Biaya logistik di Indonesia terbilang mahal, pernyataan ini tidak bisa dipungkiri oleh masyarakat kepelabuhanan di Indonesia, di mana hal tersebut didukung Logistic Perfomance Index Indonesia yang tercecer di peringkat ke-53 dunia. Peringkat itu dianggap sejumlah kalangan tidak cukup baik akibat kurang efisiennya manajemen logistik nasional. Dengan demikian biaya pengiriman barang menjadi lebih tinggi tatkala dibandingkan dengan negara pesaing di Asia Tenggara.
Infrastruktur memegang peranan sangat penting dalam kelancaran arus bongkar muat. Salah satunya keberadaan mother vessel (kapal pengangkut petikemas berukuran besar), di mana sampai sekarang hanya sandar untuk transit sampai Pelabuhan Singapura. Berikutnya, hanya kapal-kapal feeder yang bisa melanjutkan perjalanan guna mengirim barang sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok atau Pelabuhan Tanjung Perak.
BUMN operator pelabuhan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)Â menyatakan siap mendukung visi maritim yang dikemukakan oleh Joko Widodo. Gagasan maritim dan tol laut yang dimaksud oleh Jokowi memiliki konsep yang sama dengan yang tengah disiapkan oleh Pelindo III. Inti dari konsep tersebut adalah meningkatkan konektivitas antarwilayah di Indonesia dengan mengoptimalkan peran pelabuhan.
Komitmen Pelindo III adalah tak pernah berhenti mendukung misi dan visi pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Semangat meningkatkan peringkat logistik Indonesia dituangkan oleh Pelindo III dengan berupaya untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dengan kualitas layanan dan tarif layanan yang sama. Selain konsep tersebut, Pelindo III juga melakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas dan layanan pelabuhan. Untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan, Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), serta merevitalisasi alur pelayaran barat Surabaya (APBS).
Kawasan industri yang disebut dengan JIIPE dibangun di lokasi yang terdiri dari kawasan pelabuhan dan kawasan industri. Pada akhir tahun 2015 ini, dermaga di proyek JIIPE itu telah siap untuk disandari kapal-kapal yang membawa beragam jenis mesin yang dibutuhkan pelaku industri. Proyek ini telah dibangun infrastruktur dasar berupa jalan dan jembatan, serta turut dilakukan penambahan peralatan bongkar muat seperti Container Crane (CC), Harbour Mobile Crane (HMC), RTG, Fixed Crane, dan peralatan pendukung lainnya. Sampai sekarang keberlanjutan proyek pembangunan pelabuhan di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak sudah memasuki proses akhir penyelesaian. Salah satu indikatornya dikarenakan Pelindo III juga menyiapkan agar pelabuhan di wilayah kerjanya siap menyongsong ASEAN Economic Community 2015.
Secara umum dari perkembangan percepatan pembangunan infrastruktur di Jawa Timur terutama yang dilakukan Pelindo III, maka perwujudan visi dan misi Presiden RI menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia tersebut bisa terealisasi. Impian pemerintah terkini dengan membangun banyak pelabuhan di penjuru nusantara diharapkan bisa menurunkan mahalnya biaya logistik Indonesia.
Apalagi selama ini mahalnya biaya logistik muncul karena disparitas yang tinggi antara kawasan Indonesia Barat dan Timur. Oleh sebab itu idealnya program mengembangkan wilayah Indonesia Timur lebih didahulukan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Ketika daerah Timur maju, secara otomatis biaya logistik akan murah karena arus komoditas dari wilayah Timur mampu memasok wilayah Barat yang selama ini menjadi induk kawasan Indonesia Timur.
Untuk menjawab berbagai tantangan di sektor kemaritiman itu, Pelindo III menyatakan siap bekerjasama dengan pihak terkait baik pemerintah maupun swasta. Salah satu badan usaha kepelabuhanan tersebut juga akan bersinergi dalam berbagai bidang dengan BUMN lain.
Pelindo III optimistis, dengan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dapat mampu menyejahterakan ekonomi masyarakat terutama pesisir yang kental dengan kemiskinan hingga saat ini. Hal itu bisa terwujud karena potensi wilayah pesisir sangat prospektif untuk digalakkan. Melalui besarnya potensi wilayah pesisir, seluruh pelabuhan di negeri ini terutama di lingkup Pelindo III bisa mengembalikan kejayaan laut Indonesia.
Kini Pelindo III menjadi salah satu BUMN terbesar di Indonesia dengan tingkat jumlah aset yang meningkat setiap tahunnya. Pelindo III juga menjadi segelintir BUMN yang memasuki pasar global. Hal ini membuktikan bahwa Pelindo III memiliki daya saing yang tinggi dan menjadi perusahaan berkelas internasional dengan peranannya dalam ikut serta mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia. (Ainur)
Penulis adalah mahasiswa Universitas Brawijaya sekaligus Alumni Pelindo III Youth Camp 2015