dalam diri klien. Klien yang sebelumnya telah dibentuk motivasi dan kebutuhannya untuk siap mandiri, akan diharapkan dapat mengambil keputusan dan tindakan konkret untuk mengikuti pendalaman pemulihan fungsi sosial dan ekonomi mereka, sehingga mereka tidak akan kembali hidup di jalanan.
Output program pemberdayaan kelompok gelandangan-pengemis yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung mencakup beberapa hasil signifikan. Salah satunya adalah pemberian bimbingan spiritual kepada klien di Rumah Singgah, yang bertujuan untuk memberikan dukungan mental dan emosional, serta membentuk kesadaran mereka untuk tidak kembali ke jalanan.Â
Selain itu, program ini juga berfokus pada peningkatan keterampilan melalui pelatihan yang dirancang untuk membantu klien memperoleh kemampuan yang dapat mendukung kemandirian mereka dalam kehidupan sosial. contohnya seperti adanya pelatihan untuk menjadi barista, pelatihan memotong rambut, pelatihan pastry, dan tata rias.Â
Proses monitoring dan evaluasi juga menjadi bagian penting dari program ini, di mana pekerja sosial secara teratur menilai efektivitas program dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut. Mengingat tantangan yang dihadapi, seperti adanya klien yang kabur, terdapat kebutuhan untuk meningkatkan kualitas keamanan di rumah singgah agar dapat memberikan lingkungan yang lebih aman bagi para klien.Â
Dalam rangka mengatasi masalah gelandangan dan pengemis di Kota Bandung, pemerintah melalui Dinas Sosial melaksanakan program pemberdayaan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada gelandangan dan pengemis untuk hidup lebih mandiri dan sejahtera. Program ini dilakukan melalui pendekatan sosial dengan metode pemecahan masalah yang terstruktur.
 Tahapan program meliputi pemetaan potensi, sosialisasi, monitoring dan evaluasi, serta rangkaian kegiatan mulai dari tahap afektif hingga konatif. Output program ini meliputi pemberian bimbingan spiritual, peningkatan keterampilan melalui pelatihan, serta monitoring dan evaluasi yang teratur. Dengan adanya program ini diharapkan dapat mengubah jalanan menjadi harapan bagi para gelandangan dan pengemis di Kota Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H