Data informasi ini saya peroleh dari penuturan kawan Wewer (bukan nama sebenarnya), dia warga desa Blimbing, yang kebetulan masih tetangga dengan Pak Wagimin.
(tonggo kok lali jenenge iku piye to koe iku, Wer!)
Data awal informasi ini saya peroleh dari penuturan kawan Wewer (bukan nama sebenarnya), dia warga desa Blimbing, yang kebetulan masih tetangga dengan Pak Wagimin.
Dalam keterangannya Wewer mengatakan kalau Bapak-bapak yang jualan es krim ini bernama Pak Tuken. Meski Wewer sendiri tidak yakin dengan nama tetangganya itu. Tonggone dewe nha lali cah.
Beruntung ada salah satu akun facebook yang komentar diungahan yang berjudul *Jejak Citarasa Es Krim Klasik* di Halaman Kabar Paciran dan menandai anaknya Pak Wagimin. Dari berbalas di kolom komentar itulah saya memperoleh keterangan yang lebih valid. Anaknya Pak Wagimin sendiri yang meralat kekeliruan penulisan nama bapaknya.
Saya atas nama pribadi meminta maaf kepada Pak Wagimin dan keluarga, karena salah menuliskan nama yang sebenarnya. "Nyuwun agunge pangapunten, Pak Wagimin. Sehat selalu untuk jenengan sekeluarga." Artikel diungahan tersebut sudah saya edit.
Dari pantauan yang saya ketahui, sudah ada beberapa akun facebook yang membagikan konten ini dengan menyebut-nyebut nama Pak Tuken. Padahal yang nama sebenarnya adalah Pak Wagimin.
Aku gek mudeng, kenopo cah kene iki jarang kenalan lan salaman. Mungkin ae pikiranne cah-cah kuwi podo karo aku. Penting podo-podo apik'an'ne, kenal lan salaman iku bagian guri-guri bae.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H