Mohon tunggu...
Ai NurulFahmi
Ai NurulFahmi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang yang menyukai banyak hal. Saya senang membaca, menulis, bercerita, nonton film, videografi, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sederhana Namun Seribu Guna, Begini Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga

29 Juni 2022   23:25 Diperbarui: 29 Juni 2022   23:56 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak mengenal Kampung Naga? Kampung adat yang letaknya kurang lebih 30 km dari pusat kota ini menyimpan kehidupan tersendiri yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Kampung Naga terletak di perbatasan antara Garut dan Tasikmalaya. 

Namun secara administratif kampung ini masuk ke wilayah Kabupaten Tasikmalaya, tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Bagi wisatawan luar kota yang ingin berkunjung ke Kampung Naga tidak perlu khawatir karena akses jalannya cukup mudah. Di sana wisatawan bisa menyewa pemandu untuk mempermudah mereka dalam mendapatkan informasi tentang Kampung Naga.

Masyarakat Kampung Naga dalam kesehariannya masih menggunakan peralatan hidup yang sederhana dan bersumber dari alam. Bahan yang dijadikan bangunan rumah pun terbuat dari bahan kayu, bambu, serta ijuk dan daun tepus sebagai bahan atap rumah. 

Ijuk diperoleh dari pohon aren, sedangkan daun tepus karena keberadaannya yang langka membuat masyarakat harus membeli langsung dari gunung Mayana. Adapun beberapa bahan yang dibeli dari luar yaitu kaca, paku, besi, dan anyaman bambu yang digunakan sebagai dinding rumah yang biasa disebut "bilik". 

Sebagian masyarakat ada yang membuat sendiri anyaman bilik tersebut sehingga tidak perlu membeli dari luar. Bilik tersebut biasa diberi warna putih menggunakan kapur. Hal ini karena penggunaan cat tidak diperbolehkan bagi masyarakat Kampung Naga.

Atap ijuk dan daun tepus memiliki kekuatan hingga 25 sampai 35 tahun dan bisa tahan dari berbagai bencana. Selain pada kekuatannya, atap ini pun menyimpan nilai estetika tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh bahan atap lainnya. Atap ijuk menumbuhkan kesan tradisional, sederhana, serta dapat memberikan efek sejuk pada siang hari dan efek hangat pada malam hari. 

Karena itu penghuni rumah dapat merasa nyaman saat beraktivitas di dalam rumah mereka.

Kampung Naga memiliki pola rumah yang saling berhadap-hadapan menghadap ke sebalah utara dan selatan dan tidak boleh menghadap atau membelakangi matahari. Hal ini sudah menjadi budaya turun temurun dari nenek moyang mereka. Selain itu, rumah didirikan tidak menyentuh tanah, melainkan ada penyangga berupa batu yang biasa disebut tatapakan. 

Konsep rumah panggung seperti ini ternyata memiliki daya tahan terhadap gempa. Buktinya gempa bumi sebesar 7,3 Skala Richter yang terjadi pada 2009 lalu tidak berhasil memorak-porandakan rumah-rumah di Kampung Naga.

Setiap rumah di Kampung Naga memanfaatkan kolong rumah untuk dijadikan sebagai kandang ayam. Ada yang sebagian pada kolong dapurnya saja, ada pula yang seluruh kolong rumahnya dimanfaatkan sebagai kandang ayam. 

Kandang ayam yang diletakkan di kolong rumah ternyata memiliki fungsi sebagai pencegah rayap karena rayap yang akan menyerang rumah panggung yang terbuat dari kayu dapat dimakan langsung oleh ayam. Hal ini juga merupakan rahasia mengapa rumah-rumah di Kampung Naga bisa awet sampai puluhan tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun